Ngaji Hikam Hikmah Ke-3 dan 4

 Syekh Ibnu Athaillah al-Syakandari berkata :

سَوَابِقُ الهِمَمِ لَا تَخْرِقُ أَسْوَارَ الأَقْدَارِ

Artinya: "Kekerasan semangat, Kemauan yang kuat dari seorang murid tidak akan dapat menembus tirai-tirai taqdir Allah".

Dalam hikmah ini ada 3 istilah yang perlu kita garis bawahi yaitu (1) Sawabiqul Himam, (2) La Takhriqu, dan (3) Aswara al-Aqdar. Adapun penjelasan dari masing-masing istilah di atas adalah sebagai berikut: 

Sawabiqul Himam adalah kemauan yang kuat. Semua manusia pasti punya himah keinginan dan cita-cita. Karena apabila seorang sudah tidak memiliki keinginan dalam hidupnya maka perut bumi lebih bagus untuknya daripada punggung bumi. Manuisa hidup pasti memiliki obsesi dan keinginan. Baik yang sekalanya kecil maupun besar. Baik yang hubungannya dengan perkara akhirat maupun perkara dunia. Yang kesemuanya adalah wajar sebagai orang yang hidup di dunia.

Adapun Syekh Ibnu Athailah lewat Al-Hikam mengarahkan keinginan-keinginan kita agar tidak tercela, tetap berada di jalur yang benar dan diridlai oleh Allah Swt. Sebab keinginan-keinginan tersebut jika tidak ada ilmu yang menuntun maka bisa salah dan melenceng. 

Abah Djamal pernah berkata, "Orang yang memiliki keinginan yang hanya berorientasi pada hal yang berjangka pendek (perkara dunia) serta tidak melibatkan Allah di dalamnya, maka sekalipun orang itu bergelar profesor, doktor, dan kiai, tetaplah orang itu disebut sebagai orang awam dalam ilmu tasawuf". Bagaimana agar level kita naik tidak menjadi orang awam?. Maka caranya adalah dengan belajar dari kitab yang benar yaitu Al-Hikam yang dikarang oleh orang yang hebat yaitu  Syekh Ibnu Athailah al-Syakandari. 

Syekh Ibnu Athailah al-Syakandari sendiri adalah cucu murid dari Syekh Hasan al-Syadili. Setiap kata yang dirangkai dalam Al-Hikam sangat luar biasa maknanya. Sampai suatu ketika Profesor Kiai Said Siraj pernah menyatakan kekagumannya terhadap Abah yang menganpu kitab Al-Hikam. Beliau  berkata , "Abahmu (Abah Djamal) adalah diantara satu-satunya orang yang berani mengaji kitab Al-Hikam, lebih hebat lagi Abahmu mampu menggabungkan antara apa yang diucapkan dan yang dilakukan". 

Karena kekaguman ini, sampai beliau sebenarnya sangat ingin datang pada Haul Abah yang ke-2 hanya saja kemarin jadwal beliau sudah sangat padat. Padahal keduanya adalah dua sosok tasawuf.  Abah adalah sosok tasawuf amali sementara Kiai Said adalah figur tasawuf falsafi. 

Himah atau cita-cita dalam syarah hikam dibagi menjadi 3 yaitu :

1) Himatul Qashirah/ Al-Himamu Al-Qawashir yaitu  cita-cita yang pendek atau keinginan yang minim yang hanya sekadar cita-cita dan tanpa usaha untuk mendapatkan cita-cita tersebut. Seperti contoh ada santri yang ingin pintar tapi tanpa belajar. Hal itu adalah kemustahilan. Pasti tidak ada hasil karena tanpa aksi. 

2) Himah Mutawashitah atau cita-cita yang sederhana atau tengah-tengah yang mungkin berhasil dan mungkin gagal.

3) Himah Sabiqah atau inilah yang disebut Sawabiqul Himam. Disebut juga keinginan yang kuat yang muncul dari Himah Sabiqah ini ikhtiar atau usaha. Yang setelah dia berikhtiar dia akan berdoa. Terkadang Himah Sabiqah bisa terjadi pada nabi, para wali, dan orang-orang sholeh serta kadang orang yang fajir. 

