Ngaji Likuran Bab 4 Kenikmatan Hakiki

Beberapa Ulama mengatakan bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam Ke-27 Ramadan dengan rumus bahwa lafadz Lailatul Qadar hanya disebutkan 3 kali yaitu pada Surat Al-Qadar. Sedangkan jumlah huruf lafadz Lailatul Qadar ada  9. Jika 9 huruf dalam lafadz Lailatul Qadar itu dikalikan 3 penyebutannya maka hasilnya adalah 27. Sehingga secara teoritis kemungkinan Lailatul Qadar jatuh pada Malam Ke-27 Ramadan.

Pendapat lain tentang Lailatul Qadar jatuh pada malam Ke-27 disebutkan secara empiris oleh para ulama yang pernah menemui Lailatul Qadar sepanjang hidupnya sehingga menjadi petunjuk yang tercatat. Yaitu apabila Ramadan dimulai pada hari selasa  seperti tahun ini, maka Lailatul Qadar jatuh pada Malam Ke-27. 

Satu ketika Nabi Musa pernah bermunajat kepada Allah, "Ya Allah mohon aku ini Engkau dekatkan kepada-Mu". Allah berfirman kepada Nabi Musa, "Orang yang dekat kepadaku adalah orang yang mau terjaga pada Malam Lailatul Qadar". Nabi Musa kemudian meminta kepada Allah Rohmad dan kasih sayang-Nya. Kemudian Allah menjawab, "Kasih sayang dan Rahmad-Ku aku berikan kepada orang yang mau berbelas kasih dan sayang kepada Fakir Miskin pada malam Lailatul Qadar". 

Nabi Musa masih meneruskan munajatnya, "Ya Allah berikanlah aku kekuatan bisa melewati jembatan Sirathal Mustaqim secepat kilat". Allah menjawab, "Semua itu bisa tercapai apabila seseorang mau bershadaqah pada Malam Lailatul Qadar". Nabi Musa bermunajat lagi, "Ya Allah besok di surga berikanlah aku tempat berteduh di bawah pohon-pohon surga dan bisa menikmati buah-buahnya". Allah menjawab, "Kenikmatan itu akan Aku berikan kepada mereka yang mau membaca tasbih pada malam Lailatul Qadar". Nabi Musa meminta kepada Allah agar selamat atas neraka. Allah menjawab, "Selamat atas neraka diberikan Allah kepada orang yang membaca tasbih pada Malam Lailatul Qadar". Setelah itu Nabi Musa pun meminta Ridla-Nya Allah. Dan Allah menjawab, "Ridla ku aku berikan kepada orang yang shalat dua rokaat pada malam Lailatul Qadar". 

Jembatan Siratal Mustaqim menurut Google Map-nya Nabi Muhammad jarak tempuhnya bisa mencapai waktu 30 tahun jika tanpa ada bantuan. 30 tahun itu berupa 10 tahun perjalanan turun, 10 tahun jalan mendatar, dan 10 tahun perjalanan naik. Oleh karena itu Nabi Musa ingin mendapat bantuan pusat yaitu Allah agar bisa lewat dengan cepat. Akhirnya Allah memberi petunjuk bahwa yang akan melewati jembatan Siratal Mustakim dengan cepat adalah mereka yang shadaqah pada malam Lailatul Qadar. Oleh karena itu dulu Abah Djamal memberi shadaqah nya di Ngaji Malam Likuran pada setiap malam akhir Ramadan. Tujuannya adalah untuk menjemput Lailatul Qadar.

Jadi Imam shalat yang ideal adalah yang tidak terlalu cepat juga tidak terlalu lambat. Karena jika terlalu cepat bisa menyebabkan taqsir (kurang dari semestinya). Jika terlalu lambat akan menyebabkan Ifrad yaitu menjadikan jamaah bosan dan mengantuk. Karena orang jamaah di sini berbeda dengan orang yang jamaah atau tarawih di Masjidil Haram. Umumnya mereka yang di Masjidil Haram memang sudah niat untuk ibadah sehingga walaupun lambat, mereka ikhlas. 

