Ngaji Hikam Bab Bersahabat Karena Allah

Allah berfirman dalam surat az-Zuhrif ayat 67 bahwa :

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِين

Artinya : Teman-teman akrab pada hari itu (hari kiamat) sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang berteman atas dasar bertakwa.

Ada dua sahabat yang berkumpul dan bertemu karena Allah serta berpisahnya pun juga karena Allah. Ketika di akhirat nasibnya tidak sama. Satu sahabat masuk surga bi fadlilah dan satu sahabat masuk neraka karena keadilan Allah. Akan tetapi karena persahabatan yang dibangun selama di dunia adalah persahabatan karena Allah. Tiba-tiba sahabat yang jatahnya masuk surga tidak mau masuk dan mengajukan permohonan kepada Allah dan Malaikat Jibril. Sahabat yang masuk surga mengancam tidak mau masuk surga apabila kawan karibnya yang masuk neraka tidak diangkat untuk masuk surga. Dia menginginkan berkumpul di dunia dan di surganya Allah. Sampai akhirnya sahabat yang masuk surga diberikan izin untuk menolong sahabatnya. Inilah persahabatan orang-orang yang bertakwa yang bisa menolong sahabatnya ketika masuk neraka. 

Dalam ayat yang lain Allah menjelaskan tentang penyesalan orang-orang yang bersahabat tapi salah dalam bergaul. Mereka berteman dalam ketidakbenaran. Sehingga diterangkan: 

یَـٰوَیۡلَتَىٰ لَیۡتَنِی لَمۡ أَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیلࣰا (٢٨) لَقَدْ اَضَلَّنِيْ عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ اِذْ جَاۤءَنِيْۗ وَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِلْاِنْسَانِ خَذُوْلًا (٢٩)

Artinya : Wahai, celaka aku! Seanainya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku) [28] sungguh, dia telah menyesatkan aku dari peringatan (Al-Qur'an) ketika (Al-Qur'an) itu telah datang kepadaku. Dan setan memang pengkhianat manusia.” [29] 

Saking pentingnya persahabatan yang karena Allah, Syekh Ibnu Athaillah (W.709 H/ 1310 M) menulis beberapa hikmah di dalam kitabnya Al-Hikam yaitu : 

لَا تَصْحَبْ مَنْ لَا يُنْهِضُكَ حَالُهُ وَلَا يَدُلُّكَ عَلَى اللهِ مَقَالُهُ

Artinya : “Janganlah berteman (berguru) terhadap orang yang kondisinya tidak membangkitkanmu


(untuk meraih ridha Allah) dan ucapannya tidak menunjukkanmu kepada Allah.”

Sederhananya adalah siapa orang yang tidak boleh kita jadikan sahabat?. Maka kita tinggal  melihat prilaku dan perkataanya. Dua hal yang sangat mempengaruhi kita yaitu kata yang keluar dari lisan dan kata yang keluar dari perbuatannya. Dan diantara keduanya yang paling berpengaruh adalah perbuatan. Sehingga yang didaluhulukan Syekh Ibnu Athaillah dalam hikmah tersebut adalah khalnya dahulu. Beliau berkata Janganlah berteman (berguru) terhadap orang yang kondisinya tidak membangkitkanmu (untuk meraih ridha Allah) dan ucapannya tidak menunjukkanmu kepada Allah. 

Perjalanan kita menuju Allah adalah perjalanan yang paling mulia. Maka para Murid yang disebut Salik yaitu orang yang sedang menuju Allah. Sampai disindir dalam satu riwayat bahwa jangan sampai perjalananmu menuju Allah seperti gilingan yang terus berputar tapi tidak sampai pada tujuan. Mengapa tidak sampai tujuan?. Karena tidak ada yang menunjukan dan tidak ada yang diteladani. 

