Ngaji Hikam : Hikmah Ke-6 dan 7

Syekh Ibnu Athailah berkata dalam kitabnya Al-Hikam:

قَالَ الشَّيْخُ أَحْمَدُ بْنُ عَطَاءِ اللهِ السَّكَنْدَرِيُّ :«لَا يَكُنْ تَأَخُّرُ أَمَدِ الْعَطَاءِ مَعَ الْإِلْحَاحِ فِى الدُّعَاءِ مُوْجِبًا لِيَأْسِكَ، فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ الْإِجَابَةَ فِيْمَا يَخْتَارُهُ لَكَ، وَفِى الْوَقْتِ الَّذِي يُرِيْدُ، لَا فِى الْوَقْتِ الَّذِي تُرِيْدُ»
 
Artinya: Janganlah keterlambatan masa pemberian Tuhan kepadamu, padahal engkau bersungguh-sungguh dalam berdoa, itu menyebabkan patah harapan. Sebab Allah telah menjamin menerima semua do’a dalam apa yang Ia kehendaki untukmu, bukan menurut kehendakmu dan pada waktu yang ditentukan-Nya, bukan waktu yang engkau tentukan. Inti dari hikmah ini adalah semua doa pasti diijabah oleh Allah SWT. Akan tetapi sebelum membahas hal tersebut kita harus tahu apa yang diminta orang sesuai dengan tingkatannya masing-masing yaitu: 

1. Orang ‘Awâm atau عَابِد : Mereka umumnya meminta kepada Allah hal-hal lahiriyyah duniawi seperti sehat, rezeki yang banyak barokah, usaha sukses, dagang laris, Jika bertani pertaniannya panen melimpah, panjang umur, dll.
 
Orang awam yang diminta umumnya adalah hal-hal lahiriyah. Seperti santri pondok yang sudah waktunya nikah biasanya yang diminta asalah isteri yang cantik. Tapi tidak bisa mengukur dirinya sendiri. Dulu ada cerita ketika Abah Djamal akan menjodohkan santrinya. Saat dikasih gambar calonnya, si santri malah tanya, "Boten wonten sing langkung ayu maleh nopo Yai?". Punya santri yang seperti ini Abah Djamal sangat sabar. Beliau kemudian masuk ke dalam dan kembali membawa cermin. Kepada santrinya beliau dawuh, "Ngocoo disek".
 
Jika sudah berumah tangga dan belum punya keturunan, ingin segera punya anak. Kemudian berdoa kepada Allah. Doa-doa yang demikian adalah doa lahiriyah, doa yang sifatnya untuk duniawi. Mereka adalah Abid dan awam dengan doa dan berbagai macam caranya. Ada yang seregeb baca Dalail. Rajin membaca Pedangnya Mbah Wahab yaitu membaca Huwal Habib untuk meminta hal-hal yang sifatnya duniawi.
 
Tahun 2008 saya punya hutang 2 Milyar. Bukan hutang pribadi tapi hutang yayasan. Saat itu ketika akan mendirikan Perguruan Tinggi. Waktu itu uang 2 Milyar sangatlah banyak. Hutangnya juga kepada jamaah al-Hikam dengan janji 1 tahun membayar. Sudah 1 tahun tapi tidak bisa bayar akhirnya membuat adendum penundaan pembayaran.
 
Saya kemudian dipanggil oleh Abah. Beliau dawuh, "Idris kamu dijadikan ketua yayasan keluarga, memang yang hutang bukan kamu pribadi, tapi nama baik keluarga ada di pundakmu". Saat itu sudah usaha ada gerakan wakaf di alumni-alumni dan jamaah. Tapi masih belum memadahi. Padahal para tokoh juga sudah menyumbang. Akhirnya Abah Djamal dawuh, "Ini pedang nya Mbah Wahab Huwal Habib coba dibaca, ngajak anak-anak santri diajeki". Saat itu yayasan sudah beli tanah di daerah Tembelang dengan harga 1,2 Milyar. Dari iuran dan gerakan wakaf terkumpul 400jt dan masih kurang 800jt. Akhirnya hutang.
 
