Ngaji Hikam Bab Zuhud (2)

Zuhud adalah tahapan yang ke tujuh untuk menuju Allah. Setelah zuhud, pintu berikutnya adalah gerbang mahabah. Zuhud menurut para sufi definisinya berbeda-beda. Ungkapannya berbeda tapi maksudnya sama. Karena orang sufi itu individualistik. Masing-masing tidak sama ketika dawuh, tetapi tidak ada yang salah, semuanya benar.

Imam Ghazali menggambarkan orang sufi seperti orang buta yang dihadapkan dengan gajah. Satu orang memegang perutnya, satunya lagi memegang gadingnya, ada yang memegang kakinya, dan ada yang memegang kupingnya.

Kalau ditanyakan, gajah itu seperti apa (bentuknya)?. Yang memegang perut menjawab gajah itu seperti bedug. Menjawab seperti itu apakah salah?. Tidak, itu benar, karena yang dipegang adalah perutnya. Yang satu ditanya gajah itu seprti apa (bentuknya)?. Dijawab gajah itu seperti "linggis", karena yang dipegang adalah gadingnya. Ada yang menjawab gajah itu seperti kipas, karena yang dipegang adalah telinganya. Dan ada yang menjawab gajah itu seperti bumbung karena yang dipegang adalah kakinya. Semua (jawaban) tidak salah. Ungkapannya memang berbeda tapi maksudnya sama.

Syekh Junaid al-Bagdadi (W. 297 H) mendefinisikan zuhud adalah tangan tidak memegang harta, dan hati tidak terpengaruh harta. Disaat yang lain beliau berkata, zuhud adalah menganggap remeh dunia, dan menghapus pengaruh dunia dari hati.

Syekh Abu Sulaiman al-Daroini (W. 215 H) dawuh, zuhud bagi kami adalah meninggalkan segala sesuatu yang mengganggumu dari Allah. Apapun yang mengganggu ibadah kepada Allah ditinggal. Karena manusia diciptakan untuk ibadah. Manusia dan jin diciptakan oleh Allah hanya untuk beribadah. Makannya kalau ada yg mengganggu ibadah kepada Allah ditinggalkan.

Syekh Sufyan as-Sauri (W. 161 H) guru dari Imam Malik bin Anas, beliau berkata zuhud di dunia adalah pendek angan-angan. Merasa (bahwa) umurnya tidak panjang. Karena umurnya pendek, akhirnya giat mencari bekal (untuk) akhirat. Sayidina Ali (W 40 H) ditanya apa itu zuhud?. Beliau dawuh, "tidak peduli (terhadap) dunia, dunia itu diambil orang mukmin tidak peduli, diambil orang kafir juga tidak peduli". Artinya, tidak terpengaruh oleh dunia. Itulah beberapa sufi yang mendefinisikan zuhud. Sekarang saya kan menjelaskan zuhudnya Nabi Muhammad, Sayidina Abu Bakar, Sayidina Umar, Sayidina Ustman dan Sayidina Ali.

Ada hadist yang menjelaskan "Pada suatu saat, Malaikat Jibril turun dan bertemu dengan Nabi, ia berkata "Ya Muhammad Allah berkirim salam kepadamu, Allah berfirman, apakah kamu suka apabila semua gunung dijadikan emas, lalu (gunung emas itu) bersama kamu dimanapun kamu berada?. Nabi menunduk sesaat, kemudian berkata, "Ya Jibril dunia adalah rumah bagi orang yang tidak punya rumah (di akhirat nanti)". "Dunia adalah harta bagi orang yang tidak memiliki harta (di akhirat nanti)". Lalu Malaikat Jibril mendoakan Nabi Muhammad, "Mudah-mudahan Allah menetapkan jiwamu dengan perkataan yang benar".

