Ziarah Habib Ali bin Umar al-Hamid Kusamba

Di Pesisir Pantai Kusamba yang bersebrangan dengan Pulau Nusa Penida  terdapat salah satu Wali Tuju Bali. Beliau adalah Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar al-Hamid. Semasa hidup selain waktu, ilmu dan tenaga beliau abdikan untuk dakwah agama Islam, beliau juga merupakan guru bahasa Melayu dan Penasihat dari Raja Klungkung yang bernama Raja Dhalem I Dewa Agung Jambe. 

Setiap hari Habib Ali bin Umar datang dari Kusamba ke Kerajaan Kelungkung. Karena kedekatannya dengan Sang Raja dan dedikasinya dalam mengajar,  Habib Ali dihadiahi se ekor kuda kesayangan Raja yang berwarna putih. 

Habib Ali bin Abu Bakar tidak hanya disegani oleh umat Islam. Beliau juga dicintai oleh umat Hindu. Bahkan karena kecintaannya, seorang seniman bergama Hindu kepada Habib dia membuat sebuah patung seorang laki-laki berjubah putih yang sedang menunggangi kuda putih. Patung itu dia buat sebagai kenangan masa hidup Habib Ali yang kerap mengenakan Jubah Putih dengan menunggang kuda putih. 

Sampai saat ini hubungan Harmonis antara umat Hindu dan Islam masih terjaga di Bali, terutama di daerah Kusamba. Umat hindu menghormati desa Kusamba sebagai Desa Adat. Diantara mereka ada yang ikut berziarah ke Makam Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar al-Hamid. 

Menurut H. Mugeni yang merupakan kuncen dari Makam Habib Ali, ada prasasti bertahun angka 1441 Masehi yang menulis penyebaran agama Islam di Klungkung yang dibawa oleh orang-orang Bugis. Dan diantara mereka yang berperan adalah Habib Ali bin Abu Bakar Umar al-Hamid. Prasasti tersebut juga sesuai dengan masa Kerajaan Kelungkung yaitu tahun 1460 M.

Konon kata Kusamba berasa dari kata "Ku" yang berarti "aku". Dan samba yang artinya sama. Dua suku kata itu jika digabung maka artinya adalah aku atau kita adalah sama. Artinya semua penduduk Kusamba adalah sama. Hal ini karena Kusamba terletak di Pesisir dan banyak di huni oleh para pendatang dari Madura, Pasuruan, Sasak, Banjar, Jawa, Bali dan Bugis. Sehingga mereka memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum dan tuhan. Walaupun berasal dari daerah dan suku yang berbeda, keharmonisan dan kerukunan antar warga di Kusamba sangat terjaga. 

Ada beberapa versi tentang wafat dan  terbunuhnya Habib Ali bin Abu Bakar. Satu riwayat mengatakan beliau dibunuh oleh sekelompok orang yang iri dan hasud dengan kedekatan Habib Ali dengan Raja. Sampai beliau dihadiahi kuda kesangan Sang Raja. Orang-orang yang hasud itu kemudian merencanakan pembunuhan Sang Habib di tengah jalan sepulang dari Kelungkung. 

Cerita yang lain adalah pada satu hari Habib Ali bertemu dengan Putra Mahkota Bali Kelungkung. Namun Habib Ali tidak tahu bahwa orang yang ia temui dijalan itu adalah Putra Mahkota sehingga beliau tidak memberi hormat. Karena tersinggung putra mahkota kemudian merencanakan untuk menghentikan Habib Ali di esok harinya. Pada keesokan harinya ketika di kerajaan Habib Ali menceritakan kejadjan itu pada Raja. Sang Raja kemudian memberi nasihat Habib Ali untuk mencari jalan pintas ketika akan pulang ke Kusamba. 

Pada saat pulang itulah Habib Ali dihentikan oleh sekelompok orang banyak yang tidak dikenal. Beliau yang sendirian kualahan dan dibunuh saat itu juga. Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar al-Hamid kemudian di Makamkan di Desa Adat Kusamba dengan isak tangis para pecintanya. Mengetahui penasihat sekaligus gurunya wafat, Raja kemudian mencoba untuk mendamaikan para pencinta Habib Ali dengan akan mengusut secara hukum dan memberi hak istimewa kepada Kusamba untuk mengatur desanya sendiri. Saat ini Kusamba adalah desa muslim yang dihuni oleh berbagai etnis dengan pengaturan desa secara otonom.

Sampai saat ini Makam Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar selalu ramai dikunjungi oleh peziarah yang bertabaruk. Beliau termasuk salah satu wali pitu Bali dan diakui berjasa  dalam perjuangan Islam di Pulau Dewata khususnya di Kabupaten Kelungkung dan daerah Kusamba. (*)

 


Posting Komentar untuk "Ziarah Habib Ali bin Umar al-Hamid Kusamba"