Contoh sederhana adalah pada bulan syakban ini nabi memiliki hal yang luar biasa yaitu saat peristiwa insyiqaqul qomar atau terbelahnya rembulan. Jika pada Rajab Nabi isra' mi'raj maka pada bulan syakban nabi diberikan Allah mukjizat untuk membelah rembulan menjadi dua. 

Saat itu Nabi ditantang oleh orang Kafir Quraish dalam pimpinan Khalid bin Walid yang ahli astronomi dengan permintaan yang tidak logis yang tujuannya adalah untuk mempermalukan Nabi yaitu membelah rembulan. 

Nabi Muhammad tidak langsung menjawab tantangan Khalid bin Walid. Beliau mempertimbangkan dan bertanya terlebih dahulu kepada Malaikat Jibril. Setelah beberapa saat Nabi pun mengiyakan permintaan itu. Beliau kemudian menunjuk rembulan dengan Himah Sabiqah (keinginan yang kuat) bersamaan dengan meminta pertolongan kepada Allah (ikhtiar dan doa). Maka sesaat rembulan pun terpecah menjadi dua.  

Pertanyaannya adalah pecahnya rembulan tersebut karena kekuatan Nabi apa memang hal itu telah ditetapkan oleh Allah?. Ternyata sekalipun Nabi memiliki keinginan yang kuat untuk memecah rembulan, sesungguhnya keinginan Nabi (Himah Sabiqah) tersebut tidak akan mempu menembus tirai takdir Allah. 

Dalam satu riwayat disebutkan ketika para sahabat kehabisan air. Dan keluarlah air dari telunjuk Nabi untuk kemudian diminum dan dibuat wudlu. Walaupun merupakan mukjizat dan himah sabiqah tapi Hal itu adalah bagian dari taqdir Allah. Padahal itu adalah Nabi, Beliau tetap tidak lepas dari taqdir Allah. Jika itu diturunkan kepada para wali dan orang sholeh maka akan terlihat seperti Mbah Hamid Pasuruan memiliki karomah. Mbah Kholil Bangkalan, sampai Mbah Yai Djamal juga memiliki karomah. 

Karomah yang dimiliki oleh para wali-wali Allah sebenarnya bukanlah karena kekuatan dari wali tersebut. Sekalipun para wali telah bertawajuh seperti Nabi bertawajuh meminta rembulan dibelah. Keinginan yang kemudian muncul menjadi karomah tersebut adalah bi qathillah atau karena  keputusan dan takdir Allah. 

Syekh Zaruq menjadikan dalil tentang karomah dan himah sabiqah dengan berkata, "لا يحصل الا بتقدر الله". Tidak akan hasil suatu himah tanpa takdir Allah. Termasuk keinginan menjadi pejabat yang menggebu maka tidak akan bisa menembus tirai takdir Allah. Sementara apabila benar-benar jadi karena memang dipilih oleh Allah bukan karena usahanya semata. Sebab apabila kita mengandalkan usaha kita  maka akan ada dua bahaya yang mengintai yaitu sombong dan putus asa. 

Dari keinginan yang menggebu akan muncul dua hal yaitu usaha dan doa. Seperti yang dilakukan Sunan Bonang ketika menunjuk buah kolang-kaling. Apa yang dilakukan sebenarnya telah ditaqdirkan oleh Allah. Yang disertai usaha dan doa. 

Syekh Zaruq mengambil dalil yang kedua yaitu, "Segala sesuatu terjadi atas taqdir dan keputusan Allah". Sampai pada urusan kita lemah dan pintar pun adalah taqdir Allah. Dan yang terpenting jangan meninggalkan usaha dan doa. Karena apabila keduanya ditinggal maka himahnya tersebut menjadi Himah qashirah atau keingginan yang lemah. 

Himah yang tinggi yang terwujud dalam segala sesuatu yang diinginkan sebenarnya adalah karena sesuatu itu sesuai dengan kehendak Allah. Kadang dimilki para wali yaitu karomah. Bagi para nabi disebut mukjizat dan bagi orang sholeh disebut maunah. Sedangkan bagi orang ahli maksiat disebut istidraj dan ihanah. 

Alllah berkata di dalam hadist qudsi, "Wahai hambaku Aku adalah Allah yang mengatakan kepada sesuatu 'Kun' maka 'jadilah' maka 'jadilah'. Maka taatlah Kalian kepada-Ku maka akan Aku jadikanmu mampu bekata kepada segala sesatu "Kun Fayakun". 

