Ngaji Hikam Hikmah Ke-8

Syekh Ibnu Athaillah al-Sakandari berkata : 

قَالَ الشَّيْخُ أَحْمَدُ بْنُ عَطَاءِ اللهِ السَّكَنْدَرِيُّ : إِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةً مِنَ التَّعَرُّفِ، فَلَا تُبَالِ مَعَهَا أَنْ قَلَّ عَمَلُكَ، فَإِنَّهُ مَا فَتَحَهَا لَكَ إِلَّا وَهُوَ يُرِيْدُ أَنْ يَتَعَرَّفَ إِلَيْكَ، أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ التَّعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ، وَالْأَعْمَالُ أَنْتَ مُهْدِيْهَا إِلَيْهِ، وَأَيْنَ مَا تُهْدِيْهِ إِلَيْهِ مِمَّا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ ( الْحِكَمُ : حِكْمَةُ ٨)

Artinya: Apabila Allah telah membukakan bagimu suatu jalan untuk ma’rifat mengenal-Nya, maka jangan hiraukan soal amalmu yang masih sedikit, sebab Tuhan tidak membukakan bagimu melainkan Ia akan memperkenalkan diri kepadamu. Tidak kah kau ketahui bahwa ma’rifat itu semata-mata pemberian karunia Allah kepadamu, sedangkan amal perbuatanmu adalah hadiah darimu untuk-Nya, maka di manakah letak perbandingannya antara hadiahmu dengan pemberian karunia Allah kepadamu.

Jalan menuju makrifat sungguh sangatlah panjang dan jauh. Disebut jalan atau disebut dengan thoriqah. Sedangkan pelaku atau orang yang sedang menempuh perjalanan disebut Salik. Perjalan tersebut sangat jauh untuk sampai pada titik akhir yang disebut makrifat. 
Dalam hikmah sebelumnya dibahas tentang diijabahinya doa. Bahwa terkadang sampai akhir hidup perjalanan seorang salik, dia belum bisa sampai. Baru ketika menjelang kematiannya, dia diberi makrifat oleh Allah. Bahkan ada orang yang sepanjang hidupnya tidak diberi kemakrifatan kepada Allah. Diberikan makrifat setelah dia wafat. 

Semua itu menunjukan bahwa perjalanan menuju Allah sangatlah jauh dan panjang. Para ulama dalam beberapa kitab memerinci tentang jauhnya perjalanan menuju Allah. Dalam kitab 'Awariful al-Ma'arif disebutkan tahapan perjalanan menuju Allah secara garis besar ada 4 yaitu : (1) Taubat, (2) Istiqomah, (3) Tahdzib, dan (4) Taqrib. 

Dalam Ikhya Ulumuddin Imam Ghazali memerinci maqamat-maqamat menuju Allah ada 8 dan ditambah 3 yaitu : (1) Taubat, (2) Taqwa, (3) Qanaah, (4) Wara' atau Wira'i : ada adil, sholeh, muqarabin, shidiqin, (5) Tawakal, (6) Sabar, (7) Zuhud, dan (8) Mahabah. 

Maqamat yang ada 8 itu perumpamaannya adalah seperti ketika kita akan ke Jakarta berangkat dari Jombang. Nah, pemberhentian kita dibeberapa post sebelum sampai Jakarta itulah menurut Imam Ghazali disebut sebagi maqamat bagi Salik yang ada 8 jumlahnya.

Perjalanan Salik sangat panjang  sampai-sampai sepanjang hidupnya terkadang dia hanya sampai pada maqam taubat saja. Menurut Imam Ghazali orang yang sudah sampai pada Maqam Mahabah maka dia akan wushul, sedangkan orangnya disebut Washil. Orang yang sudah sampai atau seorang washil diperinci maqam-nya menjadi 3 yaitu : 

1) Syauq : Rindu atau kangen karena sudah pernah bertemu Allah  sehingga selalu ingin bertemu lagi. 

2) Unsu : Tentram atau tenang. Orang yang unsu dengan Allah dia akan tenang dan tentram berada dimanapun. Walaupun di puncak gunung sekalipun seperti para  wali Allah yaitu Sunan Muria dan Sunan Bonang yang memiliki pasujudan di Lasem. Tempat ibadah mereka ada di puncak gunung. Di Madura ada Wali Joko Tole yang makamnya di tengah hutan. Di Tulungagung Bedalem ada wali makamnya  naik di atas gunung. 