Perjalanan menuju Allah sangat amat mulia sehingga menjadi perjalanan yang sangat berat. Ada banyak jebakan dan ranjau dari nafsu dan setan. Sehingga kita butuh yang kita andalkan yaitu sahabat. Kriteria sahabat diantaranya adalah

1) Suhbatul Ukhuwah yaitu sahabat dalam rangka persaudaraan. Yaitu sama-sama murid yang setara dan sesama murid. Persahabatan yang seperti ini penting seperti keterangan dalam Alquran : 

وَتَعَاوَنُوۡا عَلَى الۡبِرِّ وَالتَّقۡوٰى‌ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوۡا عَلَى الۡاِثۡمِ وَالۡعُدۡوَانِ‌

Mereka adalah sahabat yang dapat kita jadikan teman untuk berjalan menuju Allah dengan dua kriteria yaitu sahabat yang khaliyah-nya mengingatkan kita kepada Allah. Dan sahabat yang nasihat-nasihatnya mengajak kita untuk berjalan menuju Allah.

Seperti Abah Djamal dulu ketika masih hidup banyak sekali orang yang datang ngaji hanya untuk ketemu beliau. Bahkan saya kalau punya masalah saya cukup datang ke Sambong ke ndalem dan memandang beliau, semua masalah sudah hilang. Padahal belum dinasihati. Bahkan terkadang beliau yang dagang ke Tambakberas atau Ke Ngeledok. Sosok seperti Abah inilah yang khaliyah dan nasihatnya membangkitkan semangat menuju Allah. Sehingga banyak yang merasa kehilangan ketika beliau wafat. Bahkan hanya dengan melihat wajah beliau melalui foto kita bisa teringat dengan kebaikan-kebaikan dan khaliyah beliau.

Saya pernah ziarah ke Maqam ke Syekh Ibnu Athaillah dan Ashabul Kahfi berikut di gua-nya yang ada di Yordan. Mereka adalah pemuda yang luar biasa untuk mempertahankan iman. Bahkan anjingnya yang bernama qiqmir dan berwarna seperti warna langit. Dia berada di depan pintu gua dan menjulurkan kaki depannya. Sampai orang-orang tidak berani memasuki gua tersebut. 

Oleh karena itu ada 7 hewan yang masuk surga dan diantaranya adalah anjing. Padahal anjing dalam pandangan madzhan syafii adalah hewan yang hina dan menyentuhnya harus dibasuh sebayak 7 kali. Tapi anjing ini menjadi mulia karena ber-suhbah, dan bersahabat dengan orang sholeh. Dalam tafsir Al-Showi disebutkan kalimat yang indah: 

وبهذا تعلموا ان حب الصالحين ان حب الصالحين وصحبة الصالحين يرث الخير العظيم وفوز بجنة النعيم

Dengan kisah anjing Ashabul Kahfi tersebut kita mengetahui bahwa mencintai orang sholeh dan bersahabat dengan mereka menjadikan kebaikan yang agung dan keberuntungan dapat masuk surga.

Sampai ada pertanyaan lebih mulia mana uzlah dan tidak uzlah?. Menurut kami lebih baik tidak uzlah. Karena uzlah hanya menjadika orang menghindar dari pengaruh jelek  dan tidak bisa menangkap kebaikan apapun. Sehingga kita harus mencari sahabat yang sahabat yang prilaku dan kata-katanya membangkitkan semangat kepada Allah. Sehingga dalam hal ini kita harus mencari guru. Dan apabila sudah menemukan guru maka jangan sampai dilepas. 

2) Suhbatul Suyukhah yaitu berdahabat dengan guru dan mursyid. Sangat beruntung apabila kita memiliki mursyid yang bisa menunjukan kita jalan menuju Allah.  Dalam syarah hikam disebutkan :

الصحبة هي اصل كبير في السلك الى الله وهو منافع والفوائد

Mencari sahabat adalah pokok yang besar di dalam berjalan menuju Allah karena persahabatan memiliki banyak manfaat dan faidah. Diantaranya adalah :

1) Membangkitkan semangat kuta dalam faidah. Karena terkadang kita dalam ibadah sangat bersemangat dalam ibadah. Seperti ketika Ramadan sangat semangat. Setekah Ramadan turun. Berbeda dengan orang sholeh zaman dulu. Mereka ketika akan turun semangatnya obatnya adalah sowan kepada kiai dan wali-walinya Allah. Sehingga tumbuh kembali sahabatnya. 