Setahun kemudian ada proyek Jalan Tol. Akhirnya tidak jadi membuat kampus di tanah tersebut karena tidak strategis. Tanahnya dijual dan dibeli orang dengan harga 2 Milyar. Sehingga labanya 800jt.
Yang dilakukan ini juga termasuk usaha dan doanya orang awam. Termasuk anak-anak pondok ketika ujian ingin lancar biasanya juga membaca amalan-amalan tersebut. Yang bahaya adalah tidak takut ilmunya manfaat tapi takut tidak lulus. Romo Kiai Djalil dulu pernah memberi ijazah ketika saya akan ujian akhir aliyah. Beliau tanya, "Gus mau ujian?, nggak usah belajar!". Saya menjawab, "Nggeh Yai".
Kemudian beliau memberi ijazah dan memerintah satu amalan untuk ditulis ditangan 7x dan dijilat dari atas ke bawah. Setelah itu lulus. Padahal tidak belajar. Semua ini adalah kebutuhan yang sifatnya lahiriyah dan merupakan doa-doa orang awam dengan cara baca Dalail, Huwal Habib, Sholat dhuha, dan membaca Waqiah.

2. Orang Khowâsh/ مُرِيْد mereka meminta agar hilang sifat-sifat basyariyah yang tercela serta minta dibukakan hijab sehingga bisa memandang Allah. Manusia memilki sifat basyariah yang baik dan tercela. Orang ahli thariqah atau Murid berdoa kepada Allah agar sifat-sifat basyariahnya yang tercela hilang. Tapi jika sifat basyariahnya Nabi, semua baik tidak ada yang jelek. Oleh karena itu sifat jaiz nya nabi adalah memiliki sifat basyariah. Sifat Basyariah yang baik contohnya adalah dermawan. Yang jelek namanya bakhil atau pelit. Sifat basyariah yang baik adalah Pemberani tapi ada juga yang jelek yaitu penakut atau al-Jubnu. Sifat basyariah yang terpuji yaitu tawadlu dan yang jelek yaitu takabur. Orang thoriqah meminta kepada Allah agar sifat basyariah yang jelek-jelek dihilangkan dari dirinya. Karena semua sifat yang jelek itulah yang menjadikan hijab antara dirinya dan Allah SWT. 
 
Ancaman-ancaman di dalam hadist yang banyak adalah ancaman kepada orang yang memilki sifat basyariah yang tercela. Seperti orang ingin masuk surga, tapi dia tidak bisa masuk apabila masih punya sifat basyariah tercela yaitu sombong:
 
لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر
 
Artinya : tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat setitik sifat sombong.
Dalam hadist lain tentang sifat tercela pelit yaitu: 
 
وَالْبَخِيلُ بَعِيدٌ مِنْ اللَّهِ بَعِيدٌ مِنْ الْجَنَّةِ بَعِيدٌ مِنْ النَّاسِ قَرِيبٌ مِنْ النَّارِ
 
Artinya : "Orang yang pelit jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia dan dekat dengan neraka".
 
Bahkan dalam hadist lain tentang pelit disebutkan orang bodoh yang dermawan lebih utama daripada orang yang alim yang pelit. Mengapa demikian?. Karena sifat basyariah yang jelek menjadi hijab kepada Allah. Oleh karena itu yang diminta oleh orang Ahli Thariqah dan orang khowash adalah hilangnya sifat-sifat tercela tersebut. Sehingga bisa wushul memandang Allah. 
 
Sifat-sifat tercela adalah sifat yang mutlaq yang wajib dihilangkan apabila ingin wushul kepada Allah. Karena sifat tercela itu adalah hijab. Sedangkan maksiat adalah tembok tebal yang menjadikan khijab lebih tebal lagi. Sifat-sifat tercela saja sudah sangat menghalangi seorang Ahli Thariqah dengan Allah. Karena untuk menghilangkannya dibutuhkan dua hal yaitu : (1) Riyadloh dan (2) Mujahadah. 
 
1) Riyadloh yaitu melatih nafsu melaksanakan perkara-perkara yang berat untuk nafsu. Secara bahasa riyadloh artinya latihan yang berat. Jika seorang memilki sifat tercela pelit maka harus riyadloh belajar dermawan. Jika sifat tercelanya banyak ngomong maka riyadlohnya adalah sumtu atau diam.
 
Sumtu adalah sifat yang berat saat ini karena menuju 14 Februari 2024. Oleh karena itu diam juga bisa diartikan dengan berbicara yang positif-positif. Jika mendukung calon maka dengan cara memuji jagonya masing-masing tanpa merendahkan yang lain. Tagline-nya adalah, "Ayo puji setinggi-tinggi mungkin calon masing-masing tanpa merendahkan calon yang lain, mari penuhi cakrawala dengan aura positif dari semua calon agar bangsa ini diberkahi Allah SWT".
 
