Kisah Imam Az-Zahid Menguji Janji Allah tentang Rezaki

Para wali Allah dan orang-orang khusus bertawakal kepada Allah dengan berpegang pada ayat dalam surat Hud ayat 6 Allah berjanji: 

وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ 

Artinya, "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)."

Umumnya para wali dan orang-orang pada maqam khusus sudah tidak bekerja dan tidak berusaha lagi. Seperti halnya dalam urusan rezeki mereka yakin telah  dicatat Allah pada zaman Azali dengan sifat irodah Allah dan atas dasar ilmu Allah. Setelah ketetapan pada zaman azali, ketetapan itu ditulis di Lauh Mafudz. 

Mereka yang telah sampai pada tawakalnya orang khusus sudah tidak bekerja. Mereka percaya dengan janji Allah. Karena itulah, mereka telah terbiasa tidak makan sampai berhari-hari. Bahkan sampai berbulan-bulan. Berbeda dengan kita yang masih berada di tingkatan tawakal orang awam. Kita tidak mampu menahan lapar  berhari-hari apalagi berbulan-bulan, sehingga wajib bagi kita untuk berusaha dan bekerja.  

Imam Ghazali memberi syarat yang ketat dan banyak, sehingga orang bisa dikatakan telah masuk tahapan tawakalnya orang khusus dan bekerja tidak wajib lagi baginya. Diantara ulama yang telah sampai pada tahapan tawakalnya orang khusus adalah Imam al-Zahid yang menguji janji Allah di dalam surat Hud ayat 6 tentang rezeki. Imam al-Zahid menguji kebenaran janji Allah tentang rezeki dengan cara bersembunyi di dalam gua. Gua yang beliau pilih adalah gua yang berada di sebuah gunung yang tidak dijamah orang. Di dalam gua itu, beliau hanya diam. Dalam tekad beliau bahwa Allah akan memberi rezeki kepada siapa saja yang ada di bumi. Maka dengan diam pun pasti Allah memberi rezeki kepadanya. Di Gua itu, Imam Zahid mencoba bersembunyi dengan menghimpitkan badanya diantara batu agar tidak diketahui orang. Beliau mencoba, bagaimana Allah akan memberi rezeki kepadanya, padahal dia telah bersembunyi di tempat yang jauh dari keramaian. 

Sampai berhari-hari, dan sampai berminggu-minggu. Imam Zahid hanya diam. Setelah itu datanglah rombongan kafilah yang baru saja mengambil dagangan di Syam Syiria. Pada saat itu Syam adalah pasar internasional. Ternyata rombongan itu sedang tersesat. Sudah mencoba beberapa kali berputar, tapi terhenti di gunung yang sama. Sampai tiga kali mereka berputar mencari jalan keluar. Tetap saja, di gunung itu mereka kembali. Beberapa saat kemudian hujan datang. Berteduhlah mereka di dalam gua dan melihat seseorang yang terhimpit batu yakni Imam al-Zahid. Mereka pun memberi Imam Zahid roti dan susu. Tapi orang yang terhimpit batu itu hanya diam. Mereka menduga bahwa Imam Zahid mulutnya telah terkunci sehingga tidak bisa memakan roti dan susu. Mereka kemudian menghangatkan susunya terlebih dahulu, lalu mencampurnya dengan roti. Mulut Imam Zahid kemudian dibuka paksa dan di masukan. Tapi ketika makanan sudah berada di mulut, makanan itu langsung ditelan oleh Imam Zahid.  

Rombongan yang menyuapi itu kemudian berkata kepada Imam Zahid, "Anta Majnun". Artinya, "Kamu gila". Imam Zahid berkata, "Saya tidak gila, karena saya melakukan ini, untuk menguji janji Allah yang ada pada surat hud ayat 6 tentang rezeki, bahwa Allah akan mencukupi rezeki siapapun yang ada di bumi". 

 

Posting Komentar untuk "Kisah Imam Az-Zahid Menguji Janji Allah tentang Rezaki"