Dalam hadist tetsebut Allah memerintah agar kita taat dan Allah lah yang akan memberi hambanya kekuatan kun fayakun. Bukan karena hambanya tapi karena Allah yang memberinya. Terjadinya segala suatu dan perwujudannya hanyalah dengan qudratillah semata. Baik dalam semua situasi dan kondisi karena qudrah Allah meliputi segala sesuatu yang dikehendaki. Bagaikan pembatas pagar pada susuatu yang dikehendaki sebagaimana firman Allah: 

وما تشاءون إلا أن يشاء الله 

Dalam Hikmah selanjutnya Syekh Ibnu Athaillah berkata:

أَرِحْ نَفْسَكَ مِنَ التَّدْبِيْرِ، فَمَا قَامَ بِهِ غَيْرُكَ عَنْكَ لَا تَقُمْ بِهِ لِنَفْسِكَ

Artinya: "Istirahatkan dirimu/ pikiranmu dari kesibukan mengatur urusan duniamu, sebab apa yang sudah dijamin/ diselesaikan oleh selainmu, tidak usah engkau sibuk memikirkannya".

Dalam hikmah ke-4 ini Syekh Ibnu Athaillah mengajari kita bahwa pikiran dan hati juga perlu istirahat yakni dari mengatur. Karena watak manusia pada dasarnya suka mengatur. Padahal semuanya sebenarnya telah diatur oleh Allah. Karena Dialah yang Maha Pengatur. 

Mengtur dalam hikmah ini diistilahkan dengan tadbir yaitu merencanakan apa yang akan dilakukan pada waktu besok atau pada waktu yang akan datang. Pertanyaannya adalah apakah merencanakan sesuatu itu tidak boleh?. 

Abah Djamal pernah memanggil saya dan berkata, "Nak kalau mau membangun pondok, konsultasi dengan Pak Wan, digambar, dirancang, dan direncakanan kebutuhan biayanya, berapa bahan-bahannya, tapi setelah digambar, maka gambarnya ditutup dipasrahkan kepada Allah". Inilah contoh tadbir yang dicontohkan oleh Abah Djamal. 

Tadbir dalam kehidupan juga harus dilakukan. Karena maqam kita masih sebagai orang yang masih butuh rencana. Belum pada maqamnya Syekh Sahal al-Tustari yang mengatakan, "Jika harus saya yang mengatur maka saya akan mengatur diri saya agar tidak mengatur, Kalau saya harus memilih maka saya memilih agar diri saya tidak memilih karena sudah ada yang mengatur dan memilihkan". 

Asy-Syaikh Sahal bin ‘Abdillâh at-Tustarî (w. 283 H/896 M.) berkata, “Tinggalkan tadbîr dan ikhtiyâr, karena keduanya memperkeruh atas manusia akan kehidupan mereka.”

Level Syekh Sahal berbeda dengan level kita yang masih harus merencanakan atau tadbir. Soal anak misalnya kita harus merencanakan pendidikannya. Dipondokan di mana?. Ada yang direncanakan hafal Alquran. Ada yang direncanakan hafal Alfiyah, dsb. 

Saya pernah ditegur oleh teguran yang indah oleh Kiai Sholahuddin, saat saya ingin mengatur pendidikan anak. Saat itu kami  bertanya tentang anak-anak kami harus dipondokan dimana?. Beliau hanya senyum dan dawuh, "Tidak usah repot-repot Pak Kholiq, waktunya ngaji ya ngaji, waktunya sekolah ya sekolah nanti akan ketemu sendiri". Hal ini karena kita terlalu dalam mengatur dan melupakan Allah Swt. 

Tapi walaupun begitu mengatur adalah hal yang perlu kita lakukan karena Rasulullah Saw mengajari kita untuk mengatur. Diantara mengatur yang dicontohkan Rasulullah adalah saat perang uhud. Beliau membuat rencana dan strategi dengan menaruh pemanah di atas bukit. Beliau berkata agar mereka jangan turun dari bukit apapun yang terjadi di bawah. Saat di bawah sudah menang, yang diatas ada yang pakai akal dan ada yang pakai hati. Yang pakai akal turun dari bukit dan jumlahnya banyak. Yang pakai hati ikut pilihan Rasulullah tetap berada di atas. 