Ibnu Sirrin seringkali disowani oleh bayak orang yang tujuannya agar tumbuh semangat mereka dalam ibadah menuju Allah. Seperti juga yang dicontohkan Abah ketika akan Ramadan kita diajak zairah dan sowan ke makam-makam para wali. Nabi bersabda : 

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

Agama dan prilaku seseorang sama dengan temannya maka kalian harus benar-benar memperhatikan dengan siapa kalian bergaul. Rasulullah pernah membuat perumpamaan antara kawan yang baik dengan kawan yang jelek. Orang yang berkawan dengan orang baik maka dia seperti berteman dengan penjual minyak wangi. Walaupun tidak pakai minyak akan kecipratan wanginya. 

Sedangkan  yang berteman dengan orang yang jelek ibarat berteman dengan seorang pande besi. Pasti ada dari kita yang dirugikan. Walapun tidak ikut membuat tapi kita terkena apinya. Sampai dikatakan : 

الصاحب ساحب 

Wataknya seorang teman menarik  watak temannya. Sehingga tidak sadar jika berteman dengan orang jelek dia ditarik dalam kejelekan. Dalam kitabnya Mbah Hasyim dijelaskan bahwa bagaimana mencarikan teman duduk bagi anak-anak kita. Dan dengan siapa anak-anak kita pasrahkan pendidikannya?. Tidak ada yang lebih baik daripada dipesantrenkan. Karena apabila dia didudukan dengan kiai dan para guru maka mereka akan mencontoh akhlaqnya para kiai. Hal ini sesuai dengan dawuh Habib Novel bin Jindan dan Habib Sholeh al-Jufri bahwa ketika beliau di Tarim dan duduk menjadi muridnya Habib Umar al-Hafiz. Kitab beliau adalah gurunya. Karena setiap hari Habib Umar memberi contoh melalui prilaku dan perkataannya. 

Abdullah bin Abas adalah putra paman Nabi yaitu Sayidina Abas. Nasab beliau dengan adalah sepupu. Beliau pernah bertanya kepada Nabi: 

يا رسول الله أي جلسائنا خير؟ قال: مَنْ ذَكَّرَكُمُ اللَّهَ رُؤْيَتُهُ، وَزَادَ فِي عِلْمِكُمْ مَنْطِقُهُ، وَذَكَّرَكُمْ بِالْآخِرَةِ عَمَلُهُ. وهو وإن كان في إسناده مقال إلا أنه يعمل به في الفضائل 

Artinya : Ya Rasulullah, siapakah teman duduk kami yang baik?. Nabi menjawab, (1) Mereka adalah orang yang mengingatkan kamu kepada Allah ketika kamu memandangnya. (2) Kata-kata mereka menambah ilmu kalian. (3) Amal mereka menjadikan kita ingat akhirat dan kematian. 

1. Sahabat yang mengingatkan kamu kepada Allah ketika kamu memandangnya. 

Dulu salah satu keturunan Habib Anis Solo ada yang bertanya kepada salah satu muridnya. Kenapa engkau menjadi muridnya Habib Anis?. Murid Habib Anis menjawab, "Karena ketika kami memandang Habib Anis kami bisa mengingat Allah". Seperti juga ketika kita di makam-makam orang sholeh. Baik di Makam Mbah Yai Djalil dan Yai Mustaqim. 

2. Kata-kata mereka menambah ilmu kalian. Mereka adalah guru dan mursyid yang kata-katanya dapat menambah ilmu. Sehingga kepahaman kita juga bertambah. 

3. Amal mereka menjadikan kita ingat akhirat dan kematian. 

Di dalam riwayat yang lain diperintahkan agar kita bersahabat dengan orang yang (1) khaliyah dan prilakuanya dapat membangkitkan kita kepada Allah. Yaitu mereka yang apabila kita melihatnya kita menjadi ingat Allah. (2) Dan apabila kita berposisi sebagai orang yang cinta dunia, tapi ketika kita duduk dengan mereka kalian menjadi orang yang zuhud. (3) Apabila kita adalah orang yang malas ibadah ketika kita duduk orang itu kita menjadi orang yang semangat. (4) Apabila duduk dengan orang maksiat, maka akan menjadi orang yang menyesal. Maka jadikanlah orang yang seperti ini sabagai panutan.