Kalau kita memuji kebaikan masing-masing calon, maka yang dibaca oleh masyarakat adalah semangat kebaikan. Karena semua mengunggulkan kebaikan masing-masing. Tapi apabila yang ditampilkan adalah kejelekan lawan maka yang akan tampil di masyarakat adalah aura negatifnya. Apabila ada pendukung yang sakit hati karena berbeda berarti ada sakit dengki dan perlu riyadlah. Karena harusnya kita berpikiran terbuka (open maind) dengan melihat kebaikan-kebaikan sehingga di media sosial yang bertebaran adalah kebaikan-kebaikan yang menghasilkan aura-aura positif untuk bangsa. 
 
Orang thoriqah punya sifat sumtu atau diam. Tidak diam terus menerus tapi berbiacara hanya yang positif-positif. Ketika saya berobat ke Solo, ketika di perempatan ada orang bertato dan tindikan meminta uang. Saya menyuruh sopir untuk memberi uang dengan khusnudzon dan aura yang positif. Ketika diberi, orang itu kemudian berkata, "Sehat selalu Pak ya!". Langsung kembali aura positifnya.
Kita menebarkan positif maka akan kembali positif. Karena di dunia ini manusia tidak ada yang 100% jelek dan 100% baik. Yang 100% baik adalah Para Nabi dan yang 100% Jelek adalah setan. 
 
Orang terlihat baik karena kejelekannya ditutup oleh Allah. Sehingga seharusnya yang ditebarkan adalah positif. Apa yang terucap dan apa yang keluar dari diri kita ini sangat berpengaruh. Bahkan musik yang didengarkan saja bisa berpengaruh. Ada tanaman di pot setiap hari diperdengarkan lagu rok, padahal setiap hari di siram. Tapi mati. Satunya didengarkan musik klasik seperti Bethoven, Mozard Sebastian Beff dengan disiram. Tapi tumbuh dengan sehat. Bahkan dengan yang tidak diperdengarkan musik. Oleh karena itu untuk bayi yang baik adalah diperdengarkan musik klasik untuk kecerdasan akalnya. 
 
Seperti keterangan Kiai Yahya atas bacaan sholawat yang dibacakan di atas garam. Kemudian ditebarkan aura positifnya. Maka menebar dan diserap oleh benda-benda. Karena sholawat memiliki aura positif yang hebat.
 
3. Orang Khowâsul khowâsh/ عَارِف : tidak minta ijâbah dari Allah karena sudah meyakini segala sesuatu sudah ditentukan oleh Allah. Dulu zaman azali sebelum Allah menciptakan makhkuq. Di dalam ilmu dan qadla-Nya Allah sudah ada ketentuannya. Baru Allah menciptakan Lauhul Mahfudz dan Al-Qolam. Yang diperintahkan untuk menulis. Qolam bertanya apa yang harus aku tulis Ya Allah?. Allah perintah, Tulislah apa yang aku tentukan dan apa yang akan terjadi. Orang Khowasul Khowash berdoa hanya sebagai penghambaan kepada Allah karena merasa hina, merasa tidak berdaya, merasa faqir, bodoh, dan merasa butuh kepada yang dimintai.
 
Ketika Haul Kiai Djalil tahun 2022 diceritakan bahwa Kiai Djalil saat khususiyah terakhir sebelum beliau wafat pernah dawuh, "Aku iki gak iso dungo, kok dungo iku dudu ibadah, aku nggak dungo".
Pernyataan tersebut adalah pernyataan orang Ahli Hakikat. Berdoa bukan untuk ijabah. Tapi dengan berdoa mereka mengakui kerendahan, kelemahan, ketidakberdayaanya dan kebodohannya dihadapan yang Paling Perkasa yaitu Allah. Lalu kapan Allah mengabulkan doa?. 
 
1. Terkadang Allah Mengabulkan doa dengan sangat cepat. Seperti ketika orang baduwi meminta doa kepada Rasulullah saat Nabi berkhutbah karena kemarau panjang. Nabi kemudian berdoa meminta hujan. Tangan Nabi belum turun mendung sudah menggumpal dan menggantung di kota Madinah. Hujan turun dan tidak putus-putus sampai pada Jumat berikutnya. Ketika Nabi Khutbah orang Baduwi datang lagi dan meminta didoakan lagi agar dihentikan hujan. Nabi berdoa langsung berhenti. Ada kejadian lain yaitu cucunya Nabi yang bernama Abu Hasan al-Askari yang dengan satu alasan tidak disenangi oleh Kholifah Al-Makmun sehingga dipenjara. Karena Hasan al-Askari adalah orang sufi dia ridla dan tidak protes. 
 
