Ngaji Likuran Bab Remehnya Dunia

Disebutkan dalam surat al-Isra ayat 83:

وَإِذَآ أَنْعَمْنَا عَلَى ٱلْإِنسَٰنِ أَعْرَضَ وَنَـَٔا بِجَانِبِهِۦ ۖ وَإِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ كَانَ يَـُٔوسًا(٨٣) قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِۦ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا (٨٤)

Artinya : Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa (83) Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. 
Kebanyakan manusia jika diberi nikmat oleh Allah akan berbelok dari jalan Allah dan merasa sombong. Akan tetapi jika dia tidak diberi nikmat, mereka merasa putus asa, menyalahkan Allah, dan ridak qanaah. Dalam terusan ayat Allah memerintah Nabi Muhammad bahwa manusia memiliki jalannya masing-masing. Dan jalan yang paling benar, lurus dan tepat adalah jalan menuju Allah. 

Manusia pada hakikatnya memilki porsinya masing-masing. Sehingga tidak perlu kita merasa iri apabila mendapat jatah miskin juga yang kaya tidak diperkenankan untuk sombong. Masing-masing mereka tidak perlu saling menginginkan jatah yang telah diberikan oleh Allah Swt. Apakah menginginkan yang demikian tidak boleh?. Boleh. Tapi Ibnu Athaillah menasihati kita dengan pernyataanya: 
ما ترك من الجهل شيئاً من أراد أن يُحدِث في الوقت غير ما أظهره الله فيه
Seseorang dianggap bodoh apabila menginginkan sesuatu yang sesatu itu tidak dikehendaki Allah baginya. Artinya apabila ada orang kaya ingin melarat, maka sikapnya ini adalah suatu kebodohan. Sebaliknya jika ada seorang yang melarat menginginkan jadi orang kaya maka itu juga suatu kebodohan.  Akan tetapi semua itu tetap bisa digapai jika Allah berkehendak. 

Dalam satu riwayat diceritakan tentang seorang sahabat yang kaya dan menginginkan dirinya menjadi melarat. Sampai ia menghabiskan seluruh uangnya untuk membeli kurma basi agar uangnya habis. Sementara kurmanya tidak bisa dijual kembali. Akan tetapi setelah kurma basi terbeli justru ada utusan datang dari Yaman untuk membeli kurma-kurma basi itu dengan harga 10 kali lipatnya. Hal itu dilakukan untuk mengobati wabah yang sedang terjadi di Yaman. Maka gagal lah sahabat itu untuk melarat. 
وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلرُّوحِ ۖ قُلِ ٱلرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّى وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Artinyq : Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

Ternyata ruh adalah urusan atau rahasia Allah. Manusia hanya diberi ilmu tentang ruh yang sedikit. Jika ada yang menelitinya maka hanya akan mendapat pengetahuan yang sedikit. Karena ruh tidak bisa dilihat oleh Panca indra. Tapi bisa dibuktikan. 

Manusia diberi Allah 2 unsur yaitu ruhani dan jasmani. Jisim dan ruh jika manusia masih hidup maka keduanya masih bersatu. Kedua unsur baik jasmani atau ruhani dua-duanya butuh makan. Oleh karena itu ada istilah santapan ruhani dan santapan jasmani. Santapan jasmani berupa nasi pecel, kopi, dsb. Sedangkan santapan ruhani bisa berupa ilmu dst. Syekh Ibnu Athaillah berkata: 

إنما وسعك الكون من حيث جثمانيتك ولم يسعك من حيث ثبوت روحانيتك يعني أنك مناسب للكون 

Al-Kaunu dalam pernyataan tersebut artinya adalah dunia yang sangat luas apabila dipandang dengan mata jasmani. Akan tetapi dunia sangat kecil jika dipandang secara ruhani. Kita sering melihat dunia secara jasmani. Dan menganggapnya sangat luas. Seperti kita melihat tanah di tengah jombang yang sangat luas. Maka bisa dilihat dari berbagai aspek, ada yang memandang dari segi pendidikan, bisnis, pertanian, dsb. Kita terkadang mengukur jombang saja belum selesai. Ini membuktikan dunia sangat luas. 

Sementara kita apabila melihat dunia secara ruhani maka dunia sangat sempit. Allah mengajari kita, "Qul mata'a dunia qalil". Bahwa dunia hanya sedikit dan kecil. Artinya dalam urusan ruhani kita yang terpenting adalah mendekat kepada Allah, mempelajari ilmu-ilmu Allah maka kita harus memandang dunia adalah kecil. Bahkan para wali menganggap dunia bukanlah apa-apa. 
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ اَنَّ لَهُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا وَّمِثْلَهٗ مَعَهٗ لِيَفْتَدُوْا بِهٖ مِنْ عَذَابِ يَوْمِ الْقِيٰمَةِ مَا تُقُبِّلَ مِنْهُمْ ۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang kafir, seandainya mereka memiliki segala apa yang ada di bumi dan ditambah dengan sebanyak itu (lagi) untuk menebus diri mereka dari azab pada hari Kiamat, niscaya semua (tebusan) itu tidak akan diterima dari mereka. Mereka (tetap) mendapat azab yang pedih.