Shalat sunah yang paling utama adalah shalat sunah rawatib. Shalat tarawih dan bakdiyah isya' lebih utama shalat bakdiah isyak. Karena bakdiah isyak termasuk shalat rawatib. Kemudian shalat sunah yang Muakad seperti : shalat duha dan shalat witir, dst.  Shalat tahajud yang sebenarnya khusus untuk Nabi karena tahajud bagi Nabi hukumnya wajib. Sedangkan bagi umatnya yang meniru tahajud hukumnya sunah. 

Nabi melaksanakan tahajud secara sembunyi. Shalat sunah yang ditampilkan adalah shalawat tarawih yang dulu disebut qiyamul lail. Sehingga keutamaan tarawih sebenarnya jauh setelah shalat rawatib harian. Namun dia memiliki keutamaan yaitu hanya bisa diamalkan ketika Ramadan. Sehingga yang benar dan utama  adalah dilaksanakan keduanya baik yang rawatib (bakdiyah isyak) dan tarawihnya. 

Dalam beberapa keterangan disebutkan oleh Para Ulama bahwa amal minimal pada malam Lailatul Qadar bisa tercapai dengan sholat sunah 2 rokaat, mulai bakda magrib atau mulai bakda isyak. Sehingga apabila ada orang yang sibuk dan karena keadaan seperti jadi polisi atau security maka amalan minimalisnya bisa digunakan untuk menggapai Lailatul Qadar yaitu shalat sunah 2 rokaat bakda magrib atau isyak. 

Orang beramal memiliki porsinya masing-masing. Orang yang longgar waktunya seperti kita dan diberi kesempatan ibadah sholat yang banyak tidak boleh mencacat mereka yang melaksanakan amalan minimal tersebut karena semua tidak pasti. Mungkin sebenarnya mereka ingin seperti kita tapi keadaan memaksa tidak bisa. Sehingga  Allah menfasilitasi ridla-Nya untuk diberikan kepada mereka dengan shalat 2 rokaat pada malam Lailatul Qadar. Allah menuntun Nabi dan Islam dengan:

يريد الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر

Oleh karena itu jangan sampai kita semena-mena karena shalatnya lebih bamyak kemudian merasa lebih baik daripada yang hanya shalat 2 rokaat. Bisa jadi yang 2 rokaat itu yang diridlai Allah. 
 
Amal ada dua macam yaitu amal dzohir dan batin. Amal dzohir yang sebesar gunung tidak bisa mengalahkan amal batin walau hanya sebiji sawi. Begitu juga nikmat atau rezeki yang terbagi menjasi dua. Berikut adalah keterangannya. 

Allah memberi kepada hamba-hambanya macam-macam nikmat. Banyak dari kita mengartikan nikmat ini dengan sebutan rezeki. Ada kalanya nikmat yang diberikan Allah berupa nikmat lahiriyah. Ada juga nikmat batiniyah. Nikmat lahiriyah hubungannya dengan nikmat dunia / harta. 
Sedangkan  nikmat batiniyah adalah nikmat yang hakiki. Nikmat lahir bisa menjadi sempurna apabila bisa membawa pada kenikmatan batin. Kenikmatan batiniyah ada beberapa macam yaitu: 

1) Rezeki Iman dan Takwa

Iman dan taqwa adalah rezeki dari Allah. Karena Iman dan takwa tidak bisa dipaksa dan memang murni pemberia n dari Allah. Nabi sangat ingin agar Allah memberi hidayah kepada orang yang merawatnya sejak kecil. Melindungi perjuangannya. Serta tokoh yang sangat mendukungnya. Beliau merupakan pamannya sendiri yaitu Abu Tholib. 