Sampai ada kejadian paceklik kemarau panjang. Kholifah Al-Makmun menyuruh seluruh umat beragama dari Yahudi, Nasrani dan Islam untuk berdoa agar hujan. Ada satu Rahib yang apabila dia meminta ke langit hujan langsung turun. Kejadian itu sampai menjadi fitnah yang besar, yaitu banyak orang Islam pindah Yahudi. Para Ulama musyawarah karena apabila diteruskan banyak yang pindah agama gara-gara doa nya orang Islam tidak ijabah. Memang pemahaman orang umum adalah apabila doa nya ijabah dia adalah orang hebat. Dan hal itu telah dibenarkan secara umum.
 
Para Ulama akhirnya sepakat matur kepada Al-Makmun agar Sayid Abu Hasan al-Askari di keluarkan dari penjara untuk menyelesaikan fitnah tersebut. Ketika Abu Hasan sudah di keluarkan, semua agama diperintah berdoa secara bergantian agar diturunkan hujan. Saat orang Islam berdoa hujan tidak turun. Tapi saat Rahib akan meminta hujan ke langit. Tangannya dipegang oleh Abu Hasan dan diambil satu benda yang tadinya menjadikan hujan cepat turun. Benda tersebut ternyata adalah tulangnya Nabi. Ketika benda itu diambil dan Rahib itu disuruh berdoa maka hujan tidak turun. Kemudian Abu Hasan berdoa dan turun hujan. Belum tentu orang cepat dikabulkan adalah orang hebat, terkadang dilulu oleh Allah: "Wahai Malaikat, berikanlah hajatnya, sungguh aku tidak senang mendengar suaranya". 
 
2. Ada orang yang doanya lama diijabahi baik orang awam maupun orang khawas. Terkadang Allah lama mengabulkan karena ingin melihat hamba-Nya agar semakin terus menerus riyadloh dan mujahadah. Bahkan terkadang semua itu baru selesai saat nafas terakhir dari diri kita. Tapi jangan kecewa karena saat terkahir hidup kita melihat Allah itulah saat terindah. Oleh karena itu Riyadoh dan Mujahadah harus terus menerus diusahakan. Walaupun baru akan diberikan wusul di akhir nafas kesempatan untuk melihat-Nya. Mungkin hal itu karena saking tebalnya khijab kita. Sampai digambarkan oleh sebagian orang Arifin : Watak atau thobi'ah manusia seperti tanah yang duri-durinya tajam dan tebal. Dan kita harus mengambil satu-satu. 
 
Tapi ada juga orang yang durinya tidak banyak. Sehingga ikut thoriqah sebentar sudah diberi wushul oleh Allah. Ada orang yang ingin mempercepat makrifat, hal yang demikian juga tidak baik. Dulu di Tulungagung ada orang yang menjadi imam khususiyah 5 waktu dan ingin menikmati kemakrifatan. Lalu tanya ke Mbah Djalil kok gini-gini aja padahal sudah menjadi imam khususiyah 5 waktu dan ngoyo dalam mujahadah. Murid ini sudah kebelet ingin makrifat. Oleh Kiai Djalil didawuhi, "Tidak usah, Kamu begitu aja cukup untuk kamu". Tapi murid ini masih ngebet dan terus ngoyo minta ke Kiai. Akhirnya disalami oleh Kiai. Besoknya pagi-pagi dari rumah mau berangkat ngimami subuh, dia kaget lihat jalan-jalan raya. Banyak orang tapi kepalanya hewan. Ada yang kirik, celeng, ular, kera dll. Akhirnya dia berjalan dengan ketakutan. 
 
Mengapa demikian?. Karena hakikat sifat seseorang terlihat diwajahnya bagi orang ahli hakikat. Oleh karena itu jadi orang ahli hakikat itu berat ngempet. Walaupun disowani orang dengan wajah hewan seperti itu tapi tetap bisa ngempet. Mereka orang Ahli Makrifat yang kasyaf dapat melihat Watak orang yang mewujud pada wajahnya. Akhirnya orang tersebut tidak kuat dan dikembalikan seperti semula. Oleh karena itu kita yang tidak makrifat bagaikan orang tidur dan akan bangun saat akan wafat semoga dengan makrifat kepada-Nya jika mau terus menerus riyadoh dan mujahadah. Dan Itulah kenikmatan yang luar biasa.
 