Orang yang mengumpulkan harta (saja) adalah orang yang tidak berakal, karena hidup itu terbatas. Orang yang berakal, seumur hidupnya, sepenuhnya digunakan untuk akhirat. Karena dunia hanya sesaat dan sifatnya sementara. Begitulah zuhudnya nabi. Akan diberikan gunung emas, tatapi beliau tidak tertarik.

Siti Aisyah dawuh, "Ketika Nabi wafat, di rumahnya tidak ada apa-apa yang bisa dimakan kecuali hanya ada sedikit gandum. Nabi sebelum wafat sempat dawuh, "Aisyah aku ditawari oleh Allah, bagaimana kalau tanah "batha" Makkah dijadikan emas (Seumpama seperti Jombang kalau sawah dan kebunnya dijadikan emas bagaimana?)?. Aku matur kepada Allah "Ya Rabbi, aku hanya ingin sehari dalam keadaan lapar dan sehari dalam keadaan kenyang".

Ketika sehari saya lapar, saya bisa tawadlu', depe-depe dan berdoa kepada Panjengan, dan sehari ketika saya kenyang saya bisa memuji-muji kepada Panjenengan. Begitulah zuhudnya nabi tudak hanya gunung tapi juga tanah "Batha" Makkah yang akan dijadikan emas, tapi beliau tidak tertarik.

Jabir bin Abdullah, adalah sahabat yang dekat dengan Nabi. Jabir bin Abdullah dawuh, suatu saat saya bersama RasululAllah. Tiba-tiba datang kepada beliau seorang laiki-laki berwajah putih, rambutnya indah, pakaiannya putih. Orang itu bertanya "Ya RasululAllah, dunia itu apa?. Nabi menjawab, dunia itu hanya seperti impian orang yang tidur. Sebentar sudah hilang".

Itulah sifatnya dunia. Silakan dilihat orang yang kaya-kaya itu, rata-rata yang menghuni rumahnya tidak ada yang berani. Rumahnya "suwung" dan kebunnya kosong. Akhirnya oleh anak-anaknya dijual.

Tanah Tambakberas (dulu) hanya milik beberapa orang saja dan habis dijual. Yang memiliki sekarang ini, semua adalah anak turunnya Mbah Hasbullah. Mbah Hasbullah dulu itu orangnya sangat dermawan. Tanah Tambakberas yang jadi pondok-pondok itu dulu semuanya milik Mbah Hasbullah. Tanah Denanyar yang jadi pondok-pondok juga tanahnya Mbah Hasbullah. Itu karena beliau adalah orang yang dermawan.

Orang yang berwajah putih dan berrambut indah, dan berbaju putih bertanya lagi, Ya RasululAllah, akhirat itu apa?. Nabi kemudian dawuh, akhirat itu besok, ada sebagian yang dimasukkan di surga dan ada sebagian yang dimasukkan di neraka.

Besok ketika di Makhsar Nabi adam di dawuhi oleh Allah, "Ya Adam anak turunmu kirimkan ke surga, dan kirimkan ke neraka". Lalu Nabi Adam bertanya, "Berapa ya Allah yang dikirim ke surga, dan berapa yang dikirim ke neraka?". Allah dawuh, "Adam, Tiap-tiap 1000 (seribu) dari anak turunmu, kirimkan ke surga 1 (satu) dan kirimkan ke neraka 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan)".

Sekarang bisa dilihat, Jombang adalah kota santri, Kediri juga kota santri. Tanah Jawa itu rata-rata Islam. Tapi hitunglah Se-Tambakberas yang di dalamnya terdapat sekian pondok pesantren, kira-kira yang jumatan berapa?. Yang tidak Jumatan berapa?. Itu kota santri.

Jombang itu, tiap-tiap Jumat hitunglah, di masjid-masjid yang jumatan berapa?, yang tidak jumatan berapa?. Masjid-masjid yang berdampingan dengan pasar itu hitunglah. Itu belum di Hongkong, belum di Amerika, Eropa, dan Rusia.

