Resep Memiliki Anak Sholeh Dari Mbah Kiai Djamal

Sayang Ibu sepanjang jalan sayang anak sepanjang galah. Begitulah kiranya pribahasa yang tepat untuk mengungkapkan betapa kasih sayang anak kepada ibu tidaklah seberapa dibanding kasih sayang ibu kepada anaknya. 

Ketika Nabi masih hidup, beliau pernah didatangi seorang laki-laki yang mengadukan prilaku buruk ibunya. “Ya Rasulallah Umi sayiatu khuluqi”. Yang artinya Ya Rasulullah Ibuku prilakunya tidak baik. Menanggapi itu, Nabi berkata, “Tidak, ibumu adalah orang yang prilakunya baik, karena kamu  dikandungnya selama 9 bulan”. 

Laki-laki itu berkata lagi, “Iya benar Ya Rasulallah, tapi ibuku akhlaknya buruk”. Rasulullah menjawab, “Tidak, ibumu akhlaknya baik, karena dia dulu yang menyusuimu selama 2 tahun”. Laki-laki itu tetap bersisikukuh dan berkata, “Iya benar Ya Rasulullah, tapi ibuku akhlaknya buruk”. Rasulullah pun tetap menjawab, “Tidak ibumu akhlaknya baik, setiap malam dia tidak bisa tidur karena menjaga keselamatanmu”. Laki-laki itu kemudian berkata, “Iya benar, Ya Rasulullah, tapi kebaikan-kebaikan ibuku sudah saya balas dengan haji dan selama haji aku menggendongnya”. Nabi berkata, “Tidak cukup, itu tidak cukup untuk membalas sakitnya melahirkan mu”. 

Terkadang anak salah paham dengan Ibunya. Hanya karena ibu terlalu keras mendidik dirinya, dia merasa bahwa ibunya jahat dan tidak baik. Seorang ibu kalau menjewer anak karena tidak ngaji itu karena sayang. Atau karena tidak berangkat sekolah, kemudian dipukul itu juga karena sayang. Karena hakikatnya semua perintah orang tua berdasar pada kasih sayang.

Syekh Ahmad Sihabuddin bin Salamah al-Qalyubi bercerita, dulu pada zaman Bani Israil, ada seorang ibu yang memilki anak laki-laki taat. Ketika sang anak sakit. Ibunya susah karena telah mecarikan obat dan dokter, tapi tidak menjadikan anaknya sembuh. Akhirnya sang ibu bernazar. Saking cintanya dengan anak, ibunya “kebablasen” bernazar yaitu, “Ya Rabi anakku sakit tidak sembuh-sembuh, aku nazar jika anakku sembuh, aku akan keluar dari dunia selama 7 hari”. 

Kemudian sang anak pun sembuh. Ibunya bingung, bagaimana cara memenuhi nazar anehnya itu. Pada satu malam sang ibu bermimpi bertemu dengan orang tua yang memberi nasihat agar nazarnya segera ditunaikan, karena apabila nazar tidak dipenuhi, musibahlah yang akan datang. Orang tua itu juga yang memberi tahu bahwa jika si ibu ingin memenuhi nazarnya, maka ia harus dikibur selama 7 hari. Ini karena alam dunia adalah alam syahadah dan keluar dari alam dunia dengan cara masuk kuburan adalah masuk ke alam barzakh. 

Paginya si ibu mengutarakan maksud nazar dan cata memenuhinya kepada sang anak yaitu agar dia dikubur selama 7 hari. Anaknya pun diperintahkan untuk menggali kuburan untuk dirinya. Ketika sore datang, liang lahat sudah jadi. ibunya diajak ke kubur itu. Sebelum dikubur sang ibu berdoa, “Ya Robi, saya susah payah untuk memenuhi nazar saya, dan saya akan melaksanakannya, saya meminta Kepadamu agar selama melaksanakan nazar, saya tidak terkena bahaya apapun”. Akhirnya si ibu pun dikubur oleh anaknya sore itu juga. 

Setelah malam datang, kubur si ibu menjadi gelap gulita. Namun aneh, dipinggir dinding kuburnya ada satu lubang sebesar jari yang mengeluarkan sinar terang. Si ibu kemudian mengintip dari lubang itu. Ternyata di kuburan ibunya ada taman yang luas dan indah dengan permadani dan lampu gantung, dibawahnya mengalir air telaga yang jernih. 

Di taman itu, ada 2 perempuan yang sedang ngobrol santai. Tampaknya, mereka berdua tahu kalau dibalik dinding ada seseorang yang sedang mengintip. Mereka berkta, “Hai perempuan yang dibalik dinding kubur, daripada engkau hanya mengintip kami dari balik dinding, kemarilah, bergabung bersama kami”. Si ibu itu kemudian masuk melewati lubang sekecil jari itu dan ikut bergabung dengan 2 perempuan itu. 