Biasanya orang meninggalkan dawuh karena ada iming-iming yang besar. Sebagaimana sahabat yang meninggalkan perintah Rasulullah karena tertarik dengan Ghanimah. Sedangkan yang ikut dawuh dia  tetap bertahan di atas bukit dan jumlahnya hanya sedikit yang akhirnya Khalid bin Walid berbalik dari bukit Uhud dan Naik sehingga mampu membunuh para sahabat yang bertahan. Dari sana kemudian Khalid menyerang Nabi dan para sahanat yang dibawah sehingga dalam perang Uhud Pasukan Muslim kalah. 

Saat Nabi akan hijrah Nabi juga mengatur yaitu agar Sayidina Ali menggantikan beliau tidur di kamar. Kemudian Nabi keluar dan membaca doa.Saking mengaturnya Nabi sampai orang-orangnya ditentukan, kendaraannya ditentukan, dan rutenya direncanakan agar proses hijrah berhasil. 

Mengatur yang demikian itu bukanlah salah karena kita memang diperintah. Tapi di atas semua itu ada Allah Swt yang mengatur segala-galanya. Syekh Zaruq mengambil dalil surat  al-Qasash ayat 68 :

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ وَيَخْتَارُ ۗمَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ ۗسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

Artinya : "Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan".

Asy-Syaikh Abû al-Hasan asy-Syâdzilî (w. 656 H/1258 M.) juga berkata,“Segala sesuatu yang menjadi pilihan syara‘ dan pendidikannya itu engkau tidak boleh mengatur apa pun, karena hal itu adalah sesuatu yang diatur oleh Allâh untukmu, maka engkau harus memperhatikan dan mentaatinya.”

Apa yang sudah kita rencanakan terkadang sesuai dengan kehendak Allah. Sementara rencana kita sendiri juga telah dikehendaki Allah. Segala sesuatu yang kita rencanakan terkadang tidak tercapai, sehingga menjadikan hati gelisah.

Dalam hal tadbir ada istilah ada tadbir urusan duniawi dan tadbir urusan ukhrawi. Tadbir urusan dunia ada yang dicacat apabila bertentangan dengan syariat. Adapun urusan akhirat juga ada yang dicacat karena tujuannya bukan karena Allah. Abah berkata, "Kalau ada orang mengatur dirinya agar tampil maksimal kemudian tampil maksimal bukan karena Allah". Maka yang demikian adalah pengaturan yang tercela. Atau menghilangkan lafadz, "InsyaAllah". Padahal kita diajarkan oleh Allah dengan berkata: 

وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَٰلِكَ غَدًا،  إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ

Sehingga ketika pengaturan atau perencanaan itu berhasil maka yang diucapakan adalah Alhamdulillah dan apabila gagal maka tidak akan kecewa. Oleh karena itu  rencanakan dengan baik dan sempurna. Atur dengan sedetail-detailnya tapi akhirnya jangan beri'timad dan mengandalkan diri kita melainkan andalkan Allah Swt. 

وشاورهم في الأمر فإذا عزمت فتوكل على الله إن الله يحب المتوكلين

Bermusyawarahlah, jika sudah punya azam yang kuat dari hasil musawarah tersebut maka bertawakalah kepada Allah. Jangan bertawakal dari hasil musyawarah. 

Peristiwa-peristiwa di Bulan Syakban sangat berkenaan dengan cinta Allah kepada Nabi. Allah Swt sangat mencintai Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu Allah memberi banyak keistimewaan yang tidak diberikan kepada Nabi-nabi sebelumnya. 

Peristiwa Isra Mi'raj hanya ada pada Nabi Muhammad dan menunjukan bahwa beliau adalah Sayidul Anbiya wal Mursalin. Selesai Isra' Mi'raj, adalah Syakban yang memiliki kehebatan yang pada bulan ini Allah dan para Malaikat bersholawat kepada Nabi yang tidak pernah terjasi pada nabi sebelumnya. Sehingga kita juga diperintah untuk bersholawat. 