Indonesia yang banyak warga islamnya saja seperti itu. Oleh karenanya pantas kalau seluruh dunia setiap 1000 (seribu) dari anak turun Nabi Adam 1 (satu) dimasukkan surga dan 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) dimasukkan Neraka.

Lalu laki-laki yang putih wajahnya itu bertanya lagi, surga itu apa?. Nabi dawuh, orang yang ketika di dunia meninggalkan dunia, besok diganti surga. Meninggalkan dunia maksudnya apa?. Yaitu meninggalkan dunia yang tidak ada faidah/ manfaatnya untuk akhirat. Tapi kalau bekerja, mencari dunia untuk bekal ibadah itu bukan dunia.

Dunia oleh nabi diibaratkan seprti ular. Ular itu, di dalam tubuhnya mengandung racun dan penawarmya. Ambilah penawarnya dan buanglah racunnya. Racun dunia adalah bahaya-bahaya dunia, seperti untuk karaoke, pergi ke tempat-tempat hiburan, minum-minuman keras. Sedangkan penawar dunia adalah manfaatnya. Mencari dunia dimanfaatkan untuk bekal ibadah, dimanfaatkan untuk shadaqah, dimanfaatkan untuk membantu fuqara, yatama, amal sosial, itu namanya penawar dunia. Nabi dawuh, ambilah penawarnya (dunia), dan buanglah racunnya.

Nabi dawuh surga adalah untuk orang yang meninggalkan dunia. Kemudian orang yang berwajah putih dan berambut indah bertanya lagi, Apa itu Jahanam?. "Jahanam adalah gantinya dunia untuk orang yang memburu dunia".

Kemudian laki-laki itu bertanya lagi, "apa/ bagaimana umat ini yang paling baik?". Nabi menjawab, "Umat ini yang paling baik adalah umat yang kegiatannya hanya berbakti kepada Allah". Lalu laki-laki itu bertanya lagi, "Bagaimana laki yang melakukan taat/ berbakti?". Nabi menjawab "Orang yang mencari akhirat dan mencari surga adalah orang yang semangat seperti orang yang mencari kafilah". Maksudnya, seperti orang yang berada di padang pasir dan tidak ada kendaraan. Ia bersemangat mencari kafilah (kelompok yang naik unta). Karena orang yang berada di padang pasir dengan berjalan kaki itu berbahaya. Mungkin mati kelaparan mungkin mati kehausan. Oleh karena itu semangat mencari kafilah.

Maka karena itu, orang yang taat Allah di dunia itu semangat beribadah, semangat ngaji, semangat jamaah, semangat amal sosial seperti orang yang bersemangat mencari kafilah di padang pasir.

Seterusnya ditanyakan lagi kepada Nabi, antara dunia dan akhirat jaraknya itu berapa?. Kita ini, di dunia sampai berapa tahun?. Kadang ada orang yang umurnya 70 tahun, ada yang sampai 80 tahun, itu sebenarnya kalau di angan-angankan seperti mimpi. Dulu kalau aku kecil kesukaanku mancing, dulu kesukaanku ikut bapak ke sawah. Yang sudah umur 60 Tahun coba angan-angankan. Saya ini umurnya sudah 75 tahun.

Nabi dawuh, "Antara dunia dan akhirat itu seperti memejamkan mata dan kembali membuka mata". Begitu cepatnya. Lalu Jabir dawuh, "lalu laki-laki itu pergi, dan tidak ada yang tahu kemana perginya". Kemudian RasulilAllah "dawuh", "dia adalah Malaikat Jibril, dia datang untuk memberi semangat kepadamu agar zuhud di dunia ini. Memberi semangat kepadamu agar tidak semangat mencari dunia, tapi mendorong kamu supaya bersemangat mencari akhirat". Itu adalah pelajaran dari Malaikat Jibril melalui pertanyaan kepada Rasulillah.