Nabi Muhammad tidak pernah putus asa ketika doanya belum diijabah oleh Allah. Ketika beliau pindah di Madinah. Disana ada masyarkat yang beragama samawi yaitu Yahudi dan Nasrani. Saat itu kiblat awalnya Islam adalah Makah. Tapi kemudian ada perintah untuk berkiblat yang sama dengan orang yahudi yaitu di Masjidil Aqsa. Saat itu Nabi berdoa agar Allah mengoreksi perintah menghadap ke masjidil Aqsa agar tidak sama dengan orang Yahudi. Beliau berdoa agar perintah itu diganti sampai 480 hari lamanya atau satu tahun setengah. Baru oleh Allah diijabahi. Padahal doanya bukan untuk Nabi sendiri malinkan untuk umatnya. Setiap malam beliau berdoa, Dan berharap pada pagi hari diijabahi oleh Allah. Tapi belum ada tanda-tandanya. Setiap malam berdoa, tapi tidak ada tanda-tandanya. Sampai 480 Malam beliau berdoa.
 
Itu adalah Nabi. Bagaimana kalau kita?. Maka harus terus menerus tidak boleh berhenti. Karena itu adalah proses. Dan proses tidak membohongi hasil. Saya pernah tanya ke Mbah Mahmudah, Ibunya Abah, "Mbah bagaimana cara menirakati anak kok bisa alim-alim?". Mbah Mahmudah Dawuh, "Anu Lee, tak pasani pas wetone dan malamnya sholat khajat, serta setiap anak dibacakan 41 kali fatihah". Lalu saya tanya, "Sampai kapan nirakati anak seperti itu Mbah?". Beliau dawuh, "Looo Lee, sampai sekarang aku masih nirakati Bapakmu". Padahal saat itu saya sudah punya isteri dan Abah sudah sepuh sudah jadi kiai. Inilah proses yang tidak menghianati hasil. Itu tirakat ibunya. Belum tirakat Abah sendiri.
 
Abah pernah dawuh, "Aku Nak, saat Mbah Wahab mengijazahi Huwal Habih ini, sampai aku boyong dari Tambakberas tidak pernah putus membacanya 1000x setiap malam". Saat jadi santri Abah sudah nandur wiridan sejak mondok 6 tahun di Tambakberas tidak putus baca Huwal Habib agar diberikan hajat yang baik-baik. Sampai hasilnya bisa diberikan ke anak-anak, cucu, dan buyut. Nabi yang manusia paling sempurna di dua dunia saja ketika punya khajat, setiap malam meminta kepada Allah dan tidak putus-putus. Akhirnya setelah satu tahun setengah, Malaikat Jibril turun dan membawa wahyu:
 
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
 
Artinya : Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam.
Nabi bersabda : 
 
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : مَا مِنْ دَاعٍ إِلَّا وَهُوَ بَيْنَ إِحْدَى ثَلَاثٍ، إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ طَلْبَتُهُ، وَإِمَّا أَنْ يُدَّخَرَ لَهُ ثَوَابُهَا، وَإِمَّا أَنْ يُصَرَّفَ عَنْهُ مِنَ السُّوْءِ مِثْلُهَا(رَوَى نَحْوَهُ البَيْهَقِيِّ فِى شُعَبِ الْإِيْمَانِ)
 
Artinya: Tiada orang yang berdo’a melainkan ia berada diantara satu dari tiga hal, yaitu: adakalanya permintaannya dipercepat untuknya, adakalanya pahala permintaan itu disimpan untuknya, dan adakalanya ia dihindarkan dari keburukan sesuai dengan permintaannya.
 
Orang berdoa pasti mendapat 3 perkara yaitu : (1) Yang diminta akan diijabahi, (2) Apabila tidak diijabahi di dunia maka disimpan pahalanya besok di akhirat, (3) Diitukar dengan hilangnya keburukan.
Jika kita percaya Allah, doa mustajabah adalah sesuai pilihan Allah dan bukan sesuai nafsu kita sendiri. Itulah yang lebih manfaat karena Allah tahu yang lebih baik. Kita yang meminta pasti meminta agar kaya terus dengan berbagai alasan seperti agar bisa menyumbang lebih besar dll. Padahal itu belum tentu baik untuk kita.
 
Dulu zaman Nabi ada Syaklabah yang meminta kaya dengan didoakan Nabi. Dari melarat yang bergantian baju dengan isterinya setiap jamaah sholat. Tapi karena terus memaksa minta didoakan kaya oleh Nabi, malah jadi orang jelek. Dari yang ahli jamaah menjadi tidak pernah jamah. Sampai meninggalkan sholat Jumat dan tidak mau zakat. Ketika Nabi wafat, mau zakat kepada Abu Bakar dan Umar tapi ditolak, karena dulu Nabi tidak menerimanya. Zaman Nabi Musa ada yang bernama Qorun. Taat ibadah saat masih miskin dan merupakan sepupu Nabi Musa sendiri. Namun kemudian meminta dari Nabi Musa agar didoakan kaya. Oleh Nabi Musa dibelajari ilmu kimiawi. Ilmu tentang emas dan perak. Sampai bisa menambang emas perak. Akhirnya kaya dan lupa. Itu semua karena dia sendiri yang meminta. Bukan atas keinginan Allah. Permintaan yang dari kita terkadang belum pasti cocok dan baik untuk kita. Dan yang terbaik adalah pilihan Allah. 
 
