Ngaji Hikam Hikmah Ke-26 (1)

 Syekh Ibnu Atoillah Al-Syakandari (W.709 H) dalam kitab Al-Hikam berkata

قال الشيخ تاج الدين ابن عطاء الله السكندريّ :إحالتك الأعمال على وجود الفراغ من رعونات النّفوس
 (الحكم، حكمة : ٢٦

Ibnu Atoillah Al-Syakandari (W.709 H) berkata: "Menunda-nunda amal untuk menunggu kesempatan yang lebih bagus adalah bagian dari kebodohan akal dan jiwamu" (Kitab Al-Hikam, Hikmah Ke-26)

Seseorang apabila menunda amal untuk mencari kesempatan yang bagus itu menunjukkan akal dan jiwa yang bodoh. Sebab setiap waktu ada amalnya tersendiri. Apabila sudah waktunya beramal tidak melakukan dan masih menunda, itu menunjukkan akalnya bodoh. Pagi-pagi sebelum subuh, ada amalan namanya shalat fajar. Tidak usah menunggu nanti. Kalau pukul 03.00 sudah bangun segeralah ke kamar mandi dan shalatlah. Tidak usah ditunda karena kalau sudah adzan Shubuh ada amalan lagi namanya Qabliyah Shubuh.

Kalau bangun malam terdengar tarkhim segeralah bangun, shalat dua rakaat fajar. Kalau belum Subuh, berbaring dadanya di sebelah barat berbantal tangan, karena nabi juga seperti itu. Nanti kalau adzan subuh ada amalan tersendiri namanya qabliyah shubuh. Jangan ditunda karena setelah itu ada amalan lagi yaitu shalat Subuh. Sungguh kelewatan kalau menunda amal sampai shalat subuh jam 07.00. Ini menunjukkan hati yang bodoh. Karena setiap waktu ada amalannya tersendiri, maka jangan ditunda. Syekh Abu Abbas al-Mursi pengganti dari Syekh Hasan as-Saydili berkata waktu, atau apa yang terjadi pada waktu ada empat macam:

1. Waktu Nikmat : yaitu waktu dalam keadaan mendapat. Di dalam waktu nikmat ini ada amalannya yaitu syukur. Maka segera bersyukur dan jangan ditunda syukurnya. Kalau ditunda syukurnya dan belum sempat melakukan maka terburu ada waktu yang ke-2 yaitu bala' (musibah).

2. Waktu Bala' atau waktu musibah: yaitu waktu pada saat musibah ada amalan tersendiri yaitu sabar dan ridla.

3. Waktu Ibadah: yaitu waktu ketika kita sedang melakukan amalan khusus.  Apabila kita bisa melakukan ibadah maka harus merasa bahwa ibadahku ini hanya semata-mata anugrah dari Allah. Jangan merasa memiliki dan bisa. Contohnya diberi anugrah bisa ngaji di sini padahal rumahnya Surabaya, Lamongan, Ponorogo sampai ke Tambakberas. Jangan merasa bisa, merasalah ini adalah anugrah dari Allah, tanpa anugrah dari Allah tidak mungkin. Maka harus selalu disyukuri di dalam jiwa. Kalau tidak segera disyukuri bisa beribadah, nanti berubah lagi menjadi waktu maksiat.

4. Waktu Maksiat adalah waktu ketika kita terjerumus dalam maksiat. Amalan khusus ketika maksiat adalah segera berhenti dan bertaubat serta merasa menyesal. Ketika maksiat segera bertaubat dan jangan ditunda-tunda.

قال الإمام الغزاليّ (توفّي: ٥٠٥ ه) "من ترك المبادرة إلى التوبة بالتسويف كان بين خطرين، أحدهما: أنْ تتراكم الظلمة على قلبه من المعاصى حتّى تصر ريناً، فلا يقبل المحو، والثني: أن يعاجله المرض أو الموت، فلا يجد مهلة للإشتغال بالمحو"

Imam Ghozali RA (W.505 H) berkata : "Barangsiapa yang menunda-nunda taubat akan menemukan dua hal yang sangat membahayakan, pertama yaitu kegelapan yang bertambah-tambah atau maksiat yang bertambah-tambah sehingga menjadi berkarat, ketika telah berkarat maka hati tidak bisa dibersihkan. Yang kedua datang kepadanya sakit atau mati sebelum bertaubat. Maka orang tersebut tidak menemukan kesempatan untuk bertaubat dan membersihkan hati”.