Saat Abu Thalib akan wafat, beliau didekati oleh Abu Jahal dan Abu Lahab. Nabi juga mendekati Abu Thalib agar sebelum meninggal beliau mampu membaca dua kalimat sahadat. Akhirnya Abu Jahal dan Abu Lahab mengatakan kepada Abu Tholib, "Jika kalimat itu kamu ucapkan berarti kamu mengkhianati bapak-bapak kita". Saat wafat Abu Thalib hanya diam. Dan Allah mewahyukan kepada Nabi, "Muhammad kamu tidak bisa memberi hidayah kepada orang yang kamu sukai, Allah yang memberi hidayah". 

انك لا تهدي من احببت ولكن الله يهد من يشاء

Jika nabi tidak taslim kepada Allah, beliau pasti berontak karena diantara yang masuk Islam malah para musuhnya. Bahkan ada orang yang pernah membunuh pamannya yaitu Hamzah seperti Wakhsi. Hal itu sangat membekas di hati Nabi, tapi setelah itu Wakhsi mendapat hidayah masuk Islam. Inilah yang dinamakan nikmat yang agung. Karena selain iman kita juga dipertemukan dengan para guru sehingga benih Iman itu tumbuh subur dan kita sirami dengan pengajian dari para kiai. 

Iman dan takwa adalah nikmat batin yang sesungguhnya. Para wali Allah yang dirasakan nikmat yang paling agung adalah iman dan takwa. 

أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لاخوف عَلَيْهِمْ ولاهم يَحْزَنُونَ

Dalam terusan ayat dijelaskan siapakah kekasih Allah yang tidak memiliki takut dan kesushan?. Mereka adalah orang-orang yang beriman dan yang bertakwa. Mereka mendapat kebahagian di dunia dan di akhirat. Mengapa mereka mendapatkan karunia kebahagiaan dunia-akhirat?. Karena mereka memiliki dua rezeki yaitu rezeki Iman dan rezeki takwa yang keduanya merupakan Nikmatul Udzma. 

Allah juga memberi janji apabila ada bangsa yang beriman dan bertakwa maka bangsa iku akan diberi kesuburan dan kemakmuran sebagaimana dalam surat Al-Araf ayat 96. Namun sekarang kita bisa melihat alam seperti air yang identik dengan kehidupan berubah menjadi kematian. Mengapa demikian?. Karena Penduduk bangsanya tidak bertakwa dan mendustakan Allah. Sehingga apa-apa yang seharusnya berkah berubah menjadi bencana. 

Perbuatan yang mendustakan dalam Surat Al-Araf 96 tersebut maknanya luas. Bisa berupa kekufuran dan kemaksiatan. Kemaksiatan sendiri ada kemaksiatan  karena meninggalkan perintah Allah atau kemaksiatan karena  kejam terhadap alam semesta dan tidak bisa menjaga ekosistem alam. Hutan yang seharusnya menjadi paru-paru alam dan tanaman menjadi otot tanah untuk menyerap air. Dicabut sehingga tidak ada penyerapan air. Maka  meluaplah air pada tempat yang bukan tempatnya. 

II- Nikmat Al-Hikmah 

Hikmah diartikan dalam beberapa pendapat sebagai ilmu yang manfaat. Dalam ayat berikut dijelaskan: 

يؤتي الحكمة من يشاء ومن يؤت الحكمة فقد أوتي خيرا كثيرا

Allah memberi hikmah kepada orang yang dikehendaki. Para mufasir mengartikan hikmah dalam ayat tersebut dengan Ilmu manfaat. Siapakah mereka yang diberi ilmu manfaat?. Adalah mereka yang memilki ilmu yang ilmu itu bermanfaat, membawa keberkahan, kebahagiaan dan kesejahteraan bagi orang yang memilikinya, bagi keluarganya, bagi lingkungan dan masyarakat secara umum serta alam semesta. 