Syekh Abu Abas al-Mursi seorang Sufi yang tingkatanya Arif pernah ketika sakit. Muridnya berdoa, "Syekh semoga engkau diberi kesehatan". Beliau diam tidak mejawab. Muridnya berdoa lagi sampai 3 kali. Baru Syekh Abu Abas dawuh, "Aku tidak meminta afiyah, tapi aku mau apa yang dikehendaki baik oleh Allah". Selanjutnya Abu Abas al-Mursi berkata, "Orang mendoakan Nabi afiyah saja, Nabi tetap sakit ketika di medan perang dan terus dirasakan. Orang mendokan afiyah kepada Abu Bakar, tapi Abu Bakar mati karena diracun, Orang mendoakan Afiyah Umar tapi Umar ditusuk. Orang mendoakan Afiyah Ustman tapi Ustman dipenggal. Dan Orang mendoakan Afiyah Ali tapi Ali dipukul kepalanya. Syekh Abu Abas berkata, "Aku meminta yang dipilih oleh Allah".
 
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُلَحِّيْنَ فِي الدُّعَاءِ 
 
Artinya: “Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bersungguh-sungguh dalam berdo’a.” dan terkadang karena Allah senang mendengar suara hamba-Nya berdoa 
 
قَالَ جِبْرِيْلُ: يَا رَبِّي عَبْدُكَ فُلَانٌ ٲقْضِ لَهُ حَاجَتَهُ، فَيَقُوْلُ «دَعُوْا عَبْدِيْ فَإِنِّيْ أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَ صَوْتَهُ»
 
Artinya: Malaikat Jibril berkata: “Berilah Hamba-Mu si Fulan hajatnya secepatnya”, Allah menjawab: “Biarkan Hamba-Ku itu, karena sesungguhnya Aku senang mendengarkan suaranya”.
 
3. Allah Mengabulkan setelah syarat doa tercapai
 
Termasuk syarat doa adalah keadaan terpaksa atau kesulitan. Orang karena kepepet diijabah oleh Allah.
Dulu ketika di pondok banyak santri yang wiridan pakai tenaga-tenaga dalam. Mbah Yai Djalil melarang saya untuk wiridan yang aneh-aneh dan untuk memakai wiridan dari PETA saja, karena saat kepepet akan akan keluar sendiri hikmahnya. Akhirnya saya pernah mengalami, saya di tenaga dalam oleh teman. Saya tidak punya ilmu hikmah. Tapi dia yang mendal sendiri. Saat itu Abah dawuh, "Masalah wiridannya ikut Tulungagung, Ngajinya ikut Lirboyo". Semua wirid punya hikmah. Jika niat kita ikhlas, saat dibutuhkan keluar sendiri. Demikianlah doa terkadang diijabah daat kepepet. 
 
أَمَّنْ يُجِيْبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ ... (النمل] 27[: 62)
 
Artinya: Bukankah Dia yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya (Qs. An-Naml [27]: 62)
 
قَالَ بَعْضُ الْعَارِفِيْنَ: إِذَا أَرَادَ اللهُ أَنْ يَسْتَجِيْبَ دُعَاءَ عَبْدٍ رَزَقَهُ الإِضْطِرَارَ فِى الدُّعَاءِ
 
Artinya: Sebagian Ahli Ma’rifat berkata: Apabila Allah berkeinginan mengabulkan doa hamba-Nya maka Dia berikan kesulitan sebagai syarat dikabulkan doanya
 
Hikamh Ke-7
  
Syekh Ibnu Athailah berkata
 
قَالَ الشَّيْخُ اِبْنُ عَطَاءِ اللهِ السَّكَنْدَرِيُّ : « لَا يُشَكِّكَنَّكَ فِي الْوَعْدِ عَدَمُ وُقُوْعِ الْمَوْعُوْدِ، وَإِنْ تُعُيِّنَ زَمَنُهُ، لِئَلَّا يَكُوْنُ ذٰلِكَ قَدَحًا فِيْ بَصِيْرَتِكَ وَإِخْمَادًا لِنُوْرِ سَرِيْرَتِكَ »
 
Artinya: Jangan sampai kamu ragu terhadap janji Allah karena tidak terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu, meskipun telah tertentu (tiba) masanya, supaya tidak menyalahi pandangan mata hatimu atau memadamkan cahaya hatimu. 
 