3) Ridla bi Khuqmillah atau rela dan ridla dengan ketentuan-ketentuan Allah. 

Melihat tahapan maqam Salik tersebut kita tahu betapa panjangnya perjalanan seorang Salik. Saking panjangnya sampai ada yang mengatakan perjalanan menuju makrifat Allah bagaikan jalan yang utopis atau perjalanan yang tidak ada. Hanya ada pada lamunan. Mengapa ada anggapan yang demikian?. Karena saking sulitnya digapai. Dan saking jauhnya perjalanan.  

Lepas dari itu semua, terkadang Allah memberi jalan pintas kepada Salik. Ia  tidak perlu melewati maqamat-maqamat yang panjang tersebut. Inilah yang disebut dalam hikmah di atas sebagai:
إِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةً مِنَ التَّعَرُّفِ
Bagaimana cara Allah memberi wijhah min taaruf?. Seringkali dengan bala', cobaan atau bilahi yang disebut وِجْهَةً مِنَ التَّعَرُّفِ. Cobaan adalah hal yang tidak disenangi nafsu. Cobaan adalah hal yang tidak menyenangkan yang engenai diri kita, orang yang kita sayangi, dan harta kita.

Bala' yang paling banyak adalah penyakit. Baik penyakit yang mengenai kita, anak kita. atau kepada orang tua kita. Atau diuji melalui hartanya. Dengan menjadi bangkrut atau kebakaran. Bala' yang diberikan Allah kepada Murid atau Salik seringkali berupa jalan pintas menuju Allah sehingga dia tidak perlu melawati maqam-maqam yang berat tersebut. Dia diberi jalan pintas oleh Allah sehingga langsung meloncat pada maqam Ridla bi khuqmillah. Namun tidak semua Bala' adalah wijhah. Karena Bala' dari Allah ada 3 macam yaitu : 

I- Bala' Merupakan siksa yang dipercepat di dunia 

Bala' bisa jadi adalah siksa yang dipercepat di dunia karena yang bersangkutan adalah ahli maksiat sehingga dia mendapat efek langsung dari maksiat yang dia lakukan. Dalam sebuah Hadist Nabi menjelaskan, "Allah ketika ada hambanya melaukakan dosa maka siksanya ditunda sampai hari kiamat kecuali 2 orang yaitu : (1) Orang yang minum minuman khomr/ pemabuk yang tidak sembuh-sembuh. (2) Aqul Walidaini atau orang yang berani kepada orang tuanya. 

Orang tua sangatlah menakutkan (malati) sebaliknya anak kepada orang tua juga demikian. Orang tua kepada anak harus bisa menjaga perasaannya sendiri. Karena apabila orang tua tidak bisa menjaga perasaanya kepada anak dan pada akhirnya suudzon (unek-unek elek) maka akan "kedaden" atau terjadi. 

Oleh karena itu orang tua jangan sampai membenci kepada anak, seketika saat orang tua benci anaknya maka anak tidak akan bisa jadi orang hebat. Begitu juga anak kepada orang tua. Jika anak pintar ngajeni orang tua maka dia akan jadi orang hebat sungguhan. Kunci menjadi orang besar adalah bisa membesarkan orang tua. Kunci menjadi orang mulia adalah mampu memuliakan orang tua . 

Tidak semua bala' merupakan jalan pintas untuk makrifat. Terkadang ada bala' yang berupa sakit yang merupakan siksa Allah yang dipercepat di dunua. Tandanya apa kalau bala merupakan siksa?. Jika sakit adalah siksa yang dipercepat di dunua tandanya : (1) Suka sambat kepada orang lain dalam istilah jawa ngersulo. (2) Hatinya sambat dan tidak rela dengan sakitnya. 

II- Bala' adalah ampunan dari Allah Swt

Allah memberi Bala' atau penyakit karena Bala' tersebut merupakan ampunan dosa dari Allah. Bala' yang diterima merupakan  penghapusan dosa lebih awal bagi seorang hamba. Tandanya ada dua yaitu : (1) Tidak menggerutu atau wadul kepada orang lain. (2) Hatinya sabar serta tidak sambat. 