Karena itulah Nabi orang yang zuhud. "Diriwayatkan oleh Siti Aisyah Radliyallahu Anha, Nabi itu tidak pernah kenyang tiga hari berturut-turut, tidak pernah!. Tadi didawuhkan bahwa Keinginannya Nabi sehari kenyang dan sehari lapar. (Waktu lapar digunakan untuk berdoa dan "depe-depe" kepada Allah, dan kenyang agar beliau bisa memuji-muji Allah).

Siti Aisyah juga dawuh, "nabi tidak pernah kenyang dengan roti Syair (gandum kasar) dua hari berturut-turut. Sehari kenyang, sehari lapar. Kalau gandum halus namanya khintoh. Padahal seandainya kalau beliau mau, Allah akan memberikan apapun "sak kerentek e ati". Tapi nabi tidak mau.

Suatu ketika Sayidah Aisyah, dawuh "keluarganya Nabi tidak pernah kenyang memakan roti gandum". Malah Sayidah Fatimah pernah tidak makan, Sayidina Ali tidak Makan, Sayidina Hasan dan Sayidina Husen juga tidak makan, selama 3 hari. Kemudian mereka disambang oleh nabi bersama Imron bin Husen. Nabi mengetuk pintu, "Asalamualaikum Ya Fatimah" salam Nabi. "Wa alaikum salam Ya Abi" Jawab Fatimah. Lalu Nabi berkata "buka pintunya Fatimah". Kemudian Fatimah bertanya "Ya Nabi Jenengan (ke sini) dengan siapa?. Nabi menjawab "saya bersama Imron". Kemudian Fatimah berkata "Bagaimana ya Rasul, aku ini tidak punya tutup aurat, Kalau saya tutup bagian bawahnya maka bagian atasnya terbuka. Kalau saya tutup bagian atasnya, maka bagian bawahnya terbuka. Bagaiman ya Rasul?.

Kemudian Nabi memberi sorban. Setelah itu nabi bertanya, bagaimana kabarmu Fatimah?. Fatimah menjawab, Ya Nabi, Saya sudah 3 hari tidak makan. Anakku, Hasan dan Husen juga 3 hari tidak makan. Nabi membuka baju sambil berkata "Fatimah". Ternyata Di dalam baju nabi ada batu. Nabi dawuh "Fatimah, aku ini lebih mulia dari kamar dihadapan Allah. Aku sudah 4 hari tidak makan.

Kemudian Nabi keluar dengan perasaan iba terhadapa Sayidina Hasan dan Sayidina Husen, kalau Fatimah sudah dewasa. Sudah paham dengan apa yang aku katakan. Kalau Hasan dan Husen bagaimana?. Nabi terus berjalan dengan cara (ha'iman) atau tanpa tujuan. Lalu sampailah beliau ke kebun kurma dan bertemu dengan seorang badui yang sedang menyiram batang kurma dengan air. Lalu nabi mengucapkan salam dan berkata "Wahai saudaraku, orang 'Arobi kamu kok menyiram kurma sendirian?. Lalu orang Aroby itu menjawab, "tidak ada orang yang mau mejadi buruh". Orang Badui tersebut tidak tau kalau yang di hadapannya itu adalah rasul.

Lalu Nabi berkata "Bagaimana kalau aku mau menjadi buruhmu?". Kemudian Badui bertanya "benrkah kamu mau menjadu buruh?". Nabi menjawab "Iya saya mau". Lalu Nabi bertanya, "ongkosnya berapa?". Kemudian Badui menjawab, "satu kali menimba dengan timba besar ongkosnya 3 butir kurma".

Nabi pun menjadi buruh. Ditimba oleh beliau dengan timba yang besar sampai 8 kali. Setelah timba yang ke 8, timbanya patah dan jatuh ke sumur. Orang Badui marah dan berkata, "goblok" lalu pipi Kanjeng Nabi ditamapar (jawa : tempeleng) sampai membekas jari di pipi beliau.

