Ngaji Hikam Agar Memiliki Putera-Puteri yang Sholeh

Di dalam sebuah kitab yang memuat tentang hadist-hadist Rasulullah yaitu Kitab Riyadus Sholihin ada satu bab yang menjelaskan tentang sabar dimana hadist tersebut diriwayatkan langsung oleh sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah dan sering bersama dengan Nabi selama 9 tahun yaitu Sahabat Anas bin Malik. Oleh karena itu Sahabat Anas Bin Malik ini adalah Salah satu sahabat yang banyak meriwayatkan hadist. 

Sahabat Anas Bin Malik ini memiliki Ibu yang bernama Umu Sulaim binti Milkhan Bin Kholid bin Zaid. Suaminya bernama Malik bin Nadr yang kemudian menurunkan Anas bin Malik. Ketika Umu Sulaim masuk Islam dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, suaminya tidak mau masuk Islam. 


Saat itu Umu Sulaim khawatir tentang masa depan puteranya yaitu Anas bin Malik, sehingga sejak kecil Anas Bin Malik diajak bersyahadat. Mengetahui itu Malik bin Nadr marah, sehingga meninggalkan keduanya di Syam. Saat meninggalkan keluarganya itulah dia bertemu musuh dan dibunuh oleh mereka sehingga status Anas Bin Malik menjadi yatim dan Umu Sulaim menjadi janda. 


Umu Sulaim adalah perempuan yang cantik dan cerdas sehingga banyak laki-laki yang ingin melamar termasuk Abu Thalhah. Seorang yang masih kafir dan belum beriman. Akhirnya oleh Umu Sulaim memberi syarat kepada Abu Tholhah jika ingin melamarnya mahar emas kawinya hanya satu yaitu agar Abu Tholhah masuk Islam. 


Akhirnya Abu Tholhah beriman dan menikah dengan Umu Sulaim. Jangak waktu satu tahun keduanya diberi oleh Allah Swt keturunan laki-laki yang bernama Abdullah. Dimana Abdullah saat kecil sering sekali sakit-sakitan. Semakin lama sakitnya bertambah parah. 


Suatu sore Abu Tholhah berpamitan ingin berjamaah di Masjid dan memerintah agar Umu Sulaim menjaga puteranya Abdullah. Dan Pada saat itulah Abdullah wafat. Saking ridla dan sabarnya Umu Sulaim ketika Abdullah wafat, dia tidak menangis. Bahkan berusaha agar para tetangga tidak mengetaui hal itu. 


Saat Abu Tholhah datang dari masjid, Umu Sulaim mempersilakan suaminya untuk makan berdua dengannya sampai datang waktu Isyak. Setelah itu Umu Sulaim mengajak suaminya berjamaah di rumah saja. Saat suaminya bertanya, “Bagaimana kabar Abdullah?”. Umu Sulaim menjawab, “Dia sudah tidur pulas dan sakitnya telah turun”. 


Keduanya kemudian berjamaah sholat isyak. Setelah sholat jamaah Umu Sulaim berhias dengan pakaian yang bagus dan menggoda suaminya. Akhirnya keduanya pun berkumpul. Baru setelah itu Umu Sulaim cerita, ada tetangga yang pinjam peralatan rumah tangga  lalu alat itu diambil oleh yang punya kemudian dia marah-marah. Abu Tholhah bertanya, “Siapa itu?”. Umu Sulaim menjawab, “Ya tetangga kita!”. 


Setelah itu Umu Sulaim bertanya kepada suaminya, bagaimana menurut pandangan suaminya tetangga yang demikian. Akhirnya Abu Tholhah memberikan pandangan bahwa tetangga yang demikian adalah tetangga yang kurang bagus perangainya. 


Setelah meyakinkan pandangan suaminya tentang tetangga tersebut, akhirnya Umu Sulaim berkata kepada suaminya, “Wahai Suamiku, anak kita adalah pinjaman dari Allah Swt, saat ini dia telah diminta kembali oleh Allah Swt!”. Ketika diberitahu informasi tersebut Abu Tholhah tidak bisa apa-apa. Dia hanya bisa menerima dan bersabar. 