III- Bala' yang Dapat Menaikan Derajat

Orang yang diberi Bala' yang dapat menaikan derajat cirinya adalah hatinya ridla. Hatinya merasa senang. Dia diberi sakit malah bersyukur. Dia sadar bahwa bala' yang dia terima akan menjadi wasilah mengangkat derajatnya disisi Allah. Bala' yang seperti ini dapat menaikan derajat dan menjadi jalan pintas menuju Allah sehingga tidak perlu melalui maqamat yang banyak tersebut.  Dalam kitab Iqadul Himam Syekh Buzaidi berkata bahwa bala' yang diberikan Allah ada 3 macam :

1- Bala berupa Uqubah wa Tordun yaitu Bala yang menjadi siksa dan menjauhkan dirinya kepada Allah Swt. Bala' ini diterima oleh orang yang suul adab kepada Allah sehingga dia disiksa oleh Allah. 

Tanda orang semacam ini adalah apabila dia diberi Bala', hatinya marah dan tidak terima. Dia putus asa serta ingkar kepada Allah. Orang macam ini akan bertambah jauh dari Allah. Karena memang ada orang yang diberi bala', hatinya malah tidak terima. Mereka adalah orang yang maksiat atau melanggar kemudian diiqab dan disiksa oleh Allah lalu hatinya tidak terima. 

Contoh sederhana seperti anak pondok. Dalam peraturan disebutkan bahwa kembali ke pondok hari Ahad 31 Desember 2023. Tapi ada saja alasan kembali ke pondoknya senin bahkan ada yang belum kembali. Malah terkadang yang membuatkan alasan agar jangan kembali dulu adalah orang tuanya. Anak pondok yang melanggar peraturan semacam ini juga suul adab. Suul adab kepada peraturan pondok dan suul adab kepada guru. 

Karena dia melanggar, sehingga oleh pengurus ditakzir. Terkadang juga ada anak pondok yang ketika ditakzir tidak terima. Hatinya tidak rela dan "nggerundel". 
Hati-hati jangan-jangan melanggar peraturan, kemudian ditakzir dan hati yang tidak diterima adalah tanda dan wasilah ilmu ditolak dan dijauhkan dari ilmu manfaat. 
 
Saya pernah pulang dari pondok pada saat tidak waktunya pulang. Ketika itu rumah masih di utara yang sekarang ditempati Gus Kholiq. Abah Djamal keluar dari gerbang Mualimin membawa kitab setelah mengajar. Saya turun dari becak. Sehingga bertemu bersamaan. Abah tanya, "Loh Muleh Nak?". Saya jawab, "Enggeh Bah, saya ada masalah!". Belum sampai masuk rumah Abah tanya sambil menghentikan lagkah, "Sek, sek, masalahmu opo?. Nek masalahmu masalah karo peraturan pondokmu, karo keamaan utowo karo gurumu, balikoo, Abah emoh bantu awakmu!". Saat itu masalahnya memang bukan itu sehingga saya jawab, "Boten Abah, kulo mimpi yang mimpi ini menjadikan saya susah". Baru Abah kemudian mempersilakan masuk rumah. Jadi pertanyaan pertama Abah adalah   Tahdib atau mendidik saya tentang taat dengan peraturan pondok dan taat kepada guru. Sekarang ini, Kok ada orang tua yang membela anaknya untuk melanggar peraturan?. 

II- Bala' adalah bagian dari Tahdib dan Tanbih : Dididikan dan Diingatkan oleh Allah

Cara Allah mengingatkan dan mendidik sesorang karena dia suul adab adalah dengan diberi bala' dan cobaan. Jika sudah diberi cobaan karena dia orang baik maka  dia instropeksi dengan kesalahannya. Muhasabah dengan dirinya. Ketika ia sakit pertama yang dia lihat adalah aku melakukan salah apa?. Apa dosa yang pernah aku lakukan sehingga aku diberi cobaan oleh Allah?. 

Setelah dia muhasabah dan instropeksi kemudian dia bangkit dengan mengoreksi dan memperbaiki kesalahannya. Inilah cobaan atau Bala' yang menjadikan seseorang ingat dan menyadari kesalahannya dan menjadi orang yang lebih baik. Karena tujuan diturunkan bala' kepadanya agar dia ingat dan sadar. 

III- Bala yang Turun Sebab Tidak ada Sebab apapun 

Seseorang mendapat bala' atau ujian baik berupa sakit atau yang lain tanpa ada sebab apapun. Memang dia adalah orang yang akan ditarik oleh Allah dan diangkat derajatnya tanpa melalui maqamat-maqamat yang panjang sehingga dia langsung melonca menjadi orang yang makrifat kepada Allah. 