Akhirnya Nabi berkata "Ya 'Aroby, sudah cukup (saya bekerja sebagai buruh kepadamu), sekarang timba yang jatuh ke sumur saya ambil dan saya meminta ongkos saya?". Berarti ongkosnya Nabi = 3 kurma x 8 timba = 24 butir kurma.

Setelah kejadian itu orang 'Aroby penasaran. Siapa sebenarnya orang tadi yang menjadi buruhku?. Kok lemah lembut, ketika dia tak "tempelang" kok diam saja dan tidak marah. Kemudian nabi diikuti oleh Aroby dan ditanyakan, "siapa (orang) itu sebenarnya?". Orang yang ditanya menjawab, "Itu adalah Muhammad al Mustofa". Akhirnya Aroby menyesal, kemudian memotong tangannya. "Besok kalau kalau masuk neraka biar tanganku ini daja yang masuk neraka". Lalu dibawalah tangannya yang sudah terpotong kepada Nabi.

Ketika menuju Nabi, 'Aroby betemu Abu Bakar dan bertanya "dimana Muhammad?. Lalu oleh Abu Bakar menjawab "di Rumahnya Sayidah Fatimah". Ternyata ketika Kanjeng Nabi datang Sayidina Hasan dipangku di bagian kanan dan Sayidina Husen dipangkuan Nabi sebelah kiri. Mereka berdua disuapi kurma hasil dari menjadi buruh tadi. Kemudian Abu Bakar matur "Ya Rasulullah, ada yang mencari Jenengan?". Nabi menjawab "suruh dia masuk".

Kemudian 'Aroby berkata kepada Nabi, "Ya Muhammad, apakah benar kamu RasululAllah?". Nabi menjawab "Iya, benar aku RasululAllah". Aroby berkata lagi, "Kalau benar kamu RasululAllah kembalikanlah tanganku ini!". Lalu Nabi bertanya, "Kenapa tanganmu Kamu potong?. Aroby menjawab "Kalau kamu RasululAllah, aku takut masuk neraka, jadi aku potong tanganku biar tanganku saja yang masuk neraka, Kalau kamu RasululAllah, obatilah tanganku ini". Lalu oleh Nabi tangan Aroby disambungkan dan kembali seperti sedia kala.

Itulah zuhudnya Nabi dan keluarganya. Itu adalah sebagian dari hadist-hadist yang menerangkan zuhudnya nabi. Sekarang saya terangkan zuhudnya Abu Bakar. Abu Bakar al-Sidiq diriwayatkan, Ketika nabi mencari dana untuk perang. Abu bakar mendermakan 40.000 dinar (1 Dinar = 2 juta, kalau 1000 Dinar berarti = 2 Miliar kalau 40.000 Dinar = 80 Miliar). secara rahasia. Maksud dari rahasia itu tidak diketahui oleh orang lain. Lalu mendarmakan secara terang-terangan hartanya sebanyak 40.000 Dinar. Berati total darma dari Abu Bakar adalah 160 Miliar. Sampai seluruh isi rumahnya habis. Makanya beliau dawuh semua harta saya, saya darmakan. Di rumah tinggal Allah dan Rasulnya.

Karena itulah Abu Bakar tidak punya pakaian yang layak untuk sowan kepada Nabi sampai 3 hari. Nabi kemudian bertanya, "Kenapa Abu Bakar tidak sowan selama 3 hari ini?". Dijawab oleh sahabat yang lain "Karena (Abu Bakar) Tidak punya tutip aurat Ya Nabi, semua telah habis". Kemudian Nabi pergi ke putra-putranya dan pergi ke istri-istrinya. Kepada Sayidah Aisyah nabi bertanya "Kamu punya apa Aisyah?. Dijawab oleh Sayidah "Tidak punya apa-apa". Lalu Nabi pergi ke sembilan istrinya dan ditanya, kamu punya apa?. Mereka menjawab, "Tidak ada yang punya apa-apa, kecuali air".