Paginya Abu Tholhah dan Umu Sulaim berjamaah dengan Nabi di Masjid Nabawi. Setelah itu Abu Tholhah menceritakan semua itu kepada Rasulullah. Setelah mendengar cerita Abu Tholhah Kanjeng Nabi berkata, “BarakaAllahu Fi Lailatikuma!”. Yang artinya adalah “Semoga apa yang kalian lakukan berdua tadi malam menjadi barokah!”. 


Dalam hadist diceritakan setelah itu Umu Sulaim hamil. Dan setelah 9 bulan kemudian melahirkan seorang putera kembali. Saat bayinya disowankan kepada Rasulullah, oleh Nabi anak itu diberi nama Abdullah. 


Dalam riwayatnya diceritakan barokah sabar nya Umu Sulaim dalam menerima qadla dan qadar-Nya Allah Swt, dia akhirnya diberikan putera Abdullah yang dari Abdullah ini lahir tujuh putera yang kesemuanya hafal Alquran.


Pada zaman Rasulullah orang yang menghapalkan Alquran adalah hal yang luar biasa. Bahkan membaca Alquran secara utuh masih jarang-jarang. Karena Alquran yang utuh sebagaimana saat ini masih belum ada. 


Sampai diceritakan karena faktor itulah dalam sejarah Umar bin Khatab menghapalkan Surah Al-Baqarah selama 10 tahun. Mengapa Umar bin Khatab lama waktunya dalam menghapalkan Surah Al-Baqarah?. Karena selain menghapalkan orang dulu juga mengamalkan. Sehingga menjadi satu paket membaca, menghapalkan dan mengamalkannya.  


Barokah dari kesabaran Umu Sulaim ini, putera dan anak cucunya menjadi para penghapal Alquran. Oleh karenanya tirakat orang tua terkadang menurun kebaikannya sampai kepada anak, bahkan sampai ke cucu. 


Di dalam Alquran disebutkan bahwa macam-macam anak ada tiga macam yaitu: 


1- Di dalam Surat Al-Taghabun Ayat 14 bahwa: 


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ ۚ


Artinya : “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka….”.


Di dalam ayat di atas ada lafadz “مِنْ” yang di dalam Alfiyah dibahas bahwa “مِنْ” bisa bermakna التَّبْعِيْض atau bermakna sebagian. Oleh karenanya arti dari ayat itu bahwa sebagian dari isteri dan anak ada yang menjadi musuh bagi kita. 


Pada Tafsir Khozin disebutkan bahwa ayat di atas turun sebagaimana riwayat Ibnu Abas adalah untuk orang-orang Makah yang masuk Islam sementara Rasulullah sudah hijrah ke Madinah. Mereka ingin ikut hijrah ke Madinah. Tapi dilarang oleh sebagian isteri dan anak-anaknya. Akhirnya mereka tidak jadi hijrah. Karena dihalangi oleh anak dan isterinya. 


Lama kelamaan mereka mendengar bahwa Nabi telah mengajarkan bagaimana caranya sholat , membaca Alquran, dan lain sebagainya sehingga menambah keinginan mereka untuk hijrah. Maka mereka memaksakan diri untuk meninggalkan anak dan isterinya yang ada di Mekah dan hijrah menuju Madinah. 


Karena datangnya terlambat, akhirnya mereka ketinggalan materi tentang ilmu-ilmu keislaman. Seperti sholat dan membaca Alquran. Akhirnya mereka marah dan ingin pulang untuk memarahi anak dan isterinya. Tapi Allah Swt melarang hal itu. Sebagaimana terusan ayat: 


وَإِن تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ


Artinya :….Jiika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.


Dalam riwayat yang lain disebutkan ayat ini turun karena Sahabat Auf bin Malik Al-Asja’i. Dimana saat dia telah mengikuti rasulullah, ketika perang anak dan isteri Auf bin Malik Al-Asja’i selalu melarang nya untuk ikut berperang. Sehingga turunlah ayat di atas bahwa sebagian isteri dan anak yang bisa menjadi musuh bagi kita. 


Dijelaskan dalam tafsir bahwa jika kita memiliki anak yang selalu memusuhi orang tuanya. Atau kemauannya selalu tidak sama dengan orang tua sehingga terjadi perselisihan. Baik isteri kepada suami atau anak kepada orang tua. Allah Swt memberi solusi sebagaimana ayat diatas:


وَإِن تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ


Artinya :….Jiika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.