Abu Bakar memiliki dua putri yang pertama bernama Asma' binti Abi Bakrin yang diperisteri oleh Zubair bin awam dan yang kedua adalah Aisyah yang diperisteri oleh Nabi. Zubar bin Awam adalah sahabat Nabi yang sangat baik. Tapi beliau diganjar oleh Allah sakit. Oleh para tabib dan dokter yang memeriksa dianalisa bahwa kaki Zubair harus diamputasi agar tidak menular ke organ-organ vutal. 

Akhirnya mulailah kaki Zubari akan segera diamputasi. Padahal Zubair adalah orang yang baik dan diantara sahabat yang dekat dengan nabi. Mengapa beliau diberi sakit yang demikian?. Karena beliau adalah sahabat yang ditarik oleh Allah agar dapat diangkat derajatnya supaya mendapat jalan pintas untuk makrifat kepada Allah Swt. 

Zubair bin Awam kemudian dikasih tau oleh para dokternya jika amputasi akan sangat menyakitkan sehingga dia akan diberi obat  bius agar tidak kesakitan saat amputasi berlangsung. Mendengar itu Zubair berkata, "Kalau Jenangan semua ingin memotong kaki saya karena memang itu harus dilakukan, maka silakan!!!, Akan tetapi bahwa saya harus dibius saya tidak mau karena saya ingin merasakan rahmad Allah Swt ketika kaki saya dipotong". Inilah contoh orang yang sudah naik di etape maqam paling tinggi yaitu Ridla bi Khukmillah. Rela dan ridla dengan segala keputusan Allah sehingga walaupun ada bius untuk amputasi, beliau tidak mau. 

Akhirnya dipotonglah kakinya. Zubair bin Awam menganggap dipotong kaki adalah bagian dari rohmad Allah. Setelah itu putra Zubair juga terkena penyakit yang sama dan akan dipotong juga kakinya. Saat kaki Putra Zubair akan dipotong dia berkata, "Saksikanlah, Demi Allah bahwa kaki yang dipotong ini adalah kaki  yang sepanjang hidup tidak pernah saya gunakan untuk berjalan ke tempat maksiat". Zubair dan Putranya mendapat cobaan yang sama yang tidak ada sebab kenapa harus diberi bala' sakit. Jika cobaan datang tidak ada sebabnya itu adalah tanda akan ditarik naik derajatnya oleh Allah. 

Setelah kakinya dipotong Sang Putra berkata, "Tolong Kakiku ini, mandikan, kafani, dan kuburkan bersama kuburan orang-orang mukmin". Contoh orang yang mendapat cobaan bukan karena maksiat, Bukan karena dididik dan diingatkan oleh Allah. Tapi karena memang akan diangkat derajatnya oleh Allah. Nabi bersabda: 

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا اِبْتَلَاهُ فَإِنْ صَبَرَ اِجْتَبَاهُ فَإِنْ رَضِيَ اِصْطَفَاهُ

Artinya: Rosulullah bersabda: “Jika Allah mencintai seseorang maka Ia akan mengujinya. Jika orang itu sabar, maka Allah akan memilihnya. Dan jika ia ridha (rela) maka Allah akan memilihnya.”

Dalam hadist tersebut ada istilah Mujtaba dan Mustofa atau Ijtaba dan Istofa. Dalam bahasa Indonesia maknanya sama yaitu "dipilih". Tapi sebenarnya keduanya memilki perbedaan. Contoh Nabi jumlahnya 135.000 kemudian dipilih atau di-ijtaba menjadi 313 menjadi Nabi dan Rasul. Dari 313 di- Ijtaba atau dipilih lagi  mendjadi 25 Rasul. Dari 25 Rasul di- Ijtaba lagi menjadi 5 yaitu Rasul Ulul Azmi yaitu Nabi Muhammad, Nabi Isa As, Nabi Musa As, Nabi Ibrahim As, dan Nabi Nuh As. Dari 5 itu baru di-Istofa oleh Allah yang paling baik yaitu Nabi Muhammad Al-Mustofa. 

Oleh karena itu dalam hadist itu disebutkan Jika orang itu sabar, maka Allah akan memilihnya (ijtaba). Dan jika ia ridha (rela) maka Allah akan memilihnya (istofa). Orang yang sabar dengan cobaan banyak. Tapi orang yang ridla dengan cobaan hanya sedikit. 

 عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: « قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِيْ الْمُؤْمِنَ فَلَمْ يَشْكُنِيْ إِلَى عُوَّادِهِ أَنْشَطْتُهُ مِنْ عِقَالِهِ وَبَدَّلْتُهُ لَحْمًا خًيْرًا مِنْ لَحْمِهِ وَدَمًا خَيْرًا مِنْ دَمِهِ وَيَسْتَأْنِفُ الْعَمَلَ (شَرْحُ الْحِكَمِ ج ١: ص ١٠)

Artinya: Dari Abu Huroiroh : bahwasanya Rosulullah bersabda: Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, ‘‘ketika Aku menurunkan bala’ kepada hamba-Ku yang mukmin kemudian ia tidak mengadu kepada orang-orang yang menjenguknya, maka Aku akan melepaskannya dari tali ikatan-Ku dan Aku gantikan baginya daging yang lebih baik dari pada dagingnya dan darah yang lebih baik dari pada darahnya yang semula dan kemudian ia boleh memperbarui amalnya (sebab yang lalu telah diampuni semua).” 

Syekh Sirri Al-sibti adalah guru dari Syekh Junaid al-Bagdadi satu ketika mereka berdua sholat malam bersama-sama. Apabila seorang Murid sering Sholat malam dengan Murid biasanya sang murid akan cepat sampai. Setelah sholat malam Syekh Junaid tidur pulas. Sedangkan Syekh Sirri tidur "liyer-liyer". Setelah kejadian itu Syekh Siri berkata kepada Syekh Junaid, "Junaid tadi malam aku didatangi oleh Allah Swt, Allah berfirman, 'Semua manusia mengaku cinta kepada-Ku, tapi ketika Aku  membuat dunia, mereka lari 90% suka dengan dunia dan lari dari Allah, tersisa hanya 10 %. Kemudian aku menciptakan surga, ternyata dari sisa 10% tadi lari 90%-nya mencintai surga. Kemudian aku membuat neraka, kemuidan mereka lari lagi 90 % nya mencintai selamat dari neraka. Kemudian aku membuat Bala' atau ujian-ujian seperti kesulitan, penyakit, dan musibah, lalu mereka lari lagi mereka 90% nya. Tinggal 10% dari sisa mereka itulah hamba-hamba Allah yang sesungguhnya. 

Jika dibuat hitungan 1.000.000 adalah seluruh makhkuq Allah, (makhluk Allah jumlanya ribuan milyar). Berarti yang lari karena Allah menciptakan dunia jumlahnya 900.000 (90% dari 1.000.000) sisa 100.000. Kemudian Allah menciptakan surga. Lari lagi beralih mencintai surga 90 % nya yaitu 90.000 sisa 10.000. Kemudian Allah mencipatakan cobaan berupa keselamatan dari api neraka, lalu lari 90% nya yaitu 9.000 sisa 1.000. Lalu Allah membuat ujian berupa kesulitan. larilah mereka 90% nya yaitu 900 karena cinta selamat dari ujian kesulitan. Mereka tidak instropeksi, muhasabah, dan disambungkan kepada Allah. mereka malah mengurus ujian masing-masing. dan tidak mengingat Allah. Maka tersisa hanya 100. Ini apabila menggunakan contoh hitungan 1.000.000.

Allah sering menemui hamba-hambanya melalui mimpi. Abu Abdillah bin Ali at-Turmudzi pernah didatangi oleh Allah 1001 kali saat sakit. Mimpi yang haq biasanya ketika tidur yang sepintas atau saat "liyer-liyer" atau istilahnya tidur ayam. Nabi sering menerima wahyu dalam keadaan tidur yang seperti itu,"Bainal Yaqdhoti wal Manami". Antara terjaga dan tidur. Seperti bagi orang yang tertidur saat wiridan. Tidurnya tidur ayam. Jika mimpi seringkali haq. 