يا ايها الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما ايه

Manfaat dari sholawat yang kita baca kembali kepada diri kita masing-masing.  Sebenarnya amal-amal kita masih diragukan apakah diterima atau ditolak. Kecuali sholawat kita kepada Nabi yang pasti diterima. Jangankan amal, doa kita akan terhalang kecuali doa itu dibacakan sholawat. Oleh karena itu Sayid Alawi al-Maliki mengatakan bahwa seandainya kita tidak mendapat ijazah pun, jika sholawat kita masih boleh untuk mengamalkannya. 

Peristiwa Ketiga yang terjadi pada bulan syakban yang menunjukan cinta Allah kepada Nabi adalah peristiwa takhwilul qiblah atau perpindahan kiblat. Yaitu ketika nabi sholat di masjid qiblatain dimana saat itu beliau sholat ashar ada yang mengatakan dzuhur. Saat mendapat 2 rokaat turunlah perintah untuk menghadap masjidil haram setelah sebelumnya menghadap Baital maqdis. 

قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ

Bagaimana cinta Nabi kepada kita tentang  syakban?. Dalam hadist dijelaskan:

 ﺃَﺗَﺎﻧِﻲ ﺟِﺒْﺮِﻳﻞُ ﻟَﻴـْﻠَﺔَ ﺍﻟﻨِّﺼْﻒِ ﻣِﻦْ ﺷَﻌْﺒَﺎﻥَ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻳَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪُ ﻫَﺬِﻩِ ﻟَﻴـْﻠَﺔٌ ﺗـُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻭَﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔِ ﻓَﻘُﻢْ ﻭَﺻَﻞِّ ﻭَﺍﺭْﻓَﻊْ ﺭَﺃْﺳَﻚَ ﻭَﻳـَﺪَﻳـْﻚَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻓَﻘُﻠْﺖُ ﻳَﺎ ﺟِﺒْﺮَﺍﺋِﻴﻞُ ﻣَﺎ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟﻠَّﻴْﻠَﺔُ ؟ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟﻠَّﻴْﻠَﺔُ ﻳُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺛـَﻼَﺛـُﻤِﺎﺋـَﺔِ ﺑَﺎﺏٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔِ ﻓَﻴَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠﻪُ ﺗـَﻌَﺎﻟَﻰ ﻟِﺠَﻤِﻴﻊِ ﻣَﻦْ ﻻَّ ﻳُﺸْﺮِﻙُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﺷَﻴْﺌﺎً ﺇِﻻَّ ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﺳَﺎﺣِﺮًﺍ ﺃَﻭْ ﻛَﺎﻫِﻨًﺎ ﺃَﻭْ ﻣُﺸَﺎﺣِﻨﺎً ﺃَﻭْ ﻣُﺪْﻣِﻦَ ﺧَﻤْﺮٍ ﺃَﻭْ ﻣُﺼِﺮًّﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺰِّﻧﺎَ ﺃَﻭْ ﺁﻛِﻞَ ﺍﻟﺮِّﺑَﺎ ﺃَﻭْ ﻋَﺎﻕَّ ﺍﻟْﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ ﺃَﻭِ ﺍﻟﻨَّﻤَّﺎﻡَ ﺃَﻭْ ﻗَﺎﻃِﻊَ ﺍﻟﺮَّﺣْﻢِ ﻓَﺈِﻥَّ ﻫَﺆُﻵﺀِ ﻻَ ﻳـُﻐْﻔَﺮُ ﻟَﻬُﻢْ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺘـُﻮﺑﻮُﺍ ﻭَﻳـَﺘْﺮُﻛُﻮﺍ ﻓَﺨَﺮَﺝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﻋَﻠَﻴﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻓَﺼَﻠَّﻰ ﻭَﺑـَﻜَﻰ ﻓِﻲ ﺳُﺠُﻮﺩِﻩِ ﻭَﻫُﻮَ ﻳـَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢ ﺇِﻧـِّﻲ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻋِﻘَﺎﺑـِﻚَ ﻭَﺳُﺨْﻄِﻚَ ﻭَﻻَ ﺃُﺣْﺼِﻲ ﺛـَﻨَﺎﺀً ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺃَﻧـْﺖَ ﻛَﻤَﺎ ﺃَﺛـْﻨَﻴْﺖَ ﻋَﻠَﻰ ﻧـَﻔْﺴِﻚَ ﻓَﻠَﻚَ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﺣَﺘَّﻰ ﺗـَﺮْﺿَﻰ