Lafadz تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا semuanya bermakna sama yaitu memaafkan. Karena dalam bahasa Arab dikenal istilah murodif yaitu lafadz nya banyak tapi maknanya satu. Sebaliknya di dalam bahasa Arab juga ada istilah Mustarak yaitu satu lafadz tapi maknanya banyak seperti lafadz “عين" yang maknanya bisa mata, bisa sumber, dan bisa bermakna barang yang bisa dilihat dan ada maknanya. 


Dalam tafsir disbeutkan bahwa lafadz تَعْفُوا bermakna memaafkan dari kesalahan-kesalahannya. Artinya jika ada anak memiliki kesalahan apapun, orang tua harus memaafkan kesalahan-kesalahan tersebut.


Mengapa harus demikian?. Karena ridla-Nya Allah Swt ada pada ridla kedua orang tua. Sehingga menjadi orang tua harus mudah meridlai anak, agar anak-anaknya diridlai oleh Allah Swt. Karena anak yang tidak diridlai oleh orang tua maka dia menjadi anak yang celaka dan orang tua yang memiliki anak celaka akan ikut celaka. Sebab disebutkan: 


عمل الولد عمل الوالد


Artinya amal seorang anak adalah amal dari orang tuanya. Sehingga walaupun orang tuanya tidak beramal tapi jika anaknya melakukan itu sama halnya orang tua ikut mengamalkan. Sebagaimana contoh ada anak yang mau membaca Alquran dan orang tuanya tidak membaca Alquran. Tapi amal tersebut pahalanya selain untuk si anak, juga diberikan kepada orang tuanya. 


Oleh karenanya ada riwayat besok pada hari kiamat ada orang tua yang belum pernah haji. Tidak bisa baca Alquran. Tidak pernah sholat tahajud. Tapi dia menerima pahala haji, menerima pahala membaca Alquran, dan menerima pahala sholat tahajud. Orang tua itu heran, darimana amal ini, padahal di dunia dia tidak pernah melakukan. Akhirnya Malaikat menjelaskan bahwa itu semua adalah amal anaknya yang pahalanya juga diberikan kepada orang tuanya. 


Dulu Abah Djamal saat masih sakit, saya datang dengan anak-anak. Beliau dawuh, “Cucu-cucuku, Aku kalau sudah wafat, ziarahi, ya bacakan Alquran”. Karena memang orang yang sudah wafat, yang diharapkan adalah amal baik dari anak dan cucunya. Sebagaimana hadist: 


‎ما الميت في قبره إلا كالغريق المتغوث ينتظر دعوة تلحقه من أبيه أو أخيه أو صديق له


Bahwa orang yang sudah meninggal di kuburannya, bagaikan orang yang tenggelam yang menunggu-nunggu pertolongan berupa doa dari saudara-saudara dan anak cucunya. 


Oleh karenanya apabila jika anak melakukan kesalahan orang tua harus mudah-mudah untuk memaafkan. Sebab dosa anak adalah dosa orang tua. 


Inilah makna تَعْفُوا yang artinya memaafkan kesalahan anak dengan tanpa menyakiti sang anak. Sehingga tidak boleh seorang anak yang salah dimaafkan tapi dengan cara dipukul. Sampai dalam fiqih disebutkan jika ada anak sudah umur 7 tahun maka harus diajak sholat. Jika sudah umur 9 tahun boleh untuk dipukul tapi dengan pukulan yang “Bi Dhorbin Ghoiri Mubarikhin”. Yaitu memukul yang tidak sampai menyakitkan.


Adapun lafadz وَتَصْفَحُوا memiliki makna yang sama dengan تَعْفُوا yaitu memaafkan. Hanya saja وَتَصْفَحُوا adalah memaafkan tanpa mencacat anak. Artin dari mencacat adalah tidak mengatakan yang jelek-jelek kepada anak. Seperti mengatakan kurang ajar, dan sebagaimya. 


Adapun makna dari وَتَغْفِرُوا juga bermakna memaafkan. Yaitu memaafkan anak tanpa menceritakan kejelekan anak kepada orang lain. Sehingga orang tua harus mampu menutupi dan mensamarkan kejelekan anak kepada orang lain. Karena orang tua yang menceritakan kejelekan anak adalah orang tua yang jelek. 