Sebaliknya jika ilmu tidak manfaat justru akan merusak dirinya sendiri, keluarganya, masyarakatnya, bangsanya, dan manusia secara umum. Nabi bersabda: 

أشد الناس عذابا يوم القيامة عالم لم ينفعه الله علمه

Artinya : Besok pada hari kiamat orang yang paling dahsat siksanya adalah orang alim (orang yang mengetahui) tapi tidak manfaat.
Lafadz عالم dalam hadist tersebut maknanya adalah orang yang mengetahui dan bukan ulama karena Ulama mufradnya adalah عليم. Karena عليم  maknanya adalah orang yang takut (yakhsaAllah) kepada Allah. Mereka orang عالم / orang yang memilki pengetahuan tapi tidak manfaat ilmunya maka mereka akan merusak.

Apa maksud dari ilmu tidak manfaat?. Yaitu tidak melaksanakan apa yang telah menjadi pengetahuan atau pengertian dalam dirinya. Mengerti tapi tidak melakukan apa yang menjadi pengertiannya. Ancamannya adalah dia akan menjadi orang yang paling dahsyat siksanya pada hari kiamat. Sebaliknya akan mendapat nikmat yang agung apabila ilmunya manfaat. Kesimpulannya simpel tapi maknya luas.

Siapakah orang yang dikehendaki Allah untuk mendapat ilmu manfaat?. Jawabannya adalah orang yang ikhlas. Menjadi ulama yang ikhlas. Mengaji yang ikhlas. Jadi santri yang ikhlas. Jadi tukang yang ikhlas. Jadi polisi yang ikhlas. Jadi Asn yang ikhlas. Walaupun disitu ada gaji. Tapi niatnya yang ikhlas karena Allah agar etos kerjanya lebih tinggi. Rugi jika menjadi Asn hanya untuk gaji dan pensinuan. 

Orang yang ikhlas akan diberi "Khoiran Kasira" atau Kebaikan yang banyak?. Yaitu barokah. Orang yang diberi ilmu manfaat maka barokah. Orang yang  menjalankan apa yang dimengertinya secara ikhlas maka akan barokah. Keluarganya barokah. Anaknya barokah. Penghasilannya barokah. Mengapa?. Karena dia menjalankan ilmunya dengan ikhlas. Ilmu apa saja yang diamalkan dengan ikhlas maka akan barokah. 

Jika jadi pedagang punya hikmah. Yaitu menjalankan ilmunya secara ikhlas maka akan barokah. Jika semua dijalankan sesuai ilmunya. 

III- Amal Khasanah dengan Ikhlas 

Nikmat batin yang ketiga adalah memilki amal kebaikan disertai keikhlasan. Diberi kekuatan ibadah atau kebaikan saja belum nikmat. Tapi kalau amal ibadah dan disertai ikhlas maka itulah nikmat batin.

Ikhlas sendiri sangat berat untuk diikhtiari Oleh karena itu amal yang ikhlas perlu dimintakan kepada Allah. Para ulama saja ketika ditanya apa itu ikhlas dijawab dengan hadist qudsi, "Ikhlas adalah rahasia-Ku (Allah) yang aku letakan kepada hamba yang aku cintai". 

Secara makna dalam hadist itu ikhlas adalah milik-Nya Allah. Sangat berat apabila diikhtiari sehingga ikhtiar kita adalah berdoa minta ikhlas kepada Allah. 

Walaupun ikhlas sangat berat tapi jangan menunggu ikhlas baru beramal. Jika seperti itu maka tidak dapat dua-duanya. Amal tidak dapat. Ikhlas juga tidak. Abah Djamal pernah menerangkan tentang shadaqah yang ada dua yaitu untuk peribadi dan umum. Jika memberi orang secara pribadi yang baik sirri (rahasia). Tapi jika shadaqah wajib seperti zakat harus di perlihatkan untuk menghindari fitnah. Apalagi sudah terlihat kaya. Dan jika shadaqah untuk kepentingan umum yang baik adalah yang banyak bukan yang ikhlas. Jangan bilang "Shadaqah Sak Ikhlase".