Artinya: “Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. Nabi Muhammad saw. Ber-sabda, ‘Pada malam nishfu sya’ban, Jibril datang padaku seraya berkata, ‘Wahai Muhammad, malam ini adalah malam dibukanya pintu langit dan pintu rahmat. Maka, berdiri dan lakukanlah shalat! Angkatlah kepala dan kedua tanganmu ke langit!’ Kemudian aku berkata: ‘Wahai Jibril, malam apa ini?’ Jibril menjawab, ‘Malam ini adalah malam dibukanya tiga ratus pintu rahmat, dan Allah akan mengampuni semua orang yang tidak menye-kutukan-Nya kecuali para penyihir, peramal, penebar permusuhan, peminum khamr, pezina, pemakan riba, pendurhaka kedua orang tuanya, pengadu domba, dan pemutus tali persaudaraan. Mereka semua tidak akan diampuni dosa-dosanya sampai mereka bertobat dan meninggalkan perbuatannya.’ Kemudian Rasulullah saw. keluar untuk melakukan shalat. Beliau menangis dalam sujud seraya membaca doa: ‘Ya Allah, Sesung-guhnya aku meminta perlindungan dari siksa dan amarah-Mu dan aku tidak mampu menghitung pujian yang dipersembahkan pada-Mu seperti halnya ketika Engkau memuji Dirimu sendiri, maka Engkaulah yang berhak memiliki pujian sehingga Engkau meridlainya. 

Syekh Muhammad bin Abdillah al-Zahidi berkata, temanku yang bernama Abu Hafs al-Kabir wafat. Saya mensholati jenazahnya, setelah saya mengantarkan jenazahnya selama 8 bulan aku tak mengunjungi makamnya. Kemudian saya ingin berziarah kepadanya. Saya tidur di malam hari. Dalam mimpi saya melihat kawan saya Abu Hafs wajahnya berubah. Tidak seperti wajahnya di dunia. Saya ucapkan salam kepadanya tapi dia tidak menjawab. Kemudian saya bertanya, kenapa tidak menjawab salam saya?. Dia menjawab, bahwa menjawab salam adalah ibadah sedangkan orang yang sudah mati sudah tidak bisa ibadah. 

Kemudian ditanyakan kenapa keadaanya seperti itu. Lalu dijawab, "Wahai saudaraku saat aku dikubur ketahuilah aku sudah dijempuut oleh Malaikat yang menyebut semua kejelekan kejelekanku di dunia, saya dipukul sampai hancur, dan utuh kembali dipukul sampai hancur dan kembali lagi, sampai ada suara yang memerintah Malaikat untuk menghentikan siksa untukku Suara itu berkata agar siksaku dihentikan karena aku pernah menghidupkan satu malam di bulan syakban dan berpuasa pada siang harinya sehingga aku dimasukan ke surga-Nya Allah". 

Riwayat di atas persis dengan dawuh Nabi:

 من أحيا ليلة العيدين وليلة النصف من شعبان لم يمت قلبه حين تموت القلوب 

Artinya: " Barsngsiapa yang menghidupkan dua malam hari raya dan malam nisfu syakban maka hatinya tidak akan mati di saat banyak hati yang mati". 

-Disarikan dari Ngaji Hikam Setiap Malam Selasa Oleh Dr.KH. Abdul Kholiq Hasan, M.HI di Bumi Damai Al-Muhibin Bahrul Ulum Tambakberas Jombang 19 Februari 2024.

9 komentar untuk "Ngaji Hikam Hikmah Ke-3 dan 4"

  1. Roy kelas 3 Ula ngaji Al-Hikam

    BalasHapus
  2. Reja kelas 3 ula ngaji al-hikam

    BalasHapus
  3. MAYADA kelas 1 wustho ngaji al-hikam

    BalasHapus
  4. ENGGAR kelas 1 wustho ngaji al-hikam

    BalasHapus
  5. Ilmi ulfiyatul kelas 1 wustho ngaji al-hikam

    BalasHapus
  6. Ika maulana kelas 1 wustho ngaji al-hikam

    BalasHapus
  7. Erlina kelas 3 ula ngaji Al-Hikam

    BalasHapus
  8. Alfi kelas 1 wustho ngaji al-hikam

    BalasHapus