Nabi berkata seseorang setiap melakukan dosa hatinya "mbelentong". Melakukan dosa lagi hatinya "mbelentong" lagi. Dosa lagi "mbelentong" lagi akhirnya berkarat. Kalau sudah berkarat, menjadi gelap gulita dan tidak bisa dibersihkan. Seperti cermin, tangan kita kotor setelah memegang sambal dan menyentuh cermin menjadi kotor. Setelah itu kena oli memegang cermin lagi jadi kotor lagi. Kena kotoran lagi, kena kotoran lagi akhirnya berkarat. Jika sudah berkarat tidak bisa dibersihkan.

Contoh sederhanaya adalah seperti cermin yang ada di kamar mandi kita. Apabila cermin itu terkena air dan tidak segera dibersihkan, terkena air lagi dan tidak segera dibersihkan lagi, lama-lama kaca itu kotor, setelah kotor jadi berkarat, jika sudah berkarat tidak bisa dibersihkan. Begitulah gambaran hati yang tidak segera bertaubat. Jadi dosa itu walaupun kecil kalau tidak segera di "istigfar"-i dan dimintakan ampun bisa jadi dosa besar. Nabi bersabda:

لا صغيرة مع الإصرار, ولا كبيرة مع الاستغفار

Artinya: “Tidak ada dosa kecil kalau terus menerus dilakukan. Dan tidak ada dosa besar kalau memiliki dosa dan segera beristigfar”.

Sesungguhnya kita diberikan satu kemurahan oleh Allah. Ada Malaikat namanya Malaikat Roqib dan Malaikat Atit. Roqib menulis amal yang baik dan Atit menulis amal yang jelek. Kalau kita beramal kebaikan langsung ditulis oleh Roqib. Akan tapi kalau kita melakukan amal kejelekan, Atit dicegah terlebih dahulu untuk mencatatnya sampai 3 jam. Kalau sampai 3 jam sudah minta ampunan kepada Allah maka tidak ditulis. Tapi kalau ditunda tidak segera minta ampun maka hatinya berkarat. Jadi Malaikat Atit tidak boleh langsung menulis, diperintahkan untuk menunggu sampai 3 jam. Ada pendapat lain sampai 6 jam. Tapi agar kita berhati-hati untuk tidak lebih dari 3 jam sudah bertaubat kepada Allah. Nabi bersabda:

إنّ القلوب تصدأ كما يصدأ الحديد, قالوا، وما جلاؤها يا رسول الله، قال، تلاوة القرآن وذكر الموت

Artinya : “Sesungguhnya hati itu bisa berkarat, seperti berkaratnya besi”. Sahabat bertanya, “Apa pembersihnya ya Rasulullah?”, Nabi menjawab, “Membaca Alquran dan ingat mati”.

Jadi untuk membersihkan hati agar mudah adalah dengan memperbanyak membaca Al-Quran, atau dengan mengingat-ingat kematian. Orang kalau banyak ingat mati akan terus menerus beristigfar. Saya dulu punya teman di Gondang Legi Nganjuk ketika masih sekolah SR (Sekolah Rakyat), setiap malam bisanya di Mushola, teman saya ini kalau setelah shalat biasanya mengajak mancing. Kesukaanya adalah mancing. Baru-baru ini teman saya itu wafat. Ketika wafat orang yang menggali kuburan itu heran karena kuburan digali di dalamnya itu bersih seperti "mester". Kuburannya bertambah jembar dan bertambah jembar. Akhirnya tanya ke istrinya, "Amalnya apa suami Anda ini kok kuburanya bisa seperti itu?." Kemudian istrinya cerita kalau jenazah sewaktu masih hidup, setiap selesai shalat pasti baca Alquran. Padahal Pekerjaanya adalah tukang cukur. Sebelum wafat wasiat kepada istrinya, "Dek, Kamu kalau selesai shalat jangan sampai meninggalkan membaca Al Quran".

Kita ketika keluar dari rumah maksiat itu “mapak" atau datang dengan sendirinya. Karena di Indonesia itu orangnya campur aduk, ada yang suka pakai meksi berukut, baju panjang dan kerudung. Ada yang suka rambut tidak ditutup, dada terlihat separo, dan memakai "celana" pendek, dibonceng. Apalagi orang yang pekerjaanya di pasar. Di pasar jenis orang macam-macam. Ini kita harus mengakui bahwa itu semua adalah dosa. Jangan sampai mengakui dengan menyatakan "tidak apa-apa karena kita di indonesia". Itu dikhawatirkan murtad karena "barangsiapa menghalakan apa yang haram adalah murtad". Diakui saja kalau saya berdoasa. Karena berdosa cepat-cepatlah meminta ampun.