Lalu sampailah Nabi ke fatimah. Kemudian Nabi mengungkapkan keprihatinan Beliau atas keadaan Abu Bakar kepada Sayidah Fatimah. Lalu beliau bertanya "Kamu punya apa Fatimah?". Fatimah menjawab, "Ya Aby, Saya juga ikut susah, tapi saya juga tidak punya apa-apa untuk diberikan kepada Abu Bakar". Akhirnya nabi keluar dari rumah Fatimah dengan keadaan susah.

Kemudian Fatimah memanggil jariyahnya (Jariyah adalah pembantu rumah tangga). Berkata Fatimah kepada Jariyahnya, "Dek, ini ada bantal dan selimut (jawa : kemul) antarkanlah kepada Abu Bakar". Bantal itu adalah kado pernikahan dengan Sayidina Ali dari seseorang. Ada juga yang memberi kado kulit yang sidah di sama', tapi tidak pantas kalau diberikan Abu Bakar. Maka yang diberikan adalah bantal dan selimut dimana selimut itu yang membuat (menenun) adalah Sayidah Fatimah sendiri. Jadi Fatimah itu biasa menenun benang yang dijadikan selimut.

Akhirnya bantal dan selimut itu dibawa kepada Sayaidina Abu Bakar, RA. Kemudian menyampaikan salam lewat Jariyahnya, "Saya Fatimah dan keluarga, mengerti apa yang kamu perbuat untuk bapak saya, kami begitu mengerti, Ini ada barang sedikit, hanya bantal dan selimut" selimut itu Aba'ah. Abu Bakar bahagiaa dapat kiriman selimut.

Saking rindunya Abu Bakar karena 3 hari tidak bertemu Nabi. Akhirnya selimut tadi langsung dipakai dan dibitingi (dikancingi) dengan durinya pohon kurma agar tidak terbuka. Kemudian berjalan menuju Nabi. Tapi didahului oleh Malaikat Jibril. Malaikat Jibril ini menghadap Nabi dengan pakaian selimut yang "dikancingi" duri kurma.

Nabi berkata kepada Jibril, "Wahai Jibril, kok aneh Kamu itu, tidak pernah aku melihat kamu seperti ini (dengan pakaian selimut yang "dikancingi" duri kurma)". Kemudian Jibril menjawab "Ya RasulullAllah, Jenengan tahu saya seperti ini, sekarang lihatlah, seluruh malaikat berbaris dan semua menggunakan pakaian seperti ini". Nabi bertanya "Kenapa Jibril?". Jibril menjawab, "Karena kekasih Jenengan, Abu Bakar, nanti dia akan sowan kepada Panjenengan dengan memakai pakaian dari selimut yang "dikancingi" dengan duri kurma".

Akhirnya benar, Abu Bakar datang. Lalu Malaikat Jibril dawuh. "Ya RasulullAllah, Allah kirim salam kepadamu supaya Kamu menyanpaikan kepada Abu Bakar, bahwa Allah ridla dengan Kamu Abu Bakar. Apakah kamu juga ridla dengan Allah?. Kemudian Abu Bakar menagis mendengar kabar dari nabi. Lalu Abu bakar berkata:

الهي انا عنك راض، وانت راض عني

Artinya, "Ya Allah aku ridla atas Panjenengan, supaya Panjenengan ridla kepadaku". Kalimat itu di ulang sampai tiga kali. Begitulah begitu zuhudnya Abu Bakar. InsyaAllah pada pertemuan minggu depan, akan membahas zuhudnya Sayidina Umar. (*)

 


- Disarikan dari Pengajian Al-Hikam Setiap Malam Selasa oleh KH. Mochammad Djamaluddin Ahmad 19 Februari 2018


Posting Komentar untuk "Ngaji Hikam Bab Zuhud (2)"