Ibu yang masih hidup itu menyapa dengan salam, tapi keduanya tidak menjawab. Maka bertanyalah si ibu, kenapa mereka tidak menjawab salam. Keduanya lalu menjawab, salam itu ibadah, dan di kuburan sudah tidak ada lagi ibadah. 

Beberapa saat kemudian, dari atas langit, turun dua burung garuda yang kemudian mengambil posisi di sebelah dua perempuan itu. Satu diantara permpuan itu, dikipasi dengan sayap garuda. Tapi satu diantaranya dipatuki oleh garuda, sampai berdarah dan keluar otaknya. Tapi, mereka bertiga masih mengobrol walaupun diantaranya ada yang dipatuk garuda.

Ibu yang masih hidup bertanya, “Kalian memiliki tempat yang sama dan fasilitas yang sama, tapi kenapa satu dikipasi dan satu disiksa?”.  Perempuan yang dikipasi berkata, “Saya dulu, ibadah kepada Allah, dan taat kepada suami, dalam hal apapun saya meminta ridla kepada suami, sampai suatu ketika saya mati, suami saya meridlai”. 

Perempuan yang dipatuk garuda berkata, “Saya dulu juga beribadah kepada Allah, puasa saya bagus, salat saya juga bagus, oleh karena itu Allah memberi saya tempat yang bagus, tapi saya cerewet kepada suami, sampai suatu ketika saya m mati, suami saya tidak meridlai saya”.

Kemudian perempuan yang dipatuk garuda berpesan, “Bu, besok kalau Anda sudah keluar dari kubur, carilah suami saya, namanya Abdullah, saya minta tolong agar Anda memintakan ridla kepada suami saya, barangkali kalau saya dapat ridlanya, saya sudah tidak lagi disiksa oleh Allah”. 

Tiga ibu-ibu itu ngobrol terus, sampai tidak terasa sudah satu minggu. Dan anak dari ibu yang bernazar pun sudah menggali kubur si ibu. Anaknya sangat bahagia karena bisa melihat ibunya kembali, dalam keadaan yang selamat. 

Setelah keluar dari kubur, kampung tempat ibu itu dikubur ramai. Semua berdatangan ke rumah ibu tersebut karena kaget menganggap ada orang mati hidup lagi. Sang ibu pun bercerita pengalamannya di kubur, tentang pertemuannya dengan dua perempuan di taman dan masing-masing kisahnya. 

Ternyata, diantara yang hadir ada Abdullah, suami dari perempuan yang dipatuk gunung garuda. Kemudian disampaikan lah salam dari istrinya. Sang suami tampak belum ridla, tapi pada akhirnya ia ridla pada istrinya. Tidak lama ibu itu bermimpi lagi bertemu dengan dua perempuan. Keduanya sekarang sudah sama-sama enak dan sama-sama dikipasi oleh garuda. 

Dulu, ketia Bu Khur (Ibu Nyai Khuriyyah wafat, saya (KH. Mohammad Djamaluddin Ahmad) menangis, dan ketika di makamkan sambil menangis saya bersaksi, “Ya Allah Ya Rabi, saya ridla kepada istri saya, saya ridla kepada istiri saya”. Nah, diantara cerita tadi itu, ada hikmah bahwa kasih sayang ibu kepada anak luar bisa, sedangkan sayang anak kepda ibunya biasa-biasa saja. 

Syekh Abdul Qadir al-Jailani RA adalah anak yang berbakti kepada orang tua. Ibunya bernama Fatimah bin Mahmud yang nasabnya sambung sampai Rasululullah turun 15. Bapaknya bernamanya Abu Musa Sholeh Jangki Dausat, (Jangki Dausat adalah bahasa ajam maknanya banyak memerangi hawa nafsunya) yang juga bernasab sambung dengan Rasulullah turun 12. Berarti Syekh Andul Qadir nasabny sambung dengan Rasulullah lewat bapak turun 13, dan lewat ibu turun 16.

Syekh Abdul Qadir lahir 470 H, ibunya mendidik agar dia selalu jujur dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun. Sebelum beliau lahir, di alam arwah, pernah bertemu nabi ketika mi’roj. Nabi bertanya kepada Allah, “Ya Rabi ini rasul siapa?”. Allah menjawab, “Doa Dia bukan rasul dan bukab nabi, dia adalah orang laki-laki biasa yang lisannya basah dengan berdzikir kepada Allah, berbakti kepada orang tua dan hatinya selalu bergantung dengan masjid”. 