Kita yang pekerjaanya di toko, di pasar dan di kota itu dekat sekali dengan dosa. Beda dengan petani, kalau petani pekerjaannya di swah. Matanya tidak macam-macam karena yang dilihat adalah padi, tanduran, air. Kiai Baidlowi Lasem, berpesan "Cung, ojo lali moco lali moco shalwat ambek istigfar kapan wae, noendi wae" (Nak, jangan lupa baca istigfar dimanapun dan kapapun". "Astagfirullah hal adzim", terus ganti shalaAllahu 'ala muhammad. Kenapa?. Karena sewaktu-waktu kita itu bermaksiat. Dosa pandangan mata. Dosa mendengarkan suara. Itu menjadikan hati kita gelap. Di dalam Surat Ali Imran Ayat 133, Allah berfirman:

وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ  مِّن  رَّبِّكُمْ  وَجَنَّةٍ  عَرْضُهَا  السَّمٰوٰتُ  وَالْأَرْضُ  أُعِدَّتْ  لِلْمُتَّقِينَ   - آل عمران:١٣٣

Artinya : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa".

Minta ampunan itu harus cepat-cepat dan bersegera. Karena sewaktu-waktu kita terpelesat maksiat. Kadang-kadang anak pondok duduk-duduk di pinggur embong jalan raya lihat orang lewat. Terus tidak istigfar. Hatinya jadi gelap, jadi gelap, jadi gelap Akhirnya pikirannya tumpul dan tidak cerdas . Anak santri kalau masih belajar cari ilmi supaya mengamalkan surat an Nur ayat 35. Itu bisa diberikan ke anak-anaknya, yang masih mencari ilmu satu ayat dibaca 3x setelah Subuh dan 3x dibaca setelah Ashar. Bunyi ayatnya :

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ

Ayat itu dibaca setelah shubuh minimal 3 x dan setelah ashar minimal 3 x Atau bisa 7 x supaya hatinya terang dan Pikiranya cerdas. Lebih-lebih bagi para penghafal Quran.

Dulu Mbah Baidlawi berpesan kepada saya untuk selalu membaca istigfar dan shalwat kapanpun dan dimanapun. InsyaAllah kalau memperbanyak istigfar dan shalwat kepingin apa-apa itu mudah diijabahi. Saya praktikan ingin haji dan ingin umrah jadi mudah. Ada teman yang datang bilang, "Yai anak saya ingin jadi TNI". Saya bilang "Ini saja dibaca shalawat dan istigfar diperbanyak, kalau sudah jadi tetap dibaca ya". Akhirnya jadi. Ini ijazah Mbah Yai Baidhowi Lasem Waliyullah. Allah berfirman dalam surat al-Anfal ayat 33:

وما كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Artinya : Allah tidak akan menyiksa kaum selama kaum itu mau memohon ampun kepada Alah.

Mereka tidak akan disiksa karena orang yang bertaubat menjadi kekasihnya Allah. Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa. 

وفى الحديث عن رسول الله أنّه قال : ألا وإن من علامة العقل التجافي عن دار الغرور، والإنابة إلى دار الخلود، والتزود لسكن القبور، والتأهّب ليوم النّشور. [روه نحوه الحكم في المستدرك وابن أبي شيبة فى مصنفه

Artinya: Ingat sesungguhnya tanda-tanda berakal adalah (1) menjauh dari Dar al Ghurur (tempat yang menipu yaitu dunia), (2) Kembali aktif beribadah untuk Dar al-Khulud (tempat yang kekal yaitu akhirat), (3) memcari bekal untuk hidup di dalam kubur 4. Siap-siap menghadapi hari kebangkitan dari kubur.

Keterangan hadist tersebut adalah tanda bahwa seorang berakal adalah tidak mencintai dunia. Carilah dunia tapi gunakanlah untuk bekal ibadah. Orang yang mencari dunia tapi meninggalkan ibadah berarti sudah tertipu dengan dunia. Contohnya meninggalkan Jumatan karena "tandur" bagi petani. Tanda tertipu dengan dunia lagi apa?. Kalau mencari harta atau dunia dengan cara melakukan perkara yang dilarang oleh Allah itu berarti tertipu oleh dunia. Cari rizki dengan korupsi, mencari rizki dengan suap, mencari rizki dengan begal. Itu namanya tertipu dunia karena mencari rizki dengan melakukan perkara yang dilarang oleh Allah.

