Ngaji Hikam : 7 Perkara yang Bisa Mensyafaati Pada Hari Kiamat (1)

Ada tujuh perkara yang bisa memberi syafaat atau memberikan pertolongan kepada kita pada hari kiamat. Tujuh perkara itu adalah:

1- Alquran

Alquran adalah salah satu dari tujuh perkara yang bisa memberikan syafaat di hari kiamat. Di dalam kitab Tankihul Qaul al-Mufidz, disebutkan perbedaan syafaat Alquran dengan syafaat yang selain Alquran adalah bahwa orang yang mendapat syafaat Alquran akan dicegah dari masuk neraka. Artinya dia tidak akan masuk neraka. Dan langsung bisa masuk surga. 

Sementara orang yang mendapat syafaat selain Alquran, orang itu akan diberikan petolongan namun dia harus masuk neraka terlebih dahulu. Dan syafaat yang paling mulia setelah syafaat Rasulullah adalah syafaat Alquran karena dapat mencegah dari masuk neraka. Di dalam kitab al-Tibyan karya Imam Zakariya Yahya bin Syarafuddin An-Nawawi halaman 13 disebutkan hadist:

عن أبي أُمَامَةَ الْبَاهِلِي رضي الله عنه قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ . رواه مسلمٌ

Artinya: Dari Abu Umamah Al-Bahili, beliau berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda, 'Bacalah al-Qur'an karena ia akan datang pada hari kiamat untuk menolong pemiliknya'. (HR. Imam Muslim)

Ashab dalam lafadz tersebut adalah jamak dari lafadz Shohibun. Jamak dari lafadz Shohibun sendiri bisa lafadz Shohbun, Shihaabun, dan bisa juga Ashabun. Jika dalam hadist itu shohibun artinya orang yang memiliki Alquran. Maka lafadz Ashabun berarti orang-orang yang memiliki Alquran.  

Siapa yang dimaksud dalam hadis tersebut sebagai orang yang memiliki Alquran?. Apakah orang yang telah membeli Alquran lalu menyimpannya?. Atau orang yang di rumahnya ada Alquran?. Dalam kitab Mukhtarul al-Ahadist Nabi bersabda: 

سيأتي زمان على أمتي لا يبقى الإسلام إلا اسمه ، ولا القران الا رسمه

Artinya, "Akan datang pada umatku zaman dimana Islam hanya tinggal namanya, dan Alquran hanya tinggal tulisannya". 

Dulu sekali Nabi telah diberikan pengetahuan oleh Allah bahwa akan datang zaman pada umat beliau bahwa Islam hanya dijadikan sebagai nama tapi tidak dijalankan syariatnya. KTP-nya Islam tapi tidak melaksanakan sholat dan puasa serta syariat yang lain. Di dalam kitab Duratun Nashihin bab mu'ridil Alquran atau orang yang membelot dari Alquran.  Diceritakan bahwa zaman Rasulullah suatu ketika beliau akan mensholati mayit yang juga diikuti oleh para sahabat dekat beliau seperti Abu Bakar dan lainnya. 

Ditengah sholat jenazah,  di dalam kain kafan si mayit ada yang bergerak-gerak. Akhirnya kafan jenazah itu dibuka dan ternyata ada ular besar yang melilit jenazah. Sahabat Abu Bakar mengambil kayu untuk memukul ular tersebut. Ternyata ularnya bisa berbicara. Ular itu berkata, "Wahai Abu Bakar, apa dosaku, sehingga Engkau akan memukulku?". Abu Bakar menjawab, "Kamu akan membahayakan Nabi!". Kemudian ular itu berkata, "Tidak, karena aku hanya diperintah oleh Allah untuk menggigit jenazah ini dan menghisap darahnya sebab dia tidak melaksanakan perintah Allah!". Abu Bakar bertanya, "Apa dosa jenazah ini?". Ular itu berkata, "Jenazah ini memiliki 3 dosa yaitu meninggalkan sholat, tidak mau berzakat, dan tidak mau mengaji / mencari ilmu kepada ulama". 

Cerita tersebut adalah cerita pada zaman nabi yang bisa dijadikan i'tibar atau contoh tentang bahaya melakukan dosa-dosa besar. Cerita seperti itu kalau dibayangkan seperti mustahil. Tapi benar-benar terjadi di masa nabi. 

Point kedua dalam hadist di atas adalah akan datang zaman pada umat Rasulullah dimana Alquran hanya tinggal tulisannya. Punya Alquran tapi tidak pernah dibaca. Alquran banyak tapi hanya disimpan. Padahal Alquran termasuk perkara yang bisa memberi syafaat hanya jika dibaca. Hal itu seperti penjelasan dalam ayat: 

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ 

Artinya, "Orang-orang yang Kami beri kitab Alquran itu akan membaca Alquran dengan membaca yang sebenar-benarnya". 