Saat itu Abah Djamal mencotohkan Mbah Bisri seorang ahli fiqih dan ahli tasawuf juga ulama sepuh. Ketika membangun masjid dielang. Saat itu dicacat amalnya tidak ikhlas. Tidak apa-apa. Shadaqah untuk kemanfaatan umum belum bisa ikhlas tidak apa-apa yang penting banyak. Dan setelah itu minta kepada Allah agar diberi keihklasan. 

Gus Baha juga pernah menerangkan yang intinya walaupun belum ikhlas tetaplah beramal karena lama-lama akan ikhlas sendiri. Contoh saya putranya kiai. Dipasrahi ngopeni santri. Awal-awal jamaah pamer kepada santri. Lama-lama bosen. Atau seperti ketika sepasang calon mempelai dipertemukan semua isinya adalah riya'. 

IV- Nikmat Khusnul Khotimah

Nikmat yang haqiqi adalah khusnul khotimah. Dalam doa disebutkan, "Wa tarzuqona bihi khusnul khotimah". Dengan lafadz rizqi karena memang khusnul khotimah adalah rezeki. Mulai dari (1) Iman dan takwa, (2) Ilmu manfaat, (3) Amal khasanah yang ikhlas, dan (4) Khusnul khotimah, semua adalah rezeki. Semua adalah rezeki batin yaitu rezeki yang hakiki. 

Rezeki lahir adalah rezeki yang tidak ada gunanya di akhirat. Tapi apabila dapat membawa pada kenikmatan batin maka rezeki lahir itu menjadi rezeki yang sempurna. Seperti dawuh Syekh Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam Juz II : 

من تمام نعمة عليك ان يرزقك ما يكفيك ويمنعك ما يطغيك

Diantara sempurnanya nikmat yang diberikan kepadamu adalah Allah memberimu rezeki yang cukup dan mencegahmu dari rezeki yang dapat menjadikanmu hina. 

Rezeki lahiriyah yang sempurna ada dua yaitu (1) Cukup tidak kurang juga tidak lebih. Karena kurang dapat melakukan perkara yang haram. Rezeki Lebih atau kaya bisa menjerumuskan kepada kemaksiatan dan nafsu sahwat. Maka yang sempurna adalah yang rezeki cukup tidak kurang. Saat hari raya cukup butuh untuk beli pakaian cukup. Butuh rumah cukup buat beli rumah cukup. Butuh untuk kegiatan  yang jauh untuk beli mobil dibuat beli mobil cukup. Yang jelek apabila merasa kaya karena bisa menjadikan lacut. 

Para wali Allah pandai merasa, "Merasa fakir dalam kekayaan dan merasa kaya dalam kefakiran". Al-Faqru fil Ghina. Merasa fakir dalam kekayaan. Bukan mersa kurang tapi merasa bahwa kekayaan adalah titipan dari Allah. Mereka merasa melarat walaupun kaya. Tidak merasa bukan miliknya. Sehingga apabila dititipi harus mau melakukan apa yang diperintah yang menitipi seperti dalam hadist qudsi yaitu, "Harta adalah Milik-Ku, Orang Fakir adalah keluarga-Ku, dan Orang kaya adalah wakil-wakil-Ku". Orang sufi tetap merasa miskin walaupun kaya karena merasa bukan miliknya dan hanya titipan dari Allah. 

- Disarikan dari Ngaji Malam Ke-27 Ramadan 1445 H / 6 April 2024 oleh KH. Mohammad Idris Djamaluddin di Mushola Al-Fattah Sambong Jombang. 

Posting Komentar untuk "Ngaji Likuran Bab 4 Kenikmatan Hakiki"