Orang yang mendapat ujian berat adalah orang yang hebat-hebat. Nabi ketika sakit saat akan wafat, badannya sangat panas sampai panasnya menembus selimut. Saat itu para sahabat bertanya kepada Nabi, "Wahai Nabi, siapa orang yang paling berat cobaannya?". Nabi kemudian menjawab, "Mereka adalah para nabi, dan maqam setelahnya (para wali), dan maqam setelahnya (orang sholeh)"

Oleh karena itu ada cerita Nabi yang digeraji oleh umatnya. Nabi-nabi Bani Israel ada yang dimutilasi. Itu semua karena mereka adalah orang-orang yang paling berat ujiannya. Nabi Musa pernah meminta kepada Allah dan matur, "Ya Allah saya ingin tahu keberadaan wali-Mu". Allah kemudian berfirman, "Musa datangilah gunung ini yang disbelahnya ada jurang dan lembahnya". Nabi Muda kemudian mendatangi gunung tersebut. Di lembah itulah ada rumah yang berada di bawah tanah. Ketika dimasuki, ternyata didalamnya ada orang yang dagingnya tergeletak lunglai. Orang itu terkena penyakit Judam (lepra) dan dia adalah salah satu walinya Allah. 

Nabi Musa kemudian mengucapkan salam, "Asalamuaalikum Ya WaliyaAllah?". Orang itu menjawab, "Wa alaikum salam Ya KalimaAllah". Nabi Musa kaget kok tahu dia kalau yang datang adalah Musa KalimuAllah. Wali itu kemudian menerangkan bahwa dialah yang meminta kepada Allah agar dipertemukan dengan Nabi Musa. "Ya Allah pertemukanlah aku dengan Nabi Musa". Akhirnya Nabi Musa bertanya, "Siapa yang memberi makan dia di tempat terpencil itu?". Wali itu menjelaskan bahwa anak laki-lakinya yang mengirim makanan kepadanya. 

Nabi Musa kemudian mendatangi anak laki-laki wali terseut. Dilihat ternyata anaknya sangat tampan dan memiliki wajah yang bersinar. Sesaat kemudian ada hewan buas yang menerjang anak itu sampai mati sehingga membuat Nabi Musa kaget dan berkata, "Ya Allah Gusti, Wali Jenengan sakit ditempat yang terpencil sementara anaknya yang menjadi penghubungnya sekarang dicabik-cabik hewan buas". 

Allah kemudian berfirman kepada Nabi Musa, "Wahai Musa datangilah wali-Ku dan lihatlah bagaimna sikapnya". Lalu diceritakanlah perkara puteranya yang telah meninggal karena hewan buas. Kemudian Wali itu berkata, "Alhamdulillah, aku menyangka anakku akan hidup lebih lama dariku, ternyata Allah menghendaki anakku diambil lebih dulu, Ya Allah jika Engkau ridla aku ingin menyusul anakku dan Engkau takdirkan aku mati dalam keadaan bersujud". Langsung saat itu wali tersebut wafat dalam keadaan bersuujud. 

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ أَنَّهُ قَالَ: النَّاسُ يَكْرَهُوْنَ الْفَقْرَ وَأَنَا أُحِبُّهُ، وَيَكْرَهُوْنَ الْمَوْتَ وَأَنَا أُحِبُّهُ، وَيَكْرَهُوْنَ السَّقَمَ وَأَنَا أُحِبُّ السَّقَمَ تَكْفِيْرًا لِخَطَايَايَ، وَأُحِبُّ الْفَقْرَ تَوَاضُعًا لِرَبِّيْ، وَأُحِبُّ الْمَوْتَ اِشْتِيَاقًا إِلَى رَبِّيْ (تَنْبِيْهُ الْغَافِلِيْنَ ص ١٦٥)

Artinya: Dari Abu Darda’  bahwasanya dia berkata: “Orang-orang tidak suka fakir, tapi aku menyuikanya. Orang-orang tidak suka mati, tapi aku menyukainya. Orang-orang tidak suka sakit, tapi aku menyukai sakit sebagai pelebur kesalahan-kesalahanku. Aku menyukai fakir sebagai ketawadlu’an kepada Tuhanku. Dan aku menyukai mati karena rindu kepada Tuhanku.”. 

Wali-wali Allah karena sudah pernah ditemui Allah mereka selalu syauq dan rindu kepada Allah sehingga mereka selalu ingin bertemu Allah seterusnya. Padahal penghalang dari bertemu Allah seterusnya hanya ada satu yaitu kehidupan. Sementara kematian dapat mempercepat bertemu kepada Allah. Karena yang menjadi penghalang  utama bertemu Allah adalah kematian. 