Makna dari dari Haqa Tilawatih adalah : (1) lisannya digunakan untuk membaca Alquran. (2) Pikirannya digunakan untuk mengangan-angankan arti dan maknanya. Serta (3) Hatinya digunakan untuk mengambil teladan dan pelajaran dari kandungan Alquran.

Oleh karena itu ada syair tombo ati yang salah satu liriknya berbunyi, "Moco Quran, angen-angen sak maknane". Atau "Membaca Alquran dengan mengangan-angankan maknanya". 

Dari sini dapat disimpulkan bahwa orang yang mendapatkan syafaat Alquran adalah mereka yang : (1) Orang yang mau membaca Alquran. (2) Orang yang mau mengangan-angankan makna isi Alquran. (3) Orang yang hatinya mampu mengambil pelajaran dan teladan dari Alquran, dan (4) Orang yang prilakunya menjaga isi dari Alquran. Dalam kitab Durratun Nâshihîn, halaman 142 disebutkan hadist riwayat Muadz bin Jabal yang artinya:

Dari Mu’adz bin Jabal, sungguh beliau bersabda, “Aku bersama dengan Nabi dalam suatu perjalanan. Kemudian aku meminta, 'Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepada kami sebuah hadis yang dapat kami ambil manfaatnya. Kemudian Nabi bersabda, 'Apabila kamu ingin hidup bahagia, mati syahid, selamat pada yaumul hasyr di Padang Mahsyar, mendapat naungan pada hari yang sangat panas dan petunjuk dari kesesatan, maka terus-meneruslah membaca Al-Qur’an, sebab sesungguhnya Al-Qur’an adalah kalam Allah Dzat yang Maha Pengasih, benteng dari setan, dan pemberat dalam timbangan amal (mîzân).”

Kalau ingin diberikan kehidupan seperti kehidupan orang yang bahagia dan beruntung maka istiqomahkan membaca Alquran. Dalam Alquran Allah berfirman yang artinya, "Orang akan dikelompokan menjadi dua golongan yaitu golongan orang yang bahagia dan orang-orang celaka". Imam Ghazali berkata bahwa manusia dibagi menjadi 4 golongan yaitu : 

1- Orang yang bahagia di dunia dan bahagia di akhirat 

سعيد في الدنيا سعيد في الأخرة

Mereka adalah orang yang paling bahagia dan beruntung. Karena mereka bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Di dunia amalnya baik. Diberi rezeki juga untuk kebaikan. Mendalat karunia kesehatan untuk ibadah. 

2- Orang yang bahagia di dunia tapi celaka di akhirat

سعيد في الدنيا سقي في الأخرة

Di dunia bahagia tapi di akhirat celaka. Atau suul khotimah. Oleh karena itu para ulama mengajarkan kitabdoa :

 اللهم اختمنا بخاتمة السعدة

Artinya, "Semoga kita diberi akhir yang beruntung. Yaitu wafat yang khusnul khotimah. "

3- Orang yang di dunia tidak bahagia tapi di akhirat bahagia

سقي في الدنيا سعيد في الأخرة

Di dunia hidupnya tidak enak. Tapi diberi wafat yang khusnul khatimah sehingga di akhirat hidupnya enak. Seperti tukang sihirnya firaun. Mereka mulai kecil menyembah firaun. Tapi ketika kalah dengan Nabi Musa mereka beriman. Oleh firaun mereka dipenjara. Dan akhirnya wafat dalam keadaan khusnul khatimah. 

4- Orang yang celaka di dunia dan celaka di akhirat

سقي في الدنيا سقي في الأخرة

Nabi bersabda apabila kamu ingin hidup bahagia, mati syahid, selamat pada yaumul hasyr di Padang Mahsyar, serta mendapat naungan pada hari yang sangat panas dan petunjuk dari kesesatan, maka istiqomahlah dan terus-menerus membaca Al-Qur’an. Karena :

خير الأعمال ما دام وإن قل

Artinya, "Amal yang baik adalah amal yang istiqomah walaupun sedikit". 

Yang penting istiqomah walaupun hanya satu lembar per hari. Guru saya Kiai Mufidz pernah dawuh, "Alquran itu per juznya 10 lampir, dalam satu Alquran ada 300 halaman, jadi jika ada orang yang membaca Alquran per hari satu halaman, itu berarti 300 halaman khatam satu kali dalam satu tahun".

Tapi apabila membacanya satu hari satu lampir. Maka bisa khatam 2 kali dalam satu tahun. Jika bisa menghafal Alquran per hari 1 halaman maka dalam 2 tahun bisa hafal bil ghoib. Tapi jika 1 hari bisa hafal 1 lampir maka dalam 1 tahun bisa hafal bil ghoib. Hal Ini apabila istiqomah dalam menghafal. 