Kita tidak boleh ragu dengan janji Allah. Hikmah ini adalah hikmah untuk murid, wali, dan nabi. Orang tertentu sering diberi janji dan kabar oleh Allah. Murid, wali, dan nabi diberi oleh Allah janji dan kabar. Kadang melalui mimpi kadang melalui ilham. Dalam kitab Ruhul Yatim fi Rukya Rabil alamin ada banyak cerita para nabi, sahabat dan wali mimpi bertemu Allah dan berdialog. Yang mashur seperti cerita Imam.Ahamad bin Hambal beliau cerita 99x ketemu Allah. 
 
Yang masyhur Imam Ahmad yang bertanya kepada Allah ketika mimpi, "Ya Allah engkau paling senang diibadahi olej hambamu dengan Apa?". Allah menjawab, "Dengan membaca Alquran". Kemudian Imam Ahmad bertanya lagi, "Dengan fajam atau dengan tidak faham?". Allah menjawab, "Dengan faham atau tidak faham keduanya aku senangi". Ada juga Imam Hakim al-Turmudzi yang bercerita bertemu Allah sepanjang hidupnya 1001x dan berdialog. Dalam kitab itu juga diceritakan termasuk Abu Bakar dan Umar bin Khatab. Ada kalan janji Allah datang melalui ilham yaitu pemahaman langsung dari Allah. Seperti Nabi ketika di Madinah mimpi bertemu Allah. Saat itu Nabi dan sahabat sedang ridnu tawaf ke Makah dan ingin berhaji. Akhirmya mimpi dan diberi janji Allah kamu akan menuju Makah untuk tahalul dan towaf. 
 
Mimpi itu disampaikan kepada sahabat. Sampai semua sahabat senang dan tahun itu mereka berisap. Karena sudah ada janji yang telah disampaikan nabi. Ternyata di Khudaibiyah disetop dan dilarang lewat. Sehingga belum bisa ke Makah. Akhirnya ada perjanjian damai Hudaibiyah yang akhirnya tahun depannya baru dibolehkan. Saat itu Sayidina Umar protes. kenapa tidak boleh Nabi?. Padahal katanya boleh dalam janji Allah?. Nabi menjawab, "Umar apakah dalam janjinya ku aku berkata tahun ini?". Umar menjawab, "Tidak!". Walaupun ditunda nabi dan para sahabat tidak meragukan ilham dari Allah melalui mimpi. 
 
Memang terkadang ada wali yang dapat janji dari Allah untuk disampaikan. Abah dulu pernah dapat fitnah menggunakan uang yayasan karena pada saat itu Abah Bendahara. Saat fitnah itu datang, bertepatan Abah juga membangun rumah. Akhirnya fitnah ini bertambah besar. Karena Abah tidak punya pekerjaan yang kuat. Dalam satu cerita beliau bakulan kerupuk. Pengajian keluar juga belum banyak. Sampai mertuanya yaitu Kiai Fattah disurati agar Abah dikeluarkan dari Tambakberas. Kiai Fattah belum percaya dan tanya ke Bu Nyai Churriyah, Abah membangun rumah uang dari mana?. Bu Churriyah menjawab, "Menjual sawahnya emak yang di Nganjuk Bah". Saat harlah Tambakberas, Mbah Nganjuk datang ke Tambakberas. Dan Mbah Fattah ingin mengkonfirmasi informasi dari Bu Churriyah. Saat dahar, Mbah Fattah tanya ke Bu Mahmudah, "Bu, apa benar, Djamal mejual sawah di nganjuk?". Mbah Nganjuk itu orangnya tawadlu. Ditanya seperti itu dijawab, "Oalah Yai, Yai, Djamal mawon kok gadah Sawah". Sikap tawadlu seorang desa yang punya besan kiai besar. Akhirnya Mbah Fattah percaya dengan fitnah itu. Sampai Abah Djamal tidak kerasan dirumah karena saat itu masih satu rumah dengan mertua. Akhirnya sowan Mbah Kiai Hamid, dan beliau menulis sebuah tulisan, "Al-Fathu...bulan sekian, tahun sekian....". 
 