Ibnu Rusydin berkata, "Tidak pantas dijadikan teman kecuali orang yang dapat diteladani dalam urusan agama dan kebaikannya karena teman yang buruk akan  menjadikan kita hina". Sahal bin Abdullah al-Tustari adalah Sufi yang sejak umur 5 tahun sudah ditinggal wafat abahnya. Oleh ibunya dititipkan kepada pamannya yang ahli agama. Sahal bin Abdullah al-Tustari, "Berhati-hatilah  jangan sampai bersahabat dengan 3 kelompok dari manusia (1) Penguasa yang lalai, (2) Ahli Alquran yang bermuka bagus dihadapan banyak orang, dan (3) Orang ahli tasawuf yang bodoh. 

Ilmu-ilmu agama bukanlah ilmu bisa sehingga kita harus selektif dalam mengambil urusan agama. Sehingga kita harus tahu sanadnya yang sampai kepada Rasulullah. Mengapa kita harus bersahabat dengan orang-orang yang dekat dengan Allah?. Karena duduk dengan orang baik pasti akan mendapat keberkahan. Ada saudara saya yang bersahabat dengan menjadi santrinya Syaikhona Kholil. Orang ini tidak begitu pintar. Namun mengabdi dan melayani dengan cara bersukbah Syaikhona Kholil. 

Sampai-sampai satu ketika Syikhona menanam pisang di belakang rumah. Ketika akan dicabut pisangnya. Dipanggilah santri ini untuk membantu, "Nak pengangi pohon pisang ini ya?". Setelah menyuruh santri tersebut, tiba-tiba ada tamu dan Kiai Kholil menemui tamu terlebih dahulu. Sampai magrib, isyak dan subuh. Santri ini masih memegang pisang tersebut. Setelah subuh Kiai Kholil lewat di belakang rumah dan melihat santri ini masih pegang pisang. 

Akhirnya dia mejadi tokoh yang hebat di Madura. Bahkan satu ketika beliau diikuti oleh serangga dari desa sebelah. Dan kembali ke desa sebelah untuk mengembalikan serangga tersebut agar tidak pisah dengan isteri dan anaknya. Orang yang berkumpul dengan orang sholeh akan disemangati dan diberi petunjuk karena bersahabat dengan mereka. Sahabat dalam hal ini ada dua yaitu sahabat persaudaraan dan sahabat keguruan yang akan memberi keberkahan sekalipun tidak terlihat saat itu. Bahkan setelah mati. Seperti cerita Mbah Sholeh dengan Sunan Ampel yang wafat 9 kali. 

Ketika kita sudah berkumpul dengan orang sholeh dan merasa tudak mendapat barokahnya maka jangan salahkan mereka tapi mari koreksi adab kita. Karena terkadang ujian seorang murid adalah kurang yakin dan kurang memuliakan mereka. Serta sedikit khusnudzon kepada guru. Sehingga kadang ujian terbesar murid adalah adanya suudzon kepada gurunya. Dan itu menjadi hijab terbesar bagi dia kepada guru dan Allah. Sampai dikatakan adab adalah diatas ilmu. Syekh Tajudin berkata : 

ربما كنت مسيئا فأراك الإحسان منك صحبتك من هو أسوأ حالا منك

Artinya : “Barangkali engkau adalah seseorang yang buruk, kemudian kebaikan nampak dari dirimu karena kamu bersahabat dengan orang yang keadaannya lebih buruk darimu”. 

Bahaya kita ketika bersahabat dengan orang yang lebih jelek. Adalah kita mengatakan pada diri kuta lebih baik dari orang lain. Sehingga bersahabatlah dehan orang yang lebih tinggi dalam hal ilmu dan ibadahnya. Karena apabila kita duduk dengan orang yang rendah akhlaqnya kita akan merasa lebih baik. Sesungguhnya bersahabat dengan orang yang ada dibawahmu (ilmunya dan ibadahnya) adalah bahaya  yang murni karena hal itu dapat menutupi aib-aibmu. Hal ini karena berkumpul dengan orang yang jelek-jelek. Sehingga kamu terlihat kesempurnaanmu dan merasa cukup dengan keadaanmu padahal itu adalah pangkal keburukan. Sabahat sejatimu adalah yang membenarkan kamu ketika kamu salah. Bukan yang membenarkan kamu sekalipun kamu dalam kesalahan. (*)


- Disarikan dari Ngaji Hikam Malam Selasa oleh Dr. KH. Abdul Kholiq Hasan, M.PdI di Bumi Damai Al-Muhibin.

Posting Komentar untuk "Ngaji Hikam Bab Bersahabat Karena Allah"