Orang membaca Alquran ada derajat dan tingkatan pahalanya. Tergantung dari bobot beratnya ketika membaca. Seperti dalam keterangan kitab Durratun Nâshihîn, halaman 142 :

من قرأ القرآن وهو  في الصلاة كان له بكل حرف مائة حسنة  ومن قرأ القران في غير صلاة على وضوء فله بكل حرف خمس وعشرون حسنة ومن قرأ القران غير وضوء فله عشر حسنات

Artinya : Diriwayatkan dari Nabi, beliau bersabda, “Barang siapa yang membaca Al-Qur’an ketika shalat, maka baginya seratus (100). Dan barangsiapa membaca Al-Qur’an di luar shalat dalam keadaan berwudlu (suci), maka baginya dua puluh lima (25) kebaikan dalam setiap hurufnya. Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan tidak berwudlu (tidak suci), maka baginya sepuluh kebaikan.” 

1- Derajat Membaca Alquran di dalam Sholat

Derajat membaca Alquran yang paling tinggi adalah membaca Alquran ketika berada dalam sholat. Dalam kitab Manaqib As-Syafii diceritakan kalau Imam Syafii setiap Ramadan diberikan kekuatan oleh Allah kuat mengkhatamkan Alquran 60x. Itu berarti dalam satu hari satu malam khatam beliau khatam 2 kali. 

Lalu kapan tidurnya?. Itu karena Imam Syafii diberi Allah karomah thoyil waqti. Dan ada keterangan "Kuluha Fi Sholah". Atau semua 60 x khatam itu, dibaca ketika berada dalam sholat. Beliau diberikan oleh Allah kekuatan Ibadah membaca Alquran yang paling mulia dan khatam berkali-kali. 

Apakah kita pernah menghatamkan Alquran dalam sholat?. Sebenarnya orang yang mendirikan sholat sunah boleh dengan duduk. Tapi kalau sholat fardlu memang wajib berdiri karena termasuk rukun. 

Jika sholat sunah boleh dengan duduk. Berarti memungkinkan membaca Alquran. Dan boleh dengan membuka Alquran karena hanya dua gerakan. Tidak sampai membatalkan. 

2- Derajat Membaca Alquran di luar Sholat dalam keadaan memiliki berwudlu

Dan barangsiapa membaca Al-Qur’an di luar shalat dalam keadaan berwudlu, maka baginya dua puluh lima kebaikan dalam setiap hurufnya. 

3- Derejat Orang yang membaca Alquran tapi tidak memilki wudlu 

Orang yang tidak memiliki wudlu atau hadast boleh membaca Alquran. Asalkan dia tidak memegang atau membawa mushaf Alquran. Karena membawa Alquran harus dalam keadaan suci. 

Allah memberikan kemurahan bahwa orang yang mendapat syafaat Alquran bukan hanya orang yang hafal seluruh Alquran. Juga tidak harus khatam Alquran. 

Walaupun hanya membaca satu surat saja, Allah memberikannya keistimewaan pada orang tersebut. Seperti keterangan dalam kitab Lubâbut Ta'wîl fi Ma’ânit Tanzîl, Juz 4, halaman 124 : 

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن  الرسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «إن مِنَ القُرْآنِ سُورَةٌ ثَلاثُونَ آيَةً شَفَعَتْ لِرَجُلٍ حَتَّى غُفِرَ لَهُ، وَهِي: تبارك الذي بيده الملك

Dari Abu Hurairah, sungguh Rasulullah bersabda, “Sungguh di dalam Al-Qur’an terdapat surat yang terdiri dari 30 ayat, yang dapat memberi syafa’at kepada seseorang hingga dia diampuni. Surat tersebut adalah Surat Al-Mulk (Tabârakalladzî bi yadihil mulk).” Di dalam kitab Lubâbut Ta'wîl fi Ma’ânit Tanzîl, Juz 4 halaman 124 juga dijelaskan :

عن ابن عباس قال ضرب بعض أصحاب الرسول الله صلى الله عليه وسلم خباءه على قبر وهو لا يحسب أنه قبر فإذا  هو قبر  إنسان يقرأ سورة تبارك الذي بيده الملك حتى ختمها فأتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال يا رسول الله ضربت خبائي على قبر وأنا لا أحسب أنه قبر فإذا هو قبر إنسان يقرأ سورة الملك حتى ختمها فقال النبي صلى الله عليه وسلم هي المانعة هي المنجية تنجيه من عذاب القبر

Artinya, "Dari Ibnu Abbas, beliau berkata, “Ada sebagian sahabat Rasulullah memasang tenda di atas sebuah kuburan, dan dia tidak menyangka bahwa itu adalah kuburan. Ternyata, kuburan tersebut adalah kuburan orang yang membaca Surat Al-Mulk sampai selesai. Kemudian Nabi datang. Lalu orang yang memasang tenda tersebut berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah memasang tenda di atas sebuah kuburan, dan aku tidak menyangka bahwa itu adalah kuburan. Ternyata, kuburan tersebut adalah kuburan orang yang membaca Surat Al-Mulk sampai selesai.” Kemudian Nabi  bersabda, “Surat Al-Mulk adalah penghalang. Surat Al-Mulk adalah penyelamat yang menyelamatkan orang tersebut dari siksa kubur”. 