Dalam tafsir yang lain lafadz وَتَغْفِرُوا bermakna dimintakan ampun oleh orang tua. Yaitu orang tua memohonkan ampunan kepada Allah Swt untuk anaknya. 


Hal yang demikian sebagaimana diteladankan oleh Nabi Ya’kub As yang memiliki Putera Nabi Yusuf. Sebagaimana disebutkan oleh Nabi Muhammad dalam Tafsir Khozin : 


‎إنَّ الكريمَ ابنَ الكريمِ ابنِ الكريمِ ابنِ الكريمِ يوسفُ بنُ يعقوبَ بنِ إسحاقَ بنِ إبراهيمَ خليلِ الرحمنِ


Artinya : Sesungguhnya orang Mulia, Putera orang mulia, cucu orang mulia, cicit orang mulia yaitu Nabi Yusuf putera dari Nabi Yakub, bin Nabi Ishaq, bin Nabi Ibrahim. Karena kesemuanya merupakan Nabi Allah Swt. 


Di dalam Alquran diceritakan kisah Nabi Yusuf dengan ayahnya dengan redaksi: 


إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ


Artinya : (Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku". 


Sebelas bintang yang disebutkan dalam ayat diatas adalah saudara-saudara Nabi Yusuf. Sedangkan Matahari adalah ayahnya yaitu Nabi Yakub. Dan rembulan adalah Ibunya. 


Nabi Yakub menikah dengan Liya binti Liyan memiliki 6 putera yaitu Robail, Syam’un, Lawa, Yahuda, Robwawel, dan Yasjar. Sedangkan Nabi Yakub memiliki dua amat yaitu budak perempuan. Dulu budak perempuan pada masa para nabi dihalalkan untuk sayidnya. Sebagaimana keterangan: 


وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ


Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliknya. 


Nabi Yakub memiliki dua amat yaitu Zulfah dan Balhah. Dari keduanya mendapat empat putera yaitu Danu, Naftali, Jadi, dan Asyir. 


Saat Liya isterinya wafat Nabi Yakub menikah lagi dengan perempuan bernama Rokhil yang dikarunia dua putera yaitu Nabi Yusuf dan Bunyamin. Diceritakan bahwa Nabi Yusuf adalah seorang yang sangat tampan, cerdas dan pintar serta memiliki akhlaq yang baik.


Karena keunggulan Nabi Yusuf inilah  menjadikan Nabi Yakub sangat mencintai Nabi Yusuf sehingga menjadikan para saudara-saudaranya iri. Oleh karena itu Nabi Yusuf dimasukan ke dalam sumur. Sampai Nabi Yusuf menjadi budak oleh seorang bernama Zulaikha. 


Singkat cerita Nabi Yusuf kemudian menjadi pembesar Mesir. Namun sebelum itu hidupnya sangat sengsara. Mulai dari masuk sumur. Menjadi budak. Dipenjara. Sampai menjadi pejabat tinggi di Mesir. Akhirnya para saudara-saudaranya takut dengan Nabi Yusuf dan berkata kepada ayahnya yaitu Nabi Yakub: 


‎قَالُوۡا يٰۤاَبَانَا اسۡتَغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَاۤ اِنَّا كُنَّا خٰـطِــِٕيۡنَ‏ ٩٧


Artinya : Mereka berkata, "Wahai ayah kami! Mohonkanlah ampunan untuk kami atas dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang yang bersalah (berdosa)."


‎قَالَ سَوۡفَ اَسۡتَغۡفِرُ لَـكُمۡ رَبِّىۡؕ اِنَّهٗ هُوَ الۡغَفُوۡرُ الرَّحِيۡمُ‏  ٩٨


Artinya : “Dia (Yakub) berkata, "Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sungguh, Dia Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang."


Di dalam tafsir disebutkan bahwa Nabi Yakub memintakan ampunan kepada putera-puteranya setiap malam jumat selama 20 tahun lebih. Artinya kita yang memiliki anak, janganlah bosan-bosan memintakan ampunan  karena Nabi Yusuf saja memintakan ampunan lamanya sampai 20 tahun lebih. Dan karena barokahnya permohonan ampun sang ayah kepada anaknya ini, dalam sejarah dicatat jika anak-anak Nabi Yakub semua menjadi Nabi semua. Oleh karenanya ayat di atas harus kita pegang dalam mendidik anak. 


