Fadilah dan Sanad Membaca Dalail dari Abah Djamal

Tata cara membaca kitab Dalail Khoirat yang dibacakan oleh Abah Kiai Djamal adalah tata cara yang sanadnya berasal dari guru beliau, dan beliau tidak berani untuk merubah-merubahnya. Banyak orang-orang yang datang ke ndalem beliau untuk meminta ijazah dalail. Tapi mereka belum pernah mendengarkan beliau dalam membaca kitab dalail. Maka beliau tidak bisa begitu saja mengijazahkannya. Kalau sampai mengijazahi tanpa ada proses mendengarkan Dalail dari Beliau itu berarti sama halnya dengan nulayani guru. Ada yang mengatakan, "Kiai Djamal pelit, dimintai ijazah saja nggak boleh!". Bukan seperti itu sebenarnya. Ini karena masing-masing ijazah ada kaifiyahnya sendiri-sendiri.

ilustrasi kitab Dalil Khoirat

Diantara guru-guru Mbah Kiai Djamal yang terkait sanad membaca dalail adalah Kiai Marzuki Lirboyo, Kiai Baidlowi Lasem, Syekh Ahmad Asyari Poncol Solotigo, dan Syekh Muslih Meranggen. Maka, kalau meminta ijazah dari beliau harus "sami'tu" atau mendengar dari beliau ketika membacakan kitab dalail mulai awal sampai akhir. Kalau terputus atau hanya sebagian maka tetap tidak boleh. Jadi tidak diperbolehkan karena tidak sesuai dengan kaifiyah dari guru.

Karena banyaknya orang yang sowan dan meminta ijazah Dalail, akhirnya Abah Kiai Djamal memberi mereka kaset yang didalamnya berisi rekaman ketika beliau membaca kitab dalail mulai dari awal sampai akhir. Jadi kalau ingin mendapat ijazah dalail dari beliau, bisa meminta ke anak pondok kaset rekaman beliau ketika membaca dalail.

Cara mendapat ijazah dalail di atas sangatlah mudah. Dulu Abah Kiai Djamal mendapat sanad dari Kiai Baidlowi. Disuruh membaca awal sampai akhir dan disimak oleh Mbah Dlowi. Setelah selesai baru diijazahi. Syekh Asy'ari Poncol Solotigo juga seperti itu selain disuruh untuk membaca Dalail mulai awal sampai akhir, kemudian kitabnya juga ditanda tangani. Cara membaca Dalalil hanya dengan mendengar adalah sanad dari Kiai Muslih Meranggen. Setelah mendengarkan awal sampai akhir kemudian diijazahi. Begitu juga dengan Kiai Marzuqi Lirboyo, hanya mendengarkan kemudian diijazahi.

Sementara ijazah dari Mbah Kiai Djamal dimulai dari membaca Asmaul Khusna, Asma Nabi, dan semua kitab dimaknai, itu diperoleh dari Syekh Asyari Poncol Solotigo. Beliau sanadnya dari Mbah Hasyim Asy'ari Tebuireng. Tapi kalau hanya menyimak tanpa memaknai kitab, lalu kitabnya ditanda tangani, ijazah itu berasal dari Syekh Muslih Meranggen. (Sanad membaca dalail ini sudah dibukukan dalam bentuk buku saku oleh Penerbit Pustaka Al-Muhibbin).

Diterangkan di dalam Muktamar NU, bahwa membaca Dalail secara istiqomah adalah termasuk bagian dari Thoriqah yang Muktabarah. Jika sudah mengamalkan Dalail sampai satu atau dua tahun. Kemudian bisa puasa mutih selama 41 hari. Puasa mutih adalah puasa yang hanya makan nasi dan air putih. Tidak boleh minum kopi juga tidak boleh minum teh, dan gula. Selama itu juga membaca dalail awal sampai akhir dalam satu majelis. Jika sudah mengamalkan yang demikian maka boleh mengijazahi orang lain. Atau puasa kembang, kalu nasi sama tempe ya tempe saja, tidak boleh pakai gula, cabe dan garam. Boleh makan kecambah dan tahu tapi yang "liruhin" seperti krupuk udang, teri dan ikan semua tidak boleh. Ditambah membaca Dalail awal sampai akhir dalam satu majelis, tidak boleh terputus sampai 41 hari. (*)


- Keterangan : Untuk sanad lengkap pembacaan Dalail dari Abah Kiai Mohammad Djamaludin Ahmad terdapat di buku Kiafiyah Membaca Dalail Cetakan Pustaka Al-Muhibin ( 0813-3575-2809 )

1 komentar untuk "Fadilah dan Sanad Membaca Dalail dari Abah Djamal"