Orang yang mati adalah orang yang terpisah antara jasad dan ruhnya. Yang mati sebenarnya adalah jasadnya. Akan tetapi ruh dan akal tidak berpisah. Sehingga apabila ada orang di dunia hafal Alquran maka besok di kubur juga masih tetap hafal Alquran. Seperti dalam hadiat di atas. Jasadnya sudah mati tapi ruhnya masih bisa membaca surat al-Mulk. 

Sahabat itu kemudian datang kepada Nabi kemudian Rasulullah berkata, "Surat Al-Mulk adalah penghalang. Surat Al-Mulk adalah penyelamat yang menyelamatkan orang tersebut dari siksa kubur". Artinya orang yang membaca surat Al Mulk dia akan selamat dari siksa kubur. Karena Nabi memberikan nama surta al-Mulk dengan al-Munjiyah. Yaitu yang menyelamatkan dari siksa kubur. 

Dalam kitab Tafsîrul Qur’ânil ‘Adhîm karya Imam Ibnu Katsir, Juz 4, halaman 395 satu Nabi bercerita :  Dari Anas bin Malik, beliau berkata, “Rasulullah bersabda, 'Sungguh ada seorang laki-laki dari kalangan umat sebelum kalian yang meninggal dunia, sedangkan tiada sesuatu pun dari Kitâbullâh yang dihafalnya, selain Surat Al-Mulk. Ketika lelaki itu diletakkan di dalam kuburnya, datanglah seorang malaikat'.

"Maka surat Tabâraka menghalang-halanginya sehingga malaikat itu berkata, "Sesungguhnya engkau adalah salah satu dari Kitâbullâh, dan aku tidak suka membuatmu tidak senang, tetapi sungguh aku tidak mempunyai kuasa bagimu, bagi dia dan juga bagi diriku terhadap suatu kemadlaratan dan juga suatu kemanfaatan. Jika engkau hendak membela orang ini, maka menghadaplah kepada Allah Tabâraka wa Ta’âlâ dan mintalah syafaat dari-Nya untuk dia.”

Maka surat itu berangkat menuju ke hadirat Allah, lalu berkata memohon, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya si Fulan dengan sengaja memilihku di antara Kitab-Mu, lalu ia mempelajariku dan membacaku. Maka apakah Engkau akan membakarnya dengan api, sedangkan aku berada di dalam rongganya? Jika Engkau hendak menyiksanya, maka hapuskanlah terlebih dahulu aku dari Kitab-Mu.” Allah berfirman, “Aku lihat engkau marah.” Surat itu menjawab, “Sudah seharusnya aku marah.” Maka Allah berfirman, “Sekarang pergilah kamu, sesungguhnya Aku telah menyerahkannya kepadamu dan Aku memberi izin kepadamu untuk memberi syafaat untuknya.”

Maka surat itu datang kembali dan mengusir malaikat, lalu lelaki itu bangkit dalam keadaan senang hati tanpa mengalami suatu siksaan pun dari malaikat tersebut. Lalu surat itu meletakkan mulutnya ke mulut lelaki itu dan berkata, 

"Selamat datang, barangkali mulut ini sering digunakan untuk membacaku. Selamat datang, barangkali dada ini sering dipakai untuk memuatku. Selamat datang, barangkali kedua kaki ini sering dipakai untuk berdiri sambil membacaku.”

Surat itu menghiburnya di dalam kuburnya karena merasa khawatir bila ia kesepian dan merasa takut. Anas bin Malik melanjutkan, “Setelah Rasulullah menceritakan kisah ini, maka tiada seorang pun, baik anak kecil, orang dewasa, orang yang merdeka atau budak, melainkan mempelajari Surat Al-Mulk (Tabâraka) dan menghafalkannya. Dan Rasulullah menamainya dengan sebutan Al-Munjiyah (Surat yang Menyelamatkan). (*)


- Disarikan dari ngaji hikam malam selasa 2 Januari 2023 oleh KH. Moh. Yahya Husnan. Pengasuh Pondok Al-Mardliyah Barul Ulum Tambakberas Jombang.

Posting Komentar untuk "Ngaji Hikam : 7 Perkara yang Bisa Mensyafaati Pada Hari Kiamat (1)"