Akhirnya pada tanggal yang ditulis Mbah Hamid Pasuruan itu, Abah disidang. Oleh Abah diberikan laporan yang detail karena semua pengeluaran beliau tulis dengan rinci. Sehingga terbukalah semuanya.
Inilah janji Allah yang telah ditentukan. Ada yang ditentukan dan ada yang tidak ditentukan. Tapi walaupun tidak ditentukan jangan sampai tidak percaya janji Allah yang diberikan melalui mimpi maupun ilham.
 
Kiai Djalil juga pernah berkata yang seolah seperti perediksi saja. Tapi sebenarnya itu adalah janji yang diberikan Allah. Zaman orde baru, tidak akan terbayangkan ada orang sarungan dan pondokaan untuk jadi gubernur atau bupati. Waktu itu jadi santri adalah sesuatu yang terbelakang. Pada zaman itu Kiai Djalil sudah dawuh, "Yai Djamal 20 -30 tahun ke depan santri yang akam memegang pemerintahan". Dan sekarang terbukti. Mulai dari Gus Dur sampai sekarang yang berperan adalah santri dan semua berebut suara santri. Berarti saat itu beliau sebagai seorang wali diberi kabar gembira di masa yang akan datang. Termasuk Pondok Muhibin ini. Pada tahun 1975 Kiai Djalil datang ke Pondok Utara. Kemudian beliau dawuh, "Kiai Djamal pondok Jenengan latare Luaaas". Padahal di utara tidak ada latar luas sangat sempit. Akhirnya tahun 1990 dapat tanah di sini dibangun pondok. Tahun 1994 Beliau datang ke pondok ini, saat setelah ngaji bakda ashar ditunggu diemper. Saat bertemu Abah, Kiai Djalil dawuh, "Kiai Djamal pondok ini lo yang saya ceritakan tahun 1975". 
 
Jadi apabila ada wali, nabi, orang arif yang diberi janji Allah. Kita yang jadi murid jangan sampai ragu apabila kita sudah taslim dengan orang arif atau musyid tersebut. Nabi Musa pernah jengkel dengan Firaun. Sampai ada 9 mukjizat agar firaun beriman. Mulai dari kodok, belalang, banjir dan lain sebagainya. Awalnya seperti mau beriman, tapi tetap kembali. Akhirnya doa Nabi Musa dan Nabi Harun meminta kaum ini dihancurkan :
 
قَدْ أُجِيْبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيْمَا ... (يونس] 10[: 89)
 
Artinya: Sungguh telah diterima do’amu berdua (Musa dan Harun, yaitu tentang kebinasaan Fir’aun dan tentaranya), maka hendaknya Kamu berdua tetap istiqomah… (Qs. Yunus [10]: 89)
 
Setelah dijanji oleh Allah, tapi tidak hancur-hancur sampai 40 tahun. Tapi Nabi Musa percaya Allah tidak akan mengingkari janji. Nabi Musa tidak sedikit pun bergeser atas janji Allah tersebut.Walaupun harus menunggu 40 tahun.

 
- Disarikan dari Ngaji Rutin Al-Hikam Setiap Malam Selasa di Bumi Damai Al-Muhibin oleh KH. Mohammad Idris Djamaluddin

16 komentar untuk "Ngaji Hikam : Hikmah Ke-6 dan 7"

  1. Ilmi
    Kelas 1 wustho (ngaji al-hikam)

    BalasHapus
  2. Roby
    Kelas 1 wustho - ngaji Al-Hikam

    BalasHapus
  3. Firman kelas 1 wustho ngaji al hikam

    BalasHapus
  4. Enggar 1 wustho - ngaji Al-Hikam

    BalasHapus
  5. Ika
    kelas 1 wustho (ngaji al-hikam)

    BalasHapus
  6. Alfi
    Kelas 1 wustho (ngaji al-hikam)

    BalasHapus
  7. agil
    kelas 1 wustho (ngaji al-hikam)

    BalasHapus
  8. Khafi 1 wustho ngaji al hikmah

    BalasHapus
  9. Rizki
    Kelas 1 wustho (ngaji al-hikam)

    BalasHapus
  10. Serlin kelas 1 wustho ngaji Al-hikam

    BalasHapus
  11. Mayada 1 Wustho ngaji Al Hikam

    BalasHapus
  12. Amel
    kelas 1 Wustho ngaji Al Hikam

    BalasHapus
  13. Rizal
    Kelas 3ula ngaji al hikam

    BalasHapus
  14. Erin
    Kelas 2 ulla ngaji Al hikam

    BalasHapus
  15. Rasya
    Kelas 3ulla ngaji Al Hikam

    BalasHapus