Karena berbakti dengan orang tua Syekh Abdul Qadir berjanji kepada ibunya tidak akan berbohong kapanpun dimanapun dan dalam kondisi apapun, sebagai bentuk memenuhi perintah ibunya agar selalu jujur. Beliau mondok di Makah sampai umur 18 tahun. Setelah itu, beliau pamit kepada ibunya untuk pindah mondok ke Iraq. Ketika pamit ibunya memberi bekal uang saku sebesar 40 dinar. Ibunya berpesan lagi agar Abdul Qadri muda selalu jujur dimanapun kapanpun dan dimanapun. 

Maka berangkatlah Andul Qadir Muda bersama kafilah-kafilah yang akan ke Itaq. Tahun itu, apabila merujuk tahun lahir Syekh Abdul Qadir Jaelani yaitu 470 H, berarti terjadi pada tahun 488 H.

Ditengah perjalanan Kafilah Andul Qadir dibegal oleh rampok yang memiliki anggota yang banyak. Mereka terkenal kejam dan suka membunuh. Ketuanya bernama   Qais bin Malik. Ketika kafilah-kafilah itu ditanya oleh perampok semua pasti berbohong dulu. Baru ketika diancam akan dibunuh mereka jujur. 

Berbeda dengan mereka, ketika Abdul Qadir ditanya oleh pembegal beliau langsung jujur. Pembegalnya pun kaget, selama menjadi begal saya tidak pernah ketemu oranh yang jujur apabila ditanya. Oleh anggota pembegal itu, Abdul Qadir muda dibawa kepada Qais bin Malik, dan ditanya, “Wahai anak muda, kenapa Kamu jujur, padahal kamu tahu uangmu akan saya rampas?”. Syekh Abdul Qadir muda menjawab, “Aku telah berjanji kepada ibuku untuk menjadi orang yang jujur kapanpun dimanapun dan dalam kondisi apaopun, jika aku berbohong itu artinya aku berkhianat kepada ibuku dan saya takut mengkhianati ibuk”.

Mendengar itu Qais bin Malik menjerit, “Aaaaaaaaaaaaaaasaah, Ya Raby, anak muda ini tidak mau berbohong karena takut mengkhianati ibunya, tapi aku selalu berbohong dengan mengkhianatimu”. Setelah itu, Qais bin Malik pun taubat, dan para anggotanya pun mengikuti langkahnya bertaubat. Bertaubatnya komplotan pembegal karena berbaktinya sang anak kepada ibu.  

Oleh karena itu, keberhasilan seorang ibu adalah apabila bisa mendidik anaknya menjadi orang yang jujur. Jika hanya menjadi pintar saja banyak. Tapi yang benar dan jujur jarang-jarang.

Di Prambon Gondanglegi Nganjuk ada seorang berkebangsaan arab yang bernama Tajudin. Dia memilki kulit yang tidak hitam dan juga tidak putih serta selalu berjubah abu-abu. Dikisahkan Tajudin adalah orang yang tidak bisa ditebak kapan datang dan perginya kemana. Hanya saja, dia selalu datang ke rumah-rumah warga apabila ada orang tua yang memukul anaknya karena nakal. Tajudin selalu memberi nasihat agar orang tua jangan memukul anak. “Kasihan”, katanya. Lalu mamanggil ibu si anak dan memberi pesan agar sang ibu puasa ketika weton anak. Apabila ibunya uzur, maka yang berpuasa adalah bapaknya. 

Selain itu agar anak saleh dan taat pada malam hari bapak dan ibu hendaknya salat khajat dan mengirim fatihah sebanyak 41 kali. Punya anak jangan dipukul. Karena anak baik sebab orang tua. Dan nakal pun juga karena orang tua. Karena, “Al walad miratu walid”.

Karena Tajudin memiliki keanehan, Mbah Diarji (Mbahnya Yai Djamal) ingin tahu kemana sebenarnya Tajudin datang dan pergi sehingga digandoli jubahnya ketika keluar rumah. Tajudin pun berpesan, “Kalau ikut aku, jangan tolah toleh”. Ternyata Gondang legi sampai Demak Makam Sunan Kalijaga hanya ditempuh oleh Tajudin  dengan waktu 5 menit. (*)


*Disarikan dari ngaji KH. Mohammad Djamaluddin Ahmad, 04/12/2019 Pada Haul Ibu Nyai Churriyah Fattah Ke-20 di Pesantren Putri Al-Mardliyah

Posting Komentar untuk "Resep Memiliki Anak Sholeh Dari Mbah Kiai Djamal"