Tanda tertipu dunia yang lain adalah mencari harta dunia dengan meninggalkan ibadah. Orang diciptakan agar beribasah kepada Allah, kalaupun bekerja adalah untuk bekal ibadah. Jangan sampai hidup untuk bekerja, bekerja untuk makan, makan untuk hidup, itu tujuan hidup yang seperti "wedus" dan sapi. Hidup untuk makan, makan untuk hidup. Padahal hidup adalah untuk beribadah kepada Allah.

Tanda yang ketiga apabila seseorang berakal adalah mencari bekal untuk kehidupan di dalam kubur. Karena di dalam kubur kehidupan itu berat. Saya pernah bertamu di bapaknya Saifullah Yusuf (Gus Ipul) di Purwosari namanya Kiai Kholil. Istri saya adalah sepupu dari ibunya Saifullah Yusuf.

Ketika di sana bapaknya Gus Ipul cerita kalau beliau baru saja takziyah. Tapi aneh, daerahnya di sana adalah daerahnya orang NU, sehingga acara kematian dimakamkam secara NU. Diadzani dan ditalqini. Ketika diadzani oleh Pak Moden, namanya Modin Selamet, ketika adzan sampai, "Haya 'ala Shalah", modin jatuh pingsan. Akhirnya yang adzan diganti. Sampai pemakaman selesai moden belum sadar. Dibawa pulang. Sampai di rumah akhirnya sadar. Baru saja sadar masyarakat tidak sabar lamgsung bertanya, "Pak Modin, Kamu adzan kok sampai pingsan kenapa?". Ingat-ingat kejadiannya, kemudian berteriak dan pingsan lagi. Hal ini terjadi sampai 3x pingsan.

Kemudian modin sadar dan berkata, "Inalillahi wa inna ilaihi rojiun, naudzubillah min dzalik, aku tadi diperlihatkan alam barzah, di perlihatkan Mungkar dan Nakir, aku diperlihatkan jenazah tadi di datangi 7 macam hewan, sampai jenazah tadi tidak terlihat karena dikeroyok oleh 7 hewan tadi, setelah aku melihat itu aku pingsan". Akhirnya warga tanya kepada ibu jenzahnya yang ahli ibadah, "Buk Putra jenengan yang baru wafat itu amalnya apa?". Ibunya menangis dan berkata, "Jangan sepeti anakku, anakku setelah magrib pasti keluar, nanti tengah malam datang pasti mabuk, apabila aku beri nasihat, pintu ditutup dan ngomong "emak cerewet". Sekarang banyak anak yang berani kepada orang tua. Saya mendapat cerita tersebut dari Kiai Yusuf Kholil. Oleh karena itu tinggal di alam kubur perlu bekal.

وقال النبي : الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت. والأحمق من أتبع نفسه هواها وتمنىّ على الله الأماني" (رواه الحاكم فى المستد رمدك)

Artinya orang yang cerdas adalah orang yang bisa mengkoreksi diri dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Dan orang yang tolol adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya. (Disertai pengharapan diampuni oleh Allah, mendapat surga dan berharap bidadari, padahal kesukaannya menuruti hawa nafsu).

Coba kita mengkoreksi kegiatan kita sehari-hari. Dalam sehari semalam ada 24 jam, kalau saya mulai bangun jam 04.30 itu sanpai jam 08.00 banyak mana antara amal baikku dan amal jelekku. Jam 08.00 sampai jam 12.00 banyak mana amal baikku dengan amal burukku. Jam 12.00 sampai jam 15.00 waktu Ashar banyak mana baiknya dan jeleknya. Waktu Ashar 15.00 sampai Magrib coba dikoreksi lebih banyak mana jelek dan baiknya. Di waktu malam hari juga seperti itu. Coba dihitung banyak mana antara yang baik dan yang buruk. Karena besok semua akan ditimbang. Begitu juga dengan lisan, lebih banyak mana antara "ngerasani" dengan berdzikir. Telinga juga sama lebih banyak mana untuk memdengarkan penyanyi atau Al Quran. Karena orang yang cerdas adalah orang yang bisa me goreksi diri dan beramal untuk kehidupan setelah mati.(*)

 

-Disarikan dari Ngaji Hikam Setiap Malam Selasa oleh KH. Mochammad Djamaluddin Ahmad di Bumi Damai Al-Muhibin tanggal 23 April 2018

Posting Komentar untuk "Ngaji Hikam Hikmah Ke-26 (1)"