2- Ayat yang menyebutkan bahwa anak dan isteri adalah fitnah: 


أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ�

Artinya : ……Sesunggunya hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. 


Lafadz فِتْنَةٌ di atas bermakna “bala” atau cobaan. Artinya harta dan anak yang bisa menjadi cobaan bagi kita. Dalam ayat di atas yang didahukukan adalah lafadz “أَمْوَالُكُمْ” yang artinya harta. Baru setelahnya anak.


Mengapa demikian?. Karena lebih banyak orang yang diberikan cobaan harta daripada mendapat cobaan anak. Harta jumlahnya yang banyak bisa menjadi cobaan. Jumlahnya sedikitpun bisa menjadi cobaan. Banyak sekali orang yang melarat, ibadahnya tidak tertata karena tidak punya harta. Sebaliknya juga sama sudah kaya raya tapi karena mengurus harta malah menjadi cobaan. 


Jika kita mendapat cobaan anak, maka Allah Swt berfirman: 


فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنفِقُوا خَيْرًا لِّأَنفُسِكُمْ ۗ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ


Artinya : Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. 


Apabila dicoba Allah Swt dengan anak maka yang bisa kita lakukan adalah (1) Bertakwa kepada Allah Swt. (2) Mendegarkan nasihat ulama. Dan (3) Memperbanyak infaq harta agar bisa mendapat anak yang sholeh. 


Abah Djamal saat masih di ndalem Tambakberas ketika beliau mutholaah membaca kitab sendirian. Saya kemudian ingin matur-matur, tanya tentang tirakatnya orang tua dari Mbah Wahab Hasbullah sehingga menjadi orang yang hebat. 


Abah Djamal saat itu menjawab, “Aku juga kurang mengerti, tapi saya mendapat cerita dari Mbah Musyarafah bahwa Ibu Nyai Lathifah ibu dari Mbah Wahab saat mengandung Mbah Wahab matur kepada suaminya tidak mau ngidam apapun kecuali ingin mengkhatamkan Alquran sejumlah Asmaul Khusna sedangkan Mbah Hasbullah Abahnya Mbah Wahab adalah orang yang dermawan, ahli shodaqah kepada orang-orang karena keberkahan itulah memiliki putera-putera yang hebat seperti Mbah Wahab”. 


Cerita di atas sebagaimana ayat bahwa untuk memiliki putera yang sholeh agar tirakat dan dermawan. 


3- Anak Bisa Menjadi Penenang Hati Sebagaimana ayat : 


وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا


Artinya : Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.


Diantara cara agar kita mendapat putera-puteri yang sholihah adalah jangan sampai lupa untuk mendoakan. Banyak keterangan mengatakan bahwa Mbah Arwani bin Amin di Jawa Tengah. Pengarang kitab yang memudahkan seorang untuk belajar Qiraah Sab’ah yaitu Kitab Faiduk Barakat. 


Mbah Arwani memiliki dua putera yaitu Kiai Ulin Nuha dan Kiai Ulil Albab yang keduanya hapal Alquran. Bahkan mantu-mantunya juga Alquran. Sampai cucunya juga hapal Alquran. Akhirnya ada yang tanya apa rahasia memiliki keturunan yang ahli quran?. Jawabannya adalah setelah bakda sholat jangan sampai meninggalkan membaca doa: 


رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا


Doa itu dibaca setelah sholat sebanyak tiga kali agar memiliki keturunan yang sholih dan ahli Alquran. Adapun Mbah Yai Albab putera Mbah Yai Arwani mengijazahkan doa agar orang tua membacakan fatihah kepada putera-puterinya satu-satu berikut namanya. Caranya yaitu dengan redaksi, “Ila Khadrati ruhi wa jasadi wa qalbi (…..nama putera / puterinya…), Alfatihah. (*) 


-Disarikan dari Ngaji Hikam Setiap Malam Selasa oleh KH. Yahya Husna di Masjid Bumi Damai Al-Muhibin Tambakberas Jombang, 27 Oktober 2025.

Posting Komentar untuk "Ngaji Hikam Agar Memiliki Putera-Puteri yang Sholeh"