Mengapa mereka rindu kepada Allah?. Karena saat hidup mereka sudah bertemu Allah. Terkadang melalui mimpi. Terkadang saat sholat. Terkadang melalui peristiwa tertentu. Dan setelah itu tidak bertemu dan tidak ditemui Allah, sehingga mereka rindu ingin terus bertemu Allah. Padahal pengahalangnya adalah kematian. 

Mbah Yai Maskun pernah didawuhi Kiai Djalil, "Aku emoh sue-sue urip Kun, repot ngeramut awak". Artinya, "Aku tidak ingin hidup lama-lama Kun, repot mengurus badan". Badan atau fisik penuh dengan basyariah dan kelemahan. Keinginan hati  mujahadah  dan wiridan tapi badannya tidak mau dan protes dengan lemas, pingsan, dll. Badan menajdi penghalang. Oleh karena itu Nabi dawuh, "Dunia adalah penjaranya orang mukmin". Sampai-sampai dikatakan jika bunuh diri tidak dosa, maka mungkin para wali itu akan bunuh diri massal. Tapi karena bunuh diri berdosa sehingga ditunggulah masa kematiannya. 

Abu Darda' berkata, "Orang-orang tidak suka sakit, tapi aku menyukai sakit sebagai pelebur kesalahan-kesalahanku. Aku menyukai fakir sebagai ketawadlu’an kepada Tuhanku. Dan aku menyukai mati karena rindu kepada Tuhanku".

Orang yang sudah diberi wijhah atau jalan pintas mengenal Allah. Maka jangan menghiraukan amalnya yang sedikit karena wijhah tersebut. Jangan dihiraukan soal amalmu yang masih sedikit, sebab Allah tidak membukakan bagimu melainkan Ia akan memperkenalkan diri kepadamu. Tidak kah kau ketahui bahwa ma’rifat itu semata-mata pemberian karunia Allah kepadamu, sedangkan amal perbuatanmu adalah hadiah darimu untuk-Nya, maka di manakah letak perbandingannya antara hadiahmu dengan pemberian karunia Allah kepadamu.

أَنَّ قَلِيْلَ الْعَمَلِ مَعَ الْمَعْرِفَةِ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرِ الْعَمَلِ بِدُوْنِهَا (الْإِمَامُ الشَّرْقَاوِيُّ - شَرْحُ الْحِكَمِ) 

Artinya: “Sesungguhnya sedikit amal disertai dengan ma’rifat lebih baik daripada banyaknya amal tanpa disertai dengan ma’rifat.” 

Muhammad bin Ali al-Turmudzi yang pernah mimpi bertemu Allah sebanyak 1001 kali dalam sakitnya. Beliau berkata, "Aku sudah merasakan sakit dalam satu masa, sampai kemudian Allah menyembuhkanku, di dalam masa sakit itu karena keterbatasan oleh rasa sakit, sedikit sekali amal yang bisa aku lakukan, tapi dalam masa sakit itu, betapa aku merasakan Allah memberi rahmad kemakrifatan kepada Aku, setelah aku sembuh, Andaikan ibadah manusia dan jin dikumpulkan untuk mengganti yang aku terima di masa sakitku, aku lebih menerima apa yang aku terima dalam masa sakitku"  

Artinya keterbatasan ibadah karena mendapat wijhah atau jalan pintas dari Allah berupa sakit dsb, tidak perlu dihiraukan karena orang yang sudah mendapat kemakrifatan walupun sedikit amalnya jauh lebih baik daripada banyaknya amal tanpa kemakrifatan. Seperti yang dikatakan Syekh Ibnu Athaillah al-Syakandari, "Jika kamu diberi Bala' (sakit) yang Bala' itu menjadikan kamu ridla terhadap apa yang menjadi keputusan Allah, maka keterbatasan amalmu karena sakit itu tidak perlu kamu hiraukan karena ridlamu saat sakit lebih utama daripada ibadahmu yang banyak". 

Terkadang Allah mempercepat proses kemakrifatan seorang Salik dengan memberikan Bala dan ujian. Jika kita diberi keduanya maka adab terhadap Allah adalah  sabar dan ridla. Mungkin dengan itulah Allah akan mengangkat dan mempercepat kita menuju Makrifat kepada-Nya. (*)

-Disarikan dari Ngaji Hikam setiap Malam Selasa oleh KH. Mohammad Idris Djamaluddin di Bumi Damai Al-Muhibin pada 1 Januri 2024. 

14 komentar untuk "Ngaji Hikam Hikmah Ke-8"