Seumpama orang kafir besok pada hari Kiamat ingin menebus diri mereka dari azab Allah dengan dunia seisinya, semua itu tidak cukup untuk menebus azab Allah. Semua itu tidak diterima karena dunia kecil dan tidak ada harganya. Mereka menganggap dunia berharga dan luas. Mengapa begitu?. Karena mereka memandang dunia dengan pandangan jasmani. 

Dalam satu hadist Nabi pernah berkomunikasi dengan Jibril dimana saat Jibril diciptakan dia diberi sayap sebanyak 600 sayap. Jika saya itu dikepakaan maka luasnya akan memenuhi ufuk barat sampai ufuk timur. Dunia yang kita anggap luas ini, cukup ditutup dengan sayap Malaikat Jibril. Padahal baru 1 Malaikat Allah. Dan Allah memiliki jutaan Malaikat. 

Setelah Jibril diciptakan dengan bentuknya yang besar itu. Dia bertanya kepada Allah apakah ada makhluk seindah dan sebesar dia. Allah menjawabnya, "Tidak ada!". Kemudian dia bersyukur dan sujud sampai dua rokaat yang lamanya 40.000 tahun. 

Selanjutnya Jibril sowan kepada Allah dan menyatakan sukurnya karena dia adalah makhkuq Allah yang kuat dalam beribadah dan belum ada makhluq yang sekuat ia dalam beribadah. Allah kemudian memberi informasi pada Jibril bahwa besok akhir zaman Allah memiliki kekasih yang sangat dikasihi yaitu Nabi Muhammad. Dia memilki umat yang umatnya kecil-kecil. Shalatnya tidak lama. Tapi apabila dari sedikit waktu shalat itu dia mampu khusu', aku lebih menyukai i ibadah mereka daripada kamu.

Malaikat terheran dan bertanya, "Mengapa demikian?". Allah menjawab, "Ya, karena walaupun mereka shalatnya hanya sebentar, itu lebih aku sukai karena mereka patuh dengan perintahku, sedangkan engkau shalat 40.000 tahun adalah atas kehendakmu sendiri". Jadi ibadah yang karena diri sendiri dan karena menuruti perintah Allah ada perbedaan keutamaan.

Malaikat Jibril bertambah penasaran dan bertanya kepada Allah, "Umat Nabi Muhammad yang engkau sukai ibadahnya itu, imbalannya apa Ya Allah?". Allah menjawab imbalannya adalah surga ma'wa. Yaitu surga yang ratingnya paling rendah. Jibril pun ingin melihat surga Ma'wa bagaimana mewahnya. Jibril mengelilingi surga Ma'wa sampai 3000 tahun lamanya. Seusai terbang mengelilingi Ma'wa sampai 3000 tahun ternyata luas surga Ma'wa belum juga selesai. Maka terbang lagi sampai 300 tahun. Barulah selesai perjalanan mengelilingi Surga Ma'wa. 

Coba kita bandingkan dengan Pesawat Saudi Airlines yang mengelilingi bumi dan hanya butuh waktu 2 hari setengah atau sekitar 60 jam saja. Karena perjalanan umrah 10 jam adalah 1/6 dari Bumi. Tapi Malaikat Jibril mengelilingi Ma'wa selama 3300 tahun. Padahal Ma'wa adalah surga yang paling rendah dan sempit. Padabal lebar sayap Jibril luasnya mampu memenuhi seluruh bumi. 

Setelah 3300 tahun terbang Jibril merasa lelah. Tapi Allah memberi informasi bahwa jika Jibril terbang selama 3300 tahun lagi mengelilingi Janatul Ma'wa maka itu baru 1/10 dari luas Surga Ma'wa. Berarti apa yang dilakukan Jibril baru melintasi 5 % dari Janatul Ma'wa yaitu surga yang paling bawah. Oleh karena itu dunia bagi Allah bukanlah apa-apa. Sehingga ada peringatan bahwa, "Dunia hanyalah kesenangan yang menipu". 
وَلَئِن شِئْنَا لَنَذْهَبَنَّ بِٱلَّذِىٓ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ بِهِۦ عَلَيْنَا وَكِيلًا
Dan sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan dengan pelenyapan itu, kamu tidak akan mendapatkan seorang pembelapun terhadap Kami. 

Seumpama wahyu berupa Alquran dihapus oleh Allah maka kita tidak akan memiliki pembela. Allah mampu menghapus Alquran tapi Allah memberikan Alquran kepada kita karena memang Alquran adalah Rahmad dan Fadilah yang agung untuk kita. 

Kita semua adalah umat yang lemah. Memandang dunia seakan besar. Serta tidak memangdang dunia tidak dengan pandangan ruhani. Tapi Allah tetap memberi rahmadnya yang luas. Sehingga kita harus mengandalkan Rahmad Allah. Jangan sekali-kali mengandalkan amal-amal kita. Jadi hamba Allah yang mengharapkan rahmad Allah. Menerima dengan ketentuan-ketentuan-Nya. Serta selalu bersyukur kepada-Nya.  Dan selalu berbuat baik. (*)

- Disarikan dari ngaji likuran Malam Ke-28 Ramadan 1445 H/ 7 April 2024 oleh KH. M. Hasyim Yusuf di Mushola Al-Fattah Sambong Jombang. 

Posting Komentar untuk "Ngaji Likuran